Mohon tunggu...
visensia RiniAnggraini
visensia RiniAnggraini Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru Sekolah Dasar

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Berkaca dari Teori Kognitivisme

23 September 2021   14:19 Diperbarui: 23 September 2021   14:25 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: districtadministration.com 

Teori kognitivisme adalah teori pembelajaran yang lebih mementingkan pada proses belajar bukan hanya sekedar hasil belajar semata. Teori belajar ini lebih dipengaruhi oleh faktor internal dari seorang siswa seperti pengalaman, sistem nilai ataupun kebutuhan. Teori ini sering disandingkan dengan teori behaviorisme yang lebih menekankan pada stimulus -- respon, ganjaran -- hukuman yang dipercaya mampu mengubah prilaku seseorang.

Pada teori kognitivisme, tingkah laku seorang anak dapat ditentukan oleh persepsi serta pemahaman tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Ini  ada hubungannya dengan pengetahuan yang telah didapatkan sebelumnya. Jadi keberhasilan seorang ditentukan dengan factor internal yang berasal dari dirinya tanpa mengesampingkan factor eksternal. Teori ini menekannkan pada interaksi antara individu dan lingkungan. Jadi proses interaksi antar individu dan lingkungan dianggap merupakan factor penting dalam teori ini dan dapat menentukan keberhasilan siswa dalam proses belajar.

Salah satu tokoh yang mengembangkan teori ini adalah Jean Peaget yang menyataka bahwa adanya teori perkembangan anak. Beliau meyakini bahwa setiap anak akan bertumpuh sesuai tahap perkembangan yang berbeda-beda dan sesuai usia mereka. Karena itu anak seharusnya mandapat kesempatan untuk berekperimen dengan objek fisik dan tanpa melupakan adanya interaksi dengan teman seusianya. Guru berperan memberi rangsangan ke anak agar dapat berinteraksi dengan aktif dengan teman seusianya.

Namun kenyataan yang kita dapatkan sekarang adalah kemampuan anak-anak sangat berbeda satu dengan yang lain. Sebagian anak terlihat begitu matang dari usia mereka dan sebagian lagi perlu mendapatkan rangsangan lebih agar perkembangan anak tersebut tidak tertinggal dari yang lain.

Untuk mengatasi hal ini, maka guru diajak mencari solusi agar kesenjangan ini tidak terasa sangat jauh antara anak yang satu dan yang lain. Terutama dalam pengajaran online dimana interaksi antar individu sangatlah kurang. Hal ini bukan hanya terjadi ketika mereka belajar bahkan juga di kehidupan mereka sehari-hari.

Pertanyaan selanjutnya adalah apa peran guru dalam menghadapi hal ini?

Banyak sekali metode yang bisa digunakan untuk meningkatkan keberhasilan siswa dalam proses belajar. Namun metode yang mana yang bisa di terapkan? Salah satu metode yang bisa dilakukan yaitu membuat kelompok kecil dikelas dengan menggunakan Breakout Room atau Channel (Teams). Hal ini bisa digunakan untuk meningkatkan kolaborasi anak untuk mencapai hasil belajar yang efektif. Berdiskusi dengan teman mampu meningkatkan kemampuan anak dimana mereka dapat belajar dari teman seusianya. Dimana cara berfikir mereka berada pada level yang sama. Sehingga pembelajaran bisa belajar dengan efektif dan interaksi antar individu juga bisa dilakukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun