Mohon tunggu...
visensia RiniAnggraini
visensia RiniAnggraini Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru Sekolah Dasar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bagaimana Menghadapi Anak Usia Sekolah Menurut Erik Erikson

26 November 2021   06:28 Diperbarui: 26 November 2021   06:38 1258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Erik Erikson adalah seorang ahli psikologi yang lahir pada tahun 1902 di Jerman. Erik mempopulerkan teori yaitu tahap perkembangan psikososial seorang manusia dari lahir hingga tua. Teori ini sangat menggambarkan perkembangan psikososial seseorang. Karena itulah teori ini banyak diterima oleh para psikolog.

Tahap-tahap ini adalah :

  1. Fase Bayi (0-18 bulan) Trust vs Mistrust. Pada tahap ini sudah terbentuk rasa percaya kepada seseorang yaitu kepada orang tua maupun pengasuhnya. Bayi pada usia ini mengalami ketergantungan pada ibu dan bisa saja merasa takut pada sekitarnya yang tidak dikenal dengan baik.
  2. Fase Kanak-kanak (18 bulan -- 3 tahun) Otonom vs Malu-malu. Pada fase ini kepercayaan diri anak sangat menentukan hingga dia beranjak dewasa. Orang tua masih dianggap sebagai sosok utama. Anak bisa merasa stress ketika jauh dari sang ibu.
  3. Fase Awal Anak Kecil (4 -- 5 tahun) Inisiatif vs Kesalahan. Pada tahap ini, interaksi anak terhadap lingkungan mulai berkembang dan rasa ingin tahu anak mulai muncul. Jika anak mendapat pola asuh yang salah pada tahap ini, mereka akan merasa bersalah dan berdiam diri karena takut untuk melakukan kesalahan.
  4. Fase Anak Kecil (6 -- 12 tahun) Ketekunan vs Rasa Rendah Diri. Pada fase ini, pihak yang paling berperan adalah sekolah dan tetangga. Krisis utama yang dialami adalah rasa percaya diri atau rendah diri di dalam kelompok-kelompok sebaya. Mereka sangat aktif melakukan kegiatan fisik seperti olah raga, game, dan lain-lain.
  5. Fase Remaja (13 -- 18 tahun) Identitas vs Kekacauan peran. Pada fase ini, anak mulai mengalami masa puber. Anak berada dalam area masyarakat yang lebih luas dan pencarian jati diri mulai terjadi. Pergaulan sangatlah penting. Jika anak berada di dalam lingkungan yang kurang baik, maka akan menimbulkan kekacauan identitas.
  6. Masa Dewasa Awal (18 - 40 tahun) Keintiman vs Isolasi. Pada tahap ini, mereka sudah mulai membentuk hubungan  intim dengan orang lain. Hubungan yang kuat menunjukkan kesuksesan, sementara kesepian dan isolasi menunjukkan kegagalan.
  7. Masa Dewasa Tengah (40 -- 65 tahun) Generativitas vs Stagnansi. Pada  tahap ini, orang dewasa mulai memfokuskan dirinya pada karir dan keluarga. Kesuksesan mengarah pada perasaan berguna dan kegagalan mengarah pada perasaan tidak produktif .
  8. Usia Senja (65 tahun keatas) Integritas vs Keputusasaan. Pada tahap ini, seseorang akan melihat kembali peristiwa-peristiwa yang bisa saja memberikan kebahagian atau membuat mereka menyesali apa yang telah dilakukan pada masa lalu.

Dari delapan tahap perkembangan ini, saya akan membahas mengenai apa saja yang perlu dilakukan ketika kita mengajar dikelas dari segi pendidikan pada anak usia 6 -- 12 tahun yang tergolong pada tahap ketekunan vs rasa rendah diri.

Hal-hal yang perlu dilakukan agar anak bertumbuh sesuai usia dan kemampuannya adalah :

Melakukan kegiatan kerja kelompok. Hal ini sangat baik dilakukan karena pada usia ini interaksi sosial sangat penting adanya. Mereka bisa belajar dari teman sebaya dan kegiatan ini bia meningkatkan rasa percaya diri seorang anak.

  • Pemberian feedback yang membangun baik dari segi Bahasa maupun perilaku, sehingga anak mau memperbaiki diri menjadi lebih baik tanpa merasa rendah diri.
  • Memberi kesempatan kepada setiap anak untuk menjadi PIC dikelas seperti membagikan lembar kerja, menghapus papan tulis, dan sebagainya. Hal ini dapat membangun kepercayaan diri anak didepan teman-teman.
  • Bekerjasama dengan orang tua agar anak juga dapet diberikan tanggung jawab di rumah agar bisa lebih disiplin dan mandiri.
  • Guru membiasakan untuk menghargai proses daripada hanya melihat hasil, karena dari proses ini kita bisa melihat usaha yang telah dilakukan olah si anak dalam mencapai tujuan tertentu.
  • Guru ataupun orang tua juga dapat memberikan pelajaran tambahan atau pun les dirumah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam hal pendidikan sehingga rasa percaya diri anak akan meningkat ketika mereka merasa bahwa mereka dapat mengerjakan tugas atau soal di dalam kelas.

Demikianlah hal-hal apa saja yang dapat dilakukan oleh kita sebagai guru dalam membuat anak menjadi lebih tekun secara akademik dan menghilangkan rasa rendah diri terutama dengan teman sebaya mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun