Mohon tunggu...
virsa alfar
virsa alfar Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa Universitas Airlangga

haiii

Selanjutnya

Tutup

Book

Resensi Buku Dua Kota Tiga Zaman Surabaya dan Malang Sejak Kolonial sampai Kemerdekaan

20 Oktober 2022   14:37 Diperbarui: 20 Oktober 2022   14:43 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul Buku      : Dua Kota Tiga Zaman: Surabaya dan Malang Sejak Zaman Kolonial sampai Kemerdekaan

Penulis             : Prof. Purnawan Basundoro

Penerbit           : Penerbit Ombak

Tahun Terbit   : 2009

Halaman           : 297 halaman

Sebuah kota tentu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Dalam buku ini kita disajikan bagaimana dua kota besar di Jawa Timur, Kota Surabaya dan Kota Malang berkembang di tiga zaman yaitu, zaman Belanda, zaman Jepang, dan zaman Kemerdekaan. Kedua kota ini merupakan produk dari Undang-Undang Desentralisasi yang dikeluarkan oleh pemerintah Hindia-Belanda pada tahun 1903 (Decentralisatie Wet 1903). Undang-undang ini berdampak besar bagi kebanyakan kota-kota yang ada di Indonesia pada masa itu. Kota Surabaya baru ditetapkan sebagai sebuah gementee pada tanggal 1 April 1906 oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda, sedangkan Kota Malang baru ditetapkan sebagai sebuah gementee pada tanggal 1 April 1914. Bisa dibilang, tanggal lahir dari kedua kota ini memiliki kesamaan, hanya memiliki selisih delapan tahun. Buku ini membahas secara umum bagaimana perkembangan kedua kota ini.

Dalam buku ini, Penulis membagi pembahasannya menjadi dua bagian yaitu, bagian pertama membahas Kota Surabaya dan bagian kedua membahas Kota Malang. Penulis juga membawa banyak disiplin keilmuan dalam menulis buku ini yang menjadikan pembahasan di buku ini lebih menarik untuk dibaca dan membuka perspektif pembaca  untuk melihat kedua kota besar di Jawa Timur ini.

Penulis dari buku "Dua Kota Tiga Zaman Surabaya dan Malang Sejak Kolonial Sampai Kemerdekaan" ini bernawa Purnawan Basundoro. Saat ini, beliau menjabat sebagai Dekan dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga. Dalam buku ini tidak menceritakan bagaimana riwayat kelahiran dua kota besar di Jawa Timur ini. Fokus penulisan buku ini terletak pada kajian penulis sejarah perkembangan kedua kota dari segi urbanitas dalam rangkaian tiga zaman yang saling terkait erat tapi pada saat yang sama juga saling berkontradiksi satu sama lain. Ketiga zaman tersebut secara bersamaan memiliki peran penting dalam transformasi kedua kota ini. Penulis membagi buku ini menjadi sepuluh bab dan dua bagian yaitu, Bagian I membahas Kota Surabaya dan Bagian II membahas Kota Malang. Bab pertama, penulis menjelaskan bagaimana perkembangan kota-kota di Indonesia pada masa transisi.

Sedangkan di bagian pertama, penulis membagi bahasan tentang Kota Surabaya menjadi lima bab pembahasan. Di bab pertama bagian Surabaya, penulis menjelaskan bagaimana penguasa dan pemukian miskin di Kota Surabaya pada masa kolonial Hindia-Belanda. Di bab kedua bagian Surabaya, penulis menjelaskan bagaimana gerakan protes penghuni kampung partikelir Kota Surabaya pada awal abad ke 20. Di bab ketiga bagian Surabaya, penulis menjelaskan bagaimana listrik muncul di Kota Surabaya yang berfokus pada perusahaan listrik swasta Hindia-Belanda yaitu, NV. Aniem Surabaya. Di bab keempat bagian Surabaya, penulis menjelaskan bagaimana masyarakat miskin kota yang dimarjinalkan di Surabaya serta beberapa konflik pertanahan yang melanda Surabaya. Di bab kelima bagian Surabaya, penulis menjelaskan bagaimana Kota Surabaya menghadapi para pendatang di zaman orde baru hingga pasca orde baru.

Lanjut di bagian kedua, penulis membagi bahasan tentang Kota Malang menjadi tiga bab pembahasan. Di bab pertama bagian Malang, penulis membahas bagaimana interpretasi alun-alun Kota Malang di tiga zaman yaitu, zaman Kolonial, zaman Jepang, dan zaman Kemerdekaan. Di bab kedua bagian Malang, penulis membahas alun-alun "bunder" atau alun-alun tugu Kota Malang. Di bab ketiga bagian Malang, penulis menjelaskan bagaimana perkembangan ekonomi di Kota Malang sejak masa Kolonial hingga masa Orde Lama. Di Bab terakhir atau bab sepuluh, penulis menjelaskan bagaimana kedua kota ini berkembang dari tiga zaman itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun