Mohon tunggu...
Virra PutriRamadhani
Virra PutriRamadhani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi/Universitas Muhammadiyah Surakarta)

Sagi Girl, hobi explore banyak hal.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Waspada, Musuh Kita (Remaja) Anemia!

1 Januari 2024   07:00 Diperbarui: 1 Januari 2024   07:03 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Masalah kekurangan zat gizi, seperti anemia, merupakan sesuatu yang umum terjadi di Indonesia. Anemia ialah kondisi di mana kadar hemoglobin (Hb) dalam aliran darah berada di bawah tingkat normal berdasarkan usia dan jenis kelamin. Rentang normal kadar Hb pada remaja putri adalah antara 12 hingga 15 g/dL. Anemia dijelaskan sebagai pengurangan proporsi sel darah merah. Anemia bukanlah suatu diagnosis, melainkan suatu manifestasi dari kondisi penyakit yang mendasarinya. Apakah seorang pasien menunjukkan gejala tergantung pada etiologi anemia, akut atau tidaknya onset, dan keberadaan komorbiditas lainnya, terutama keberadaan penyakit kardiovaskular. 

Sebagian besar pasien mengalami beberapa gejala terkait anemia ketika kadar hemoglobin turun di bawah 7,0 g/dL. Eritropoietin (EPO), yang diproduksi di ginjal, adalah stimulus utama produksi sel darah merah (RBC). Hipoksia jaringan adalah stimulus utama produksi EPO, dan kadar EPO umumnya berbanding terbalik dengan konsentrasi hemoglobin. Dengan kata lain, individu yang anemia dengan kadar hemoglobin rendah memiliki kadar EPO yang meningkat. Namun, kadar EPO lebih rendah dari yang diharapkan pada pasien anemia dengan gagal ginjal. Pada anemia penyakit kronis (AOCD), kadar EPO umumnya meningkat, tetapi tidak se tinggi yang seharusnya, menunjukkan kekurangan relatif EPO.

Nilai normal Hemoglobin (Hgb) dalam pemeriksaan laboratorium dapat sedikit berfluktuasi, namun secara umum, rentang nilai normal bagi pria, normalnya antara 13,5 hingga 18,0 g/dL. Wanita biasanya memiliki rentang normal antara 12,0 hingga 15,0 g/dL. Pada anak-anak, nilai normal Hemoglobin berkisar antara 11,0 hingga 16,0 g/dL. Selama kehamilan, rentang nilainya bervariasi tergantung pada trimester, tetapi umumnya harus lebih dari 10,0 g/dL

Menurut data dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Dasar RI pada tahun 2018, prevalensi anemia pada remaja perempuan mencapai 27,2% dalam kelompok usia 15-24 tahun, sementara pada remaja laki-laki, angkanya tergolong rendah, yakni 20,3%. Situasi ini membuat anemia menjadi isu serius dalam kesehatan remaja, terutama bagi remaja perempuan. Faktor penyebab anemia melibatkan rendahnya pemahaman tentang kondisi ini di kalangan remaja, kurangnya asupan asam folat, zat besi, vitamin A, dan vitamin B12. 

Anemia merupakan permasalahan umum pada remaja perempuan karena defisiensi nutrisi dan perdarahan menstruasi yang dapat menyebabkan kondisi ini. Anemia dapat berdampak serius pada kesejahteraan seseorang, ditandai dengan gejala seperti lemas, kelelahan, sesak napas, pusing, penurunan stamina, dan kulit pucat. Anemia juga dapat mengganggu konsentrasi, mempengaruhi fungsi jantung, dan merugikan pertumbuhan dan perkembangan remaja dan anak. Penting untuk diingat bahwa remaja yang mengidap anemia dapat meningkatkan risiko komplikasi seperti kematian saat melahirkan, kelahiran prematur, atau bayi dengan berat badan rendah.

Dampak anemia terhadap kesehatan manusia sangat besar, juga berpengaruh pada aspek ekonomi dan sosial.  Anemia menyumbang sekitar 68,4 juta tahun hidup dengan cacat, mencakup 9% dari total beban kecacatan global akibat berbagai kondisi di tahun 2010. Kondisi ini berkaitan dengan hasil kesehatan dan perkembangan yang negatif, termasuk risiko kematian perinatal dan neonatal, kelahiran bayi denga kelahiran prematur, berat badan rendah, dan perkembangan anak yang tertunda. Efek negatif terhadap kesehatan dan hasil perkembangan dari anemia timbul dari dampak pengiriman oksigen yang berkurang ke jaringan (di mana beberapa sistem organ dapat terpengaruh), serta efek yang terkait dengan penyebab dasar anemia, yang sulit dipisahkan. Sebagai contoh, dalam anemia defisiensi besi (IDA), ketersediaan zat besi yang berkurang memiliki dampak negatif yang telah mapan terhadap perkembangan dan fungsi otak bahkan sebelum perkembangan anemia.

Bagi mereka yang menderita gejala anemia, penting untuk menjalani konsultasi medis dan melakukan pemeriksaan guna mengidentifikasi akar penyebab anemia agar dapat mendapatkan pengobatan yang sesuai. Dalam upaya pencegahan penyakit ini, memastikan asupan nutrisi yang memadai. Memastikan pasokan yang cukup dari zat besi, vitamin B12, dan asam folat menjadi langkah penting. Konsumsi makanan seperti sayuran berdaun hijau, daging, dan kacang-kacangan, yang kaya akan vitamin B12 dan zat besi, dapat berperan dalam mencegah anemia. Jika anemia disebabkan oleh kehilangan darah, mendapatkan bantuan medis secepatnya menjadi tindakan yang perlu diambil. Di sisi lain, jika anemia berasal dari masalah kesehatan lain, perawatan medis preventif menjadi suatu keharusan. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kesadaran di kalangan organisasi kesehatan dan pemerintah mengenai anemia. Menjamin peningkatan akses ke layanan kesehatan dan mendukung inisiatif pencegahan dan pengobatan anemia di seluruh tingkatan adalah tindakan yang esensial. Dengan pendekatan yang menyeluruh, anemia bisa diakui, diatasi, dan dicegah secara lebih optimal, memberikan dampak kesehatan yang besar bagi masyarakat secara menyeluruh.

Sebagai langkah penanganan anemia pada remaja, pemerintah melakukan pemberian zat besi dan asam folat melalui obat tonik darah (TTD). Pendekatan ini melibatkan kerjasama dengan lembaga kesehatan, institusi pendidikan, dan inisiatif swasta. Program TTD di sekolah bertujuan untuk mencakup anak perempuan dan perempuan yang putus sekolah di tingkat sekolah dasar, menengah, dan sejenisnya sebagai bagian dari usaha memutuskan lingkaran masalah gizi. Pemberian transfusi darah pada remaja perempuan termasuk dalam program pemerintah, terutama dalam Pencegahan dan Pengendalian Anemia pada Remaja Putri dan Anak Perempuan (WUS), dengan salah satu tujuan khususnya adalah meningkatkan penerimaan TTD di kalangan remaja dan mengurangi kejadian anemia di kalangan remaja (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).

Anemia bukan hanya sekadar masalah gizi di Indonesia; penyakit ini merupakan musuh yang serius bagi kesehatan, pembangunan sosial, dan ekonomi kita. Dalam realitas sehari-hari, anemia tidak hanya menjadi statistik medis, tetapi juga kisah hidup jutaan orang, terutama remaja putri. Anemia bukanlah suatu diagnosis, melainkan gejala dari kondisi penyakit yang mendasarinya. Hal ini menciptakan tantangan kompleks, terutama di kalangan remaja, yang rentan terhadap kurangnya pemahaman tentang anemia. Angka kejadian anemia pada remaja perempuan di Indonesia mencapai 27,2%, menciptakan kondisi yang mengkhawatirkan. Kondisi ini tidak hanya mempengaruhi fisik, tetapi juga berdampak pada aspek sosial dan ekonomi. Anemia dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup, keterlambatan perkembangan, dan bahkan risiko kesehatan saat melahirkan. Oleh karena itu, penting untuk mewaspadai anemia, mengidentifikasi penyebabnya, dan memberikan perhatian medis yang tepat.

Upaya pencegahan anemia, seperti program pemberian zat besi dan asam folat melalui obat tonik darah (TTD), telah diterapkan oleh pemerintah. Namun, kesadaran masyarakat terhadap anemia dan partisipasi dalam program-program tersebut perlu ditingkatkan. Penguatan edukasi mengenai gizi dan kesehatan reproduksi di kalangan remaja juga menjadi kunci dalam mengatasi anemia. Masyarakat perlu diberdayakan dengan pengetahuan yang memadai tentang pentingnya nutrisi, dan pentingnya mendeteksi gejala anemia secara dini. Dibutuhkan peningkatan kesadaran dan dukungan edukasi untuk memperjuangkan kesehatan generasi masa depan. Hanya melalui kolaborasi yang erat antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, kita dapat mengatasi anemia dan menciptakan masyarakat yang lebih sehat dan produktif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun