Mohon tunggu...
Visca
Visca Mohon Tunggu... Penulis - Lulusan arsitektur Universitas Indonesia, yang walaupun sudah tak berprofesi arsitek, tetap selalu suka menikmati segala bentuk arsitektur. Pernah tinggal di Maroko, Belanda, Thailand, dan tentunya Indonesia.

Traveler. Baker. Crafter.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Oktober dan Kisah Hidup Si Merah Muda yang Kontroversial

11 Oktober 2019   12:55 Diperbarui: 11 Oktober 2019   20:58 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi warna Pink | Sumber: unsplash.com/@ewxy (W)

Mulainya warna pink mengalami asosiasi dengan perempuan dan femininitas adalah sejak pertengahan abad ke-19. Dimana pada masa ini, laki-laki mulai lebih menggunakan warna gelap. Dan warna-warna pastel yang lembut, termasuk pink, lebih banyak digunakan oleh perempuan. Namun pada masa ini, belum ada garis batas jelas.

Contohnya, pada tahun 1918, ada artikel mengenai pink untuk anak laki-laki dan biru untuk anak perempuan. Karena pink dianggap warna yang lebih kuat (karena berasal dari warna merah) dan biru dianggap lebih lembut.

Di Amerika, pada tahun 1920-an, saat dimana industri pewarna sedang berkembang pesat, produsen dan toko mulai mempunyai ide untuk menjual pakaian anak laki-laki dan perempuan berdasarkan warna. Mereka memilih biru dan pink.

Namun uniknya, pemilihan warna ini belum terbagi. Tergantung dari produsen dan toko yang menjualnya. Seperti Department Store Marshall Field di Chicago menggunakan pink sebagai warna anak laki-laki dan biru untuk perempuan. Sedangkan Department Store Macy's di Manhattan menggunakan pink sebagai warna anak perempuan.

Salah satu peristiwa yang dianggap memberi "sumbangan" dalam menjadikan biru sebagai warna anak laki-laki, adalah pembelian lukisan "The Blue Boy" karya Thomas Gainsborough pada tahun 1921 oleh seorang milioner Amerika, Henry Huntington. Pembelian lukisan ini mendapat liputan luas. Sehingga orang jadi melihat image "laki-laki memakai baju biru".

Sebegitu kuatnya image ini, banyak gerakan yang berhubungan dengan isu perempuan, menggunakan warna ini. Salah satu contohnya adalah breast cancer awareness. Walaupun sebetulnya, awalnya warna yang digunakan adalah peach.

Adalah Charlotte Hayley, seorang penderita kanker payudara, yang menggerakan cancer awareness ini, karena prihatin dengan minimnya budget dari pemerintah bagi pencegahan kanker.

Ia membagikan kartu yang diberi pita warna peach untuk membagikan informasi tentang hal ini. Yang dilakukan oleh Charlotte Hayley menarik perhatian Alexander Penney, seorang editor majalah yang ingin mengangkat isu tersebut dimajalahnya, Self Magazine.

Namun ajakan Alexandra untuk bekerja sama ditolak oleh Charlotte karena terlalu komersial menurutnya, dan Alexandra tidak dapat menggunakan pita peach karena sudah menjadi "milik" Charlotte.

Akhirnya, Self Magazine memutuskan menggunakan pita warna pink untuk mengangkat isu tentang breast cancer awareness. Contoh lainnya adalah "Gulabi Gang". Salah satu organisasi di India, juga menggunakan pink sebagai identitas.

Gulabi Gang adalah organisasi yang berjuang membantu kalangan terpinggirkan di India. Melindungi mereka dari ketidakadilan dan memastikan mereka mendapatkan hak-haknya. Kelompok ini terutama membantu dalam kekerasan dalam rumah tangga, melawan penindasan dan ketidakadilan terhadap perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun