Mohon tunggu...
Virza Mahesa
Virza Mahesa Mohon Tunggu... Lainnya - Pegawai Negeri Sipil pada Kementerian Keuangan

Ambisius, Religius, dan Realistis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Apakah Apel Pagi Dapat Meningkatkan Kedisiplinan Atau Hanya Kegitan "Kosong"?

4 November 2024   21:49 Diperbarui: 6 November 2024   20:54 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah pelaksanaan apel dapat meningkatkan kedisiplinan mahasiswa atau hanya sebatas mitos yang dipaksakan oleh sistem pendidikan? Di era digital ini, pertanyaan tentang pentingnya disiplin menjadi semakin relevan untuk dijawab. Apakah kedisiplinan itu benar-benar muncul dari kebiasaan-kebiasaan wajib, seperti apel pagi yang dipaksakan, atau ada pendekatan yang lebih efektif untuk membangun tanggung jawab diri mahasiswa?

Banyak institusi pendidikan, khususnya perguruan tinggi, menggunakan apel atau pertemuan wajib sebagai cara untuk membentuk kedisiplinan. Namun, pendekatan ini justru sering kali hanya menjadi rutinitas kosong yang tidak memiliki dampak signifikan terhadap perilaku atau produktivitas mahasiswa. Apel yang dilakukan setiap hari lebih sering dipandang sebagai formalitas, dan mahasiswa yang hadir biasanya melakukannya hanya untuk memenuhi kewajiban administratif, bahkan ada yang hadir hanya sekadar "mengakali" sistem apel tersebut bukan karena mereka memahami atau menginternalisasi pentingnya disiplin. Ini menunjukkan bahwa kedisiplinan yang dipaksakan secara eksternal tanpa memberikan pemahaman yang mendalam cenderung tidak efektif untuk jangka panjang.

Di era digital saat ini, tantangan yang dihadapi mahasiswa jauh lebih kompleks daripada sekadar hadir di sebuah apel pagi. Pengelolaan waktu, penentuan prioritas, dan kemampuan untuk fokus di tengah arus informasi adalah keterampilan yang jauh lebih penting daripada sekadar mengikuti peraturan formal. Mahasiswa perlu belajar untuk mengatur diri mereka sendiri di luar pengawasan eksternal. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa disiplin diri yang tumbuh dari dalam, seperti kesadaran akan tanggung jawab akademis dan pribadi, lebih efektif dalam meningkatkan produktivitas dan kesuksesan mahasiswa. Ini membuktikan bahwa apel atau pertemuan wajib tidak sebanding dengan kebiasaan manajemen diri  serta internalisasi nilai kedisiplinan lebih dinamis dan relevan.

Daripada menggunakan metode apel yang sifatnya seremonial dan tidak fleksibel, perguruan tinggi bisa mengadopsi pendekatan yang lebih memberdayakan mahasiswa untuk mengembangkan disiplin diri ataupun dengan memberikan efek jera yang sekiranya demanding bagi para mahasiswa. Program-program internalisasi, diskusi kelompok tentang tujuan akademis, dan sistem mentoring yang lebih personal adalah contoh pendekatan yang bisa menumbuhkan disiplin yang lebih alami dan berkelanjutan. Mahasiswa yang memiliki kontrol terhadap agenda mereka sendiri akan lebih bertanggung jawab dan termotivasi, dibandingkan dengan mereka yang sekadar mengikuti instruksi tanpa pemahaman.

Pada akhirnya, disiplin yang dibangun melalui mekanisme paksaan seperti apel terus-menerus mungkin terlihat efektif di permukaan, tetapi kenyataannya hanya mengajarkan kepatuhan tanpa mengembangkan kemandirian atau tanggung jawab sejati. Untuk benar-benar menumbuhkan disiplin dalam diri mahasiswa, institusi harus beralih dari pendekatan formal yang kaku dan mengarahkan fokus mereka pada metode yang lebih adaptif, memberdayakan, dan sesuai dengan tantangan dunia modern. Disiplin sejati adalah hasil dari kesadaran pribadi, bukan dari serangkaian kewajiban yang dipaksakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun