Mohon tunggu...
Viryan Azis
Viryan Azis Mohon Tunggu... -

kerje di kpu | ngopi tak pakai gule | fans barca | iG/twitter: @viryanazis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pep Guardiola, La Masia dan New Masia

11 Mei 2012   09:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:26 657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saat ini, tepat dua minggu lalu Pep menyatakan tak melanjutkan kontrak sebagai pelatih Barca. Saat itu di Camp Nou, Pep bersama Sandro Rosell dan Andoni Zubizarreta (Presiden dan Direktur Olahraga Barcelona) menggelar konperensi pers yang disiapkan langsung Barca TV serta secara streaming yang diikuti secara live oleh jutaan penggemarnya. Konperensi Pers yang membuka sesi kesedihan Los Cules tak hanya di Barcelona, Spanyol, namun sudah merambah ke berbagai belahan dunia.

Pep telah menjadi pelatih terbaik dalam sejarah 113 tahun Barcelona berdiri dengan torehan hasil 13 gelar dalam masa 4 tahun kerja, 2008-2012. Bahkan Pep ditempatkan sebagai pelatih terbaik dunia, menempatkan Barca di eranya sebagai tim sepakbola terbaik didunia. Beragam julukan ditasbihkan tim asuhannya yang disebut sebagai seniman bola karena senantiasa menyajikan permainan yang indah hingga disebut alien untuk menggambarkan tingginya kemampuan pemain Barca. Kesemua julukan tersebut berkat olah kepelatihannya.

Hingga hari ini pun di twitterland maksimal setiap 10 menit sekali ada saja yang komentar atau berita tentang Pep Guardiola. Google mencatat pencarian atas keyword Pep Guardiola sekitar 23,700,000 (0,11 detik) dan Yahoo masih menempatkan sebagai salah satu berita bola yang dicari warga dunia maya.

Saya dan beberapa teman yang kerap tweetgroup setiap nonton siaran langsung Barca pun berduka dan saling menghibur. Duka paling mendalam diantara kami ada di @dianindrawati (BarcaAngel) yang lebih seminggu nge-tweet dukanya. Minggu lalu tanggal 6 may, Dian masih berduka, “When I see your face, I want to cry again oum pep...huhuhu...*nangisdikamarmandi#GraciesPep”. Tak lama dian nge-tweet lagi, “Seumur hidup gw, belum pernah begitu kagum pada sosok pelatih...you're the one make me like this oum pep...*masihnangis#GraciesPep”... Sebagai penikmat Barca, memang kita disajikan permainan yang sesuai dengan tagline-nya, “Mes Que Un Club” (Bukan sekedar klub). Mes Que Un Club ini sejatinya pernyataan simbolik masyarakat Catalan atas sikap represif raja Spanyol terhadap mereka. Sepakbola menjadi sarana simbolik yang juga mewakili perlawanan mereka. Permainan menyerang menjadi ciri khas Barca sebagai bentuk perlawanan terhadap dominasi Kerajaan Spanyol. El-Clasico adalah mediumnya yang penuh cerita heroik. Setiap El-Clasico selalu penuh dengan tensi tinggi, panas dan keras layaknya perang. Namun slogan Mes Que Un Club telah melampaui semangar perlawanan tersebut. Perjalanan Barca ditangan Pep layaknya model dipanggung catwalk yang tersaji melampaui harapan penggemar Barca dan penikmat bola. Orang bahkan heran bila mendengar Barca kalah karena telah terbiasa melihatnya menang. Perlahan orang mulai mencari tahu behind the scene Pep dan Barcelona.

Semua ini bermuara di Rumah Petani atau La Masia jawabannya...!!!. Lengkapnya, La Masia de Can Planes adalah tempat pendidikan pemain muda Barca. Saya lebih suka menyebut sebagai pendidikan dari pelatihan karena memang di La Masia tidak sebatas tempat berlatih bola, meskipun keluaran utama La Masia adalah pemain-pemain bola terlatih. Inilah kata kunci pembeda Barca dari klub sepak bola yang lainnya serta sekali lagi tagline Barca tersebut. La Masia merupakan bangunan bata coklat tua sederhana bergaya catalonia yang berdiri diatas tanah 610 meter persegi. Layaknya rumah, semua bibit muda pemain tinggal disana lengkap dengan dapur serta juru masak yang ramah dan tentunya tempat khusus belajar yang ada di lantai dua. Suasana La Masia yang sederhana menekankan pada dua bentuk sisi mata uang aktifitas utama, bermain bola dan pendidikan. Dua aktifitas utama ini dibingkai dengan filosofi Barca, bermain bola dengan pendekatan total football yang dirintis legenda Barca Johan Cruyff serta pendidikan dengan pendekatan karakter yang kuat.

Diresmikan tanggal 20 Oktober 1979, bibit siswa La Masia mulai usia 7-16 tahun dididik gaya total football dengan dua ciri utama, disiplin penguasaan bola dan umpan pendek. Meski La Masia sarana pengembangan bibit pemain bola, namun sampai dengan usia 16 tahun, siswa La Masia hanya 1,5 jam per hari bermain bola. Siswa La Masia juga setiap hari tetap mengikuti jenjang pendidikan formal. Pendidikan formal ini secara tidak langsung menginternalisasi nilai-nilai catalunya serta membuat siswa La Masia terdidik. Bagi siswa La Masia yang tak dapat mengembangkan dirinya secara maksimal untuk menjadi pemain bola, dapat meneruskan masa depannya dengan menempauh profesi lain, seperti dokter, arsitek dan lainnya. Dalam konteks bisnis, La Masia dapat dijadikan “pabrik” pemain bola yang menguntungkan. Biaya operasional hanya 5 juta Poundsterling per tahun. Bayangkan dengan nilai-jual alumni La Masia yang kini bertebaran seperti Messi yang terakhir isunya ditawar Abramovic, Bos Chelsea sebesar 200 Poundsterling.

Kesederhanaan bangunan La Masia serta filosofi Barca melekat kuat pada skuad utama Barca saat ini. Meski secara rata-rata pemain Barca menerima bayaran tertinggi di dunia, keseharian dan pergaulan anak asuhan Pep terbilang jauh dari kemewahan atau sikap pamer. Pemberitaan yang kerap mengemuka lebih dominan terkait hubungan emosional antar mereka. Nilai rendah hati, setia kawan, menghargai dan respek kepada lawan kerap ditampilkan Pep Guardiola yang diikuti anak asuhnya. Bahkan sikap sosial condong mengemuka seperti yang dilakukan Charles Puyol yang peduli terhadap orang utan di Kalimantan. Charles Puyol juga menegur Thiago Alcantara dan Dani Alves yang melakukan selebrasi berlebihan saat merayakan gol kelima ke gawang Rayo Vallecano. Pep Guardiola pun meminta maaf selepas pertandingan kepada fans Rayo Vallecano. Kekalahan Barca atas tim lawan pun lebih dominan disikapi Pep dengan koreksi internal dan mengapresiasi lawan. Tak heran selain belasan tropi dan penghargaan personal seperti Sepatu Emas, Ballon d’or dan lainnya, Barcelona juga mendapat penghargaan sebagai tim paling fair play di La Liga Primera musim 2010/2011 lalu serta piala dunia tahun 2011. Nilai-nilai humanis yang membalut ragam prestasi anak asuh Pep Guardiola selama empat tahun menjadi modal utama yang mendorong mereka dapat senantiasa fokus dan kompak dalam bermain. Nilai-nilai tersebut terinternalisasi dari pendidikan di La Masia yang mendominasi skuad Barcelona sekarang. Justifikasi selain skuad inti Barcelona alumni La Masia, juga sang Entrenador, Pep Guardiola alumni La Masia. Pep masuk La Masia saat usia 13 tahun. Ia meninggalkan rumahnya di Santpendor yang berjarak 70 Km dari Barcelona. Delapan tahun berlatih di La Masia, tahun 1992 Pep masuk skuad inti dan merengkuh sejumlah Trofi.

Kini Pep tengah menyelesaikan akhir masa kerjanya sebagai pelatih Barca. Tentunya akan disusul dengan era Puyol, Xavi, Messi akan berakhir beberapa tahun lagi. Skuad besutan Pep yang disebut sebagai tim terbaik sepakbola yang pernah ada didunia memiliki umur biologis. Semoga nilai La Masia tetap terus hidup di generasi selanjutnya. Meski tentunya ini agak mengkhawatirkan, karena La Masia telah ditutup tanggal 30 Juni 2011 lalu.

Pusat pembibitan anak muda Barca di pusatkan di lokasi baru, Centre de Formacio Oriol Tort di Ciutat Esportiva Joan Gamper. Sarana yang lebih lengkap, lebih modern dan tentunya lebih megah dari bangunan sederhana La Masia yang didirikan tahun 1702. Bangunan yang penamaannya mengambil nama pendiri FC Barcelona (Joan Gamper) disebut sementara ini sebagai New Masia.

Tentang La Masia dan New Masia ini, saya teringat dengan satu tempat warung kopi tempat kami nongkrong saat mahasiswa tahun 1990-an sampai awal tahun 2000-an di satu sudut Kota Pontianak. Kami menyebutnya rumah hitam atau black-house. Bangunan warung tersebut seluruhnya dari kayu yang lebih tepat disebut gubuk selalu menghadirkan suasana khas. Warna hitam bangunan dikarenakan asap yang mengepul dari tungku api (kompor) memasak air dan menggoreng penganan yang berbahan bakar bakar. Diluar Black-House banyak kayu bekas atau kayu bakar yang disimpan pemilihnya. Black-Housea ada sejak tahun 1970-an ini menjadi favorit kami. Suasana ndeso membuat kami betah berlama-lama, bahkan kerap kami perlu mengantri untuk menikmati suasana tersebut. Terlebih gaya si Mbah (almarhum), kakek tua pemilik warung tersebut yang merokok lunglat (digulung-dijilat). Kadang teman dan saya (waktu itu masih merokok) sesekali meminta rokok si Mbah. Entah karena alasan apa, pemilik Black-House tesebut merubahnya dengan bangunan beton yang modern dan menghilangkan nilai khas tersebut. Kini warung kopi tersebut sepi, meski ku masih setia kadang ngopi dan nongkrong di warkop tersebut, namun pengunjung bisa dihitung dengan jari. Bahkan sering kini tempat itu sepi dan menjadi tempat untuk santai sendiri. Ada teman yang mengatakan, “sudah ngga ada lagi seninya yan disitu”. Yang lain berkata, “ngga enak, ritual kayu hitamnya sudah hilang”. Juga ada yang berkata, “si Mbah udah ngga ada”. Entah kemana para penggemar black-house tersebut melepas ritual ngopi santai malam.

Semoga saja generasi keemasan Barca dapat tergantikan dengan pabrik New Masia. Sejujurnya saya sendiri khawatir yang terjadi sebaliknya. Kekhawatiran ini hadir karena kesederhanaan La Masia berganti dengan kecanggihan New Masia. Semoga jebolan New Masia tetap dapat mewarisi nilai-nilai humanis sebagaimana alumni La Masia. Dan terhindar dari nasib Black-House tempat kami biasa ngopi itu. Selamat beristirahat Pep, semoga Vilanova melanjutkan warisan nilai La Masia... #GraciesPep

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun