Mohon tunggu...
VIRISSA NUR ZAHRAH
VIRISSA NUR ZAHRAH Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa S1 Universitas Jember

Halo nama saya Virissa, mahasiswa di Universitas Jember yang menempuh S1 program studi teknik konstruksi perkapalan. Saya suka menulis artikel kreatif dan menyusun strategi konten untuk media digital. Saya memiliki pengalaman memimpin tim dalam mengerjakan suatu progres atau program kerja suatu organisasi. Dan saya suka mencoba hal baru. Terima kasih sudah mampir di beranda sayaa:)

Selanjutnya

Tutup

Love

Berbeda Prinsip dengan Pasangan: Break Up atau Kompromi?

18 Januari 2025   10:42 Diperbarui: 18 Januari 2025   10:42 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sebuah hubungan, perbedaan adalah hal yang wajar. Namun, ketika perbedaan tersebut menyentuh hal mendasar seperti prinsip hidup, kepercayaan, atau nilai-nilai yang dianut, hubungan bisa menjadi medan penuh tantangan. Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan saat menghadapi situasi ini? Apakah perbedaan prinsip adalah alasan untuk berpisah, atau justru menjadi momen untuk belajar berkompromi?

Mengidentifikasi Prinsip yang Berbeda

Sebelum mengambil keputusan, penting untuk memahami apa yang sebenarnya menjadi sumber perbedaan. Beberapa prinsip umum yang sering menjadi konflik dalam hubungan meliputi:

  1. Keuangan: Perbedaan pandangan mengenai pengelolaan uang.
  2. Agama dan Kepercayaan: Ketidaksesuaian dalam keyakinan atau praktik spiritual.
  3. Karier: Prioritas antara karier atau keluarga.
  4. Gaya Hidup: Preferensi dalam menghabiskan waktu, seperti gaya hidup minimalis vs. hedonis.

Perbedaan ini tidak selalu berarti hubungan akan gagal, tetapi jika tidak dikelola dengan baik, bisa menjadi pemicu konflik besar.

Kapan Harus Berkompromi?

Kompromi adalah kunci dalam hubungan yang sehat. Namun, kompromi bukan berarti mengorbankan seluruh prinsip yang Anda yakini. Berikut adalah panduan kapan kompromi layak untuk dilakukan:

  1. Prinsip Tidak Sepenuhnya Bertentangan: Jika perbedaan tersebut masih bisa diselaraskan tanpa mengubah identitas atau keyakinan Anda.
  2. Komunikasi Terbuka: Kedua belah pihak bersedia mendengar dan mencoba memahami sudut pandang masing-masing.
  3. Nilai Hubungan Lebih Tinggi: Jika hubungan dirasa jauh lebih berharga dibandingkan perbedaan tersebut.

Contoh kompromi: Anda lebih suka menabung, sementara pasangan cenderung mengeluarkan uang untuk hal-hal spontan. Anda bisa membuat anggaran bersama yang tetap menyediakan ruang untuk pengeluaran spontan tanpa mengorbankan tabungan.

Kapan Harus Berpisah?

Meski kompromi penting, ada kalanya perpisahan menjadi pilihan terbaik. Situasi ini terjadi jika:

  1. Prinsip yang Berbeda Tidak Bisa Dinegosiasikan: Misalnya, perbedaan agama yang memengaruhi kehidupan rumah tangga atau pengasuhan anak di masa depan.
  2. Salah Satu Pihak Tertekan: Jika kompromi yang dilakukan justru membuat salah satu pihak merasa kehilangan dirinya sendiri.
  3. Hubungan Menjadi Tidak Sehat: Ketika konflik akibat perbedaan prinsip terus terjadi, memicu stres, atau bahkan merusak harga diri.

Menghadapi Realitas

Memutuskan antara break up atau kompromi bukanlah hal mudah. Berikut beberapa langkah untuk membantu Anda membuat keputusan:

  1. Evaluasi Prioritas Hidup: Apakah prinsip yang berbeda tersebut sangat penting bagi Anda? Ataukah ada ruang untuk fleksibilitas?
  2. Diskusikan Secara Mendalam: Jangan ragu untuk membicarakan kekhawatiran Anda secara terbuka dengan pasangan.
  3. Pertimbangkan Konseling: Terapis pasangan bisa membantu Anda dan pasangan melihat konflik dari sudut pandang yang lebih objektif.
  4. Dengarkan Intuisi Anda: Jika hati Anda terus merasa tidak nyaman, mungkin ini saatnya mengevaluasi ulang hubungan Anda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun