Mohon tunggu...
virsa alfar
virsa alfar Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa Universitas Airlangga

haiii

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Resensi Buku Sukarno & Desain Rencana Ibu Kota Palangkaraya

24 Oktober 2022   14:23 Diperbarui: 24 Oktober 2022   14:38 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Buku ini di tulis oleh Wijanarka pada tahun 2005 di Palangkaraya dan diterbitakan oleh penerbit Ombak di Yogyakarta pada tahun 2006 dalam buku ini beliau menuliskan bahwa adanya konsep yang selaras antara Kota Palangkaraya dan Kota Jakarta yang dis simbolkan dengan Lapangan Bundaran Besar dengan Lapangan Monumen Nasional yang artinya desain ini tidak hanya sekadar seni semata tetapi juga melambangkan nilai nasionallisme.

Pada buku ini di ceritakan kunjungan awal Bung Karno ke Palangkaraya yang memiliki peristiwa unik yaitu ketika Bung Karno menaiki Jeep tidak di seteri oleh supir atau ajudannya melaikan di tarik dan di dorong oleh para penduduk atas kemauan penduduk itu sendiri selama jarak 3 km

Pada tahun 1959 Sukarno mengunjungi kota Palangkaraya lagi dan mengecek kekuatan bangunan dengan tongkat yang di milikinya di ceritakan pada kunjungan ini beliau mengangkat sepotong balok kayu dan memukul salah satu tiang gedung sembari mengakatan "saya ini insinyur bangunan,saya akan uji kekuatan bangunan ini" dan ternyata bangunan tersebut kuat beliau puas karena campuran semen yang di gunakan memiliki komposisi yang pas.

Di buku ini di ceritakan bahwa ketika mengunjungi negara-negara lain sukarno selalu menyempatkan diri untuk melihat karya-karya arsitektur dan menyempatkan diri untuk membeli buku-bukunya di duga hal ini di maksudkan untuk membangun ibu kota jakarta pada tahun 1957-an. Kota Palangkaraya di bangun dengan di tandai adanya pemasangan tiang pertama oleh Sukarno yang sekarang kita kenal sebagai Monument Peletakan Batu Pertama Pembangunan Kota Palangkaraya jika diperhatikan dalam perkembangannya kota Palangkaraya berbentuk Radial yang terdiri dari ruang pusat yang memiliki prinsip sebagai sumbu.

Dalam buku ini di ceritakan bahwa Sukarno pada saat itu di hadapkan dengan dua pilihan kota sebagai ibu kota negara yakini Jakarta atau Palangkaraya namun,pada saat itu beliau berpikir bahwa pembangunan kota Palangkaraya kurang lancar sesuai dengan harapannya dan Sukarno pun mulai berambisi untuk mengenalkan Jakarta sebagai ibu kota dengan di keluarkannya Penetapan Pemerintan no 6 tahun 1959 dengan di keluarkannya penetapan ini pembangunan kota Palangkaraya pun mulai tertinggal dan sukarno pun mulai fokus terhadap event-event internasional dan mempromosikan RI ke luar negeri seperti Asia Games (1962), Ganefo/Canefo (1963) dan Konfersi Wartawan Asia Afrika (1963) makadari itu beliau fokus untuk membangun bangunan-bangunan yang saat ini di gunakan untuk kepentingan politik seperti gedung Canefo yang sekarang di gunakan sebagai gedung DPR/MPR

Sekarang kita tahu bahwa Ibu kota negara kita akan di pindahkan ke Kalimantan lebih tepatnya di daerah Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur bisa di simpulkan dari sini rencana pemindahan ibu kota ke kalimantan merupaka kreasi sukarno baik yang sudah tersurat dalam buku minimnya desain grafis maupun yang masih tersirat dalam buku ini kota palangkaraya dahulu sempat di lirik soekarno karena letak nya berada pas di tengah-tengah wilayah RI yang awalnya di mulai dengan penancapan tiang yang di duga konsep ini merupakan ide dari Sri Sunan Pakubuwoni XII yang di karena kan pada saat penancapan ini Sri Sultan Hamengkubuwono XII juga ikut datang menuju Palangkaraya pada bagian penutup dalam buku ini di jelaskan bahwa dalam desain palangkaraya juga mengharmonisasikan Kembali Lima unsur Feng Shui dalam desain Palangkaraya yang di dalam nya ada unsur yaitu Air, Api, Tanah, Kayu, dan Logam api yang di wakili dengan bentuk segitiga, air berbentuk gelombang, tanah yang berbentuk kotak, kayu berbentuk persegi panjang dan logam berbentuk bundar dan juga secara pembangunannya kota ini lahir pada tanggal 17 Juli 1957 dalam angka kelahiran tersebut palangkaraya memiliki unsur Api Positif dengan kata lain unsur Apinya kuat namun tidak dapat timbul dengan sendirinya.

            Dalam buku ini banyak menampilkan gambaran-gambaran sketsa mengenai rencana pembangunan ibu kota di palangkaraya selain itu juga di paparkan beberapa peta-peta yang mengambarkan mengenai rumah-rumah, aliran saluran air di kota palangkaraya, bangunan-bangunan penting baik di kota palangkaraya maupun di jakarta di dalam buku ini juga di bahas mengenai hubungan korelasi antara menara-menara yang ada seperti monas di jakarta memiliki hubungan yang sama dengan bundaran besar palangkaraya bisa di tarik kesimpulan bahwa di sini presiden pertama kita bapak Ir Sukarno bukan sekedar presiden semata nalain kan juga arsitek handal yang mampu membuat desain rancangan kota luar biasa yang pasti memiliki nilai bukan sekedar nilai guna saja tetapi juga memiliki nilai arsitektur yang tidak bisa di ragukan lagi ke indahaan nya beliau juga menyebutkan salah satu kutipan yang isinya sebagai berikut

            "...Jadilah Kota Palang kaya sebagai modal dan model..

            ...Jangan Membangun Bangunan Disepanjang Tepi sungai Kahayan dan Lahan Di Sepanjang Tepi Sungai Tersebut Hendaknya di peruntuhkan sebagai Taman Sehingga Pada Malam Yang Terlihat Hanyalah Kerlap-Kerlip lampu yang indah 

Pada saat Orang Melewati Sungai Tersebut...."

(Soekarno,1957)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun