Paradigma Hegemoni Industrialisasi: Merenungi Kebijakan Inward dan Outward Looking di Era Globalisasi 4.0 untuk Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan
Kilas Balik Lahirnya Industrialisasi
Industrialisasi merupakan usaha menggalakan industri dalam suatu negara, atau dalam kata lain disuatu wilayah sedang terjadi pengembangan industri dalam skala yang luas. Berdasarkan sejarah yang dicatat, industrialisasi bermula pada pertengahan abad ke-18 hingga 19. Pada abad itu muncul pergerakan yang menjadi cikal bakal lahirnya industrialisasi. Pergerakan tersebut dikenal dengan Revolusi Agraria, dimana penggunaan tanah tidak hanya difungsikan untuk pertanian saja, melainkan untuk kegiatan komersil yang memanfaatkan lahan. Peristiwa ini menjadi dorongan untuk para ilmuan di inggris pada waktu itu untuk menemukan sebuah alat yang dapat digunakan untuk memudahkan produksi. Oleh karena itu, pada abad ke-18, ditemukan sebuah mesin uap karya James Watt, yang membawa dampak signifikan untuk efisiensi produksi kala itu. Pengaruh dari penemuan ini menjadi semakin terasa dampaknya, bahkan tersebar di seluruh penjuru eropa dengan cepat. Sehingga, kala itu perekonomian negara-negara di eropa tidak lagi bergantung dari hasil pertanian, melainkan industri. Hal ini menunjukan fenomena hegemoni pergeseran ekonomi yang menjadi cikal bakal munculnya Revolusi Industri 1.0, sebagai pondasi berkembangnya industri hingga saat ini.
Pengaruh Industrialisasi di Indonesia
Memasuki era Revolusi industri 4.0, perkembangan industri di dunia semakin pesat berkembang. Dilain sisi, perkembangan teknologi juga semakin maju berkembang tanpa batas yang jelas. Kondisi ini menjadikan revolusi ini tidak bisa lagi terelakkan, karena kebutuhan manusia yang terus bergeser sehingga mendorong inovasi baru. Inovasi ini terus berjalan sehingga menambah banyak variabel baru yang memudahkan manusia untuk melakukan kegiatannya. Salah satu variabel tambahan yang sangat berdampak yakni, kemudahan masyarakat luas untuk mengakses informasi secara instan. Hal ini membuat pertumbuhan dan perkembangan industri dapat dengan mudah diketahui dan diakses oleh banyak negara. Kondisi ini melatarbelakangi munculnya globalisasi, dimana terjadi perluasan hubungan yang menciptakan sebuah koneksi antar negara di dunia.
Korelasi antara industrialisasi dengan globalisasi bagi Indonesia mulai terlihat nyata dan jelas berdampak. Semenjak pembangunan ekonomi dimulai secara terencana pada tahun 1969, Indonesia mulai menggunakan pendekatan strategi industrialisasi (Ahmad Erani Yustika, 2007). Hal itu menunjukan sebuah fenomena baru yang mau tidak mau harus dihadapi oleh Indonesia dalam upaya bergerak mengikuti zaman.
Dampak globalisasi yang semakin berkembang membuat Indonesia sebagai negara dunia ketiga perlu menyikapi adanya pengaruh hegemoni industri ini. Untuk menyikapi eksternalitas, sebelumnya Indonesia perlu untuk melihat potensi, posisi, dan karakteristik negaranya sendiri. Jika melihat dengan keadaan Indonesia di masa lampau, Indonesia didominasi pada sektor pertanian dan pertambangan. Bukan tanpa sebab mengapa kedua sektor tersebut yang mendominasi dibandingkan dengan sektor lainnya. Kekayaan sumber daya alam yang melimpah, seperti lahan pertanian yang subur, hutan tropis, serta banyaknya cadangan mineral dan bahan tambang yang mendukung sektor pertanian dan pertambangan di Indonesia menjadi dominan. Pondasi yang melatarbelakangi ini nantinya akan menentukan arah kebijakan industrialisasi yang harus diambil Indonesia dalam menyaring pengaruh dan dampak eksternal yang muncul.
Paradigma Hegemoni Industrialisasi
Konsep dan Definisi Hegemoni Industrialisasi membahas tentang istilah "hegemoni industrialisasi" dan memberikan definisi yang jelas mengenai hal tersebut. Konsep ini berkaitan dengan kebijakan pembangunan ekonomi Indonesia di era globalisasi 4.0. Hegemoni industrialisasi mengacu pada dominasi atau kekuasaan yang dimiliki oleh sektor industri dalam perekonomian suatu negara. Dalam konteks ini, hegemoni industrialisasi berarti pentingnya sektor industri dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di Indonesia. Dalam era globalisasi 4.0, konsep ini menjadi relevan karena tantangan dan peluang baru yang dihadapi oleh negara dalam mengembangkan sektor industri. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang konsep dan definisi hegemoni industrialisasi serta peranannya dalam pembangunan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan sangat penting.
Tren Baru yang Berkelanjutan dalam Revolusi Industri 4.0
Saat ini dunia sedang dihadapkan dengan era revolusi industri 4.0. Berjalannya waktu, tidak dapat dipungkiri bahwa sektor industri semakin pesat berkembang. Revolusi industri 4.0 ini dapat digambarkan sebagai fenomena upaya transformasi menuju perbaikan dengan mengintegrasikan dunia online dan lini produksi di industri. Secara singkat, Industry 4.0, pelaku industri membiarkan komputer saling terhubung dan berkomunikasi satu sama lain untuk akhirnya membuat keputusan tanpa keterlibatan manusia. Kombinasi dari sistem fisik-cyber, Internet of Things (IoT), dan Internet of Systems membuat Industry 4.0 menjadi mungkin, serta membuat pabrik pintar menjadi kenyataan.
Kondisi Indonesia pada industri 4.0 dinilai semakin mengancam eksistensi dari sektor pertanian sebagai sektor basis sebelum munculnya istilah industri. Oleh karena itu, perlu ada sikap yang diambil dari adanya pergeseran tren ke arah industri ini, agar ekonomi tetap berjalan dan secara positif menunjukan tren pertumbuhan. Sikap yang diambil oleh pemerintah sebagai pengampu kebijakan suatu negara, menjadi penentu nasib ekonomi di negara tersebut.
Pada konteks perekonomian yang sedang berkembang ke arah industrialisasi, diperlukan sebuah alat yang mampu mengelola dan membangun sebuah konsep sebagai pedoman dasar dalam bertindak. Oleh karena itu, diperlukan sebuah kebijakan yang mengatur arah dan kinerja serta batasan dalam suatu ruang lingkup yang diatur. Dalam hal ini, kebijakan industri hadir sebagai penentu keberhasilan suatu perekonomian yang sedang menghadapi tren pergeseran ke arah industrialisasi. Kebijakan industri berhubungan dengan keputusan pemerintah yang bijak. Pada konteks ini dijelaskan perihal upaya menggeser secara bermakna karena adanya ketidakseimbangan antara sektor industri dengan sektor ekonomi lainnya. Sehingga kebijakan disusun dan dibuat untuk secara seimbang berjalan beriringan dengan dengan kondisi yang ada sebelumya.
Kebijakan Inward-looking vs Outward-looking
Arah proses industrialisasi sangat bergantung terhadap kebijakan pemerintah. Secara umum, strategi yang diterapkan pemerintah dapat dibedakan menjadi strategi yang bersifat inward-looking dan yang bersifat outward-looking1. Inward-looking sendiri merupakan sebuah kebijakan yang cenderung memilih untuk memenuhi kebutuhan sendirinya dengan cara mengurangi impor dan berusaha untuk memproduksi barang yang dibutuhkan di dalam negeri. Pendekatan Inward-looking menekankan pada pengembangan ekonomi domestik melalui perlindungan industri dalam negeri. Langkah-langkah proteksionis seperti regulasi perdagangan yang ketat dan insentif fiskal bagi industri lokal menjadi langkah kunci. Keuntungan utama terletak pada peningkatan kemandirian ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan pengendalian stabilitas harga.
Sedangkan outward-looking dapat didefinisikan sebagai kebijakan yang ditujukan untuk memacu pertumbuhan dengan orientasi perdagangan ke luar negeri, sehingga barang yang dihasilkan lebih berorientasi ekspor2. Kebijakan Outward-Looking ini mengarah pada integrasi ekonomi dengan pasar global. Melalui liberalisasi perdagangan dan investasi, Indonesia berupaya untuk meningkatkan daya saing, mendapatkan akses ke teknologi terkini, dan meningkatkan efisiensi produksi. Hal ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi melalui ekspansi pasar internasional.
Kebijakan inward-looking dan outward-looking sama-sama diterapkan sesuai kondisi dan situasi yang ada di negara tersebut. Sebagai perbandingan, jika melihat dari sudut negara maju, biasanya mereka cenderung menggunakan kebijakan outward-looking, dikarenakan memiliki orientasi yang jauh maju dengan situasi ekonomi yang lebih stabil. Di Lain sisi, kebijakan inward-looking cenderung condong ke negara berkembang, karena memiliki orientasi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Namun penentuan kebijakan inward-looking dan outward-looking pada suatu negara, kembali lagi tergantung dari situasi dan kondisi di negara terkait. Seringkali, negara-negara nyatanya mengkombinasikan kedua strategi ini dengan menyesuaikan keadaan ekonomi dan dinamika ekonomi yang terjadi pada lingkup nasional maupun internasional.
Tantangan, Peluang dan Solusi Atas Kebijakan Inward-looking dan Outward-looking
Kebijakan inward-looking dinilai mampu membangunan ketahanan ekonomi dalam negeri melalui upaya proteksionisme. Namun hal ini menimbulkan boomerang atas ketergantungan pada pasar lokal dan pemberlakuan proteksionisme berlebihan, karena dapat menghambat inovasi dan daya saing industri. Dilain sisi, kebijakan outward-looking dinilai mampu membawa dampak positif pada daya saing ekonomi serta mendorong inovasi yang bersaing di pasar global. Namun kebijakan ini juga mampu membawa resiko ketidaksetaraan ekonomi karena kerentanannya terhadap fluktuasi pasar global.
Kondisi di era globalisasi 4.0 yang serba melibatkan teknologi, membuka peluang baik atas tantangan pada kebijakan industrialisasi. Dalam menghadapi kompleksitas tantangan dan peluang dari kebijakan industrialisasi ini, diperlukan sebuah solusi holistik yang memandu elemen-elemen kunci dari kedua pendekatan tersebut. Solusi ini akan mengarah pada terciptanya integrasi yang harmonis antar dua kebijakan industrialisasi. Integrasi antara dua kebijakan ini perlu mencapai keseimbangan untuk menciptakan dampak positif yang nyata bagi hegemoni industrialisasi di Indonesia. Oleh karena itu, dengan mengadopsi perkembangan teknologi dan informasi yang serba tersedia, dapat menjadi kunci dalam memperkuat pendekatan inward-looking. Contoh nyatanya dapat dilihat dari pengaruh pemanfaatan digitalisasi pada kegiatan produksi dan distribusi, yang dapat berdampak pada meningkatnya efisiensi dan efektivitas serta daya saing industri dalam negeri, sehingga tidak bergantung pada kebijakan proteksionisme. Selain itu, membangun hubungan baik dalam konteks pemanfaatan globalisasi untuk mendorong keterlibatan berkelanjutan, juga menjadi kunci dalam memperkuat pendekatan outward-looking. Berikut ini beberapa opini yang dapat menjadi solusi dengan pendekatan globalisasi 4.0 :
Smart Inward-looking
- Upaya mengadopsi teknologi digital dan inovasi dalam rangka meningkatkan efisiensi dan daya saing industri dalam negeri, seperti pemanfaatan AI dan Big Data untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas produk
Balanced Outward-looking
- Mendorong kerjasama internasional dalam upaya mempromosikan perdagangan yang adil, melalui partisipasi aktif di forum internasional, untuk memastikan bahwa dampak globalisasi bisa dirasakan merata secara positif
Agile Economic Governance
- Reformasi struktural yang mencakup perbaikan birokrasi dan penyederhanaan regulasi menjadi penting. Pemerintah harus memastikan kebijakan fiskal yang seimbang, memberikan insentif bagi industri yang inovatif, dan mengurangi beban administratif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Adaptive Human Capital Development
- Upaya investasi sumberdaya manusia melalui pendidikan dan pelatihan yang responsif terhadap kebutuhan pasar global, sebagai bentuk sinergitas transformasi keterampilan dan keahlian dalam pemanfaatan teknologi di era globalisasi 4.0
Resilient Economic Portofolio
- Mendorong upaya pengembangan portofolio ekonomi yang beragam dalam rangka mengantisipasi dan mengurangi resiko ketidakpastian global.
Inclusive Policy-making
- Mendorong dialog serta partisipasi masyarakat dalam merancang kebijakan ekonomi dengan harapan semua kepentingan dapat terakomodasi
Dalam konteks Globalisasi 4.0, keselarasan optimal adalah kunci untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif. Pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat perlu bekerja sama untuk menciptakan ekosistem yang mendukung transformasi ekonomi yang adaptif dan responsif terhadap perubahan global. Dengan demikian kita dapat merenungkan bahwa tidak ada kebijakan yang sempurna, baik itu inward-looking maupun outward-looking. Tetapi ketidaksempurnaan itu dapat diantisipasi dan diminimalisir kekurangannya dengan sebuah upaya nyata melalui terobosan yang inovatif.
Dari Kebijakan Industrialisasi untuk Pembangunan Ekonomi Indonesia yang Berkelanjutan
Melibatkan kebijakan Inward-looking dan Outward-looking sebagai bagian dari strategi industrialisasi Indonesia memungkinkan terbentuknya kerangka kerja yang komprehensif dan berkelanjutan. Dengan memadukan kekuatan kedua pendekatan ini, Indonesia dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang seimbang dan berkelanjutan, memastikan manfaat ekonomi terdistribusi merata, dan mendorong kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Dalam perjalanan menuju masa depan yang berkelanjutan, peran pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil menjadi kunci untuk mencapai keselarasan dan kesinambungan dalam pengembangan ekonomi. Oleh karena itu diperlukan kolaborasi oleh setiap pelaku ekonomi dalam mewujudkan ekonomi berkelanjutan melalui pilar kebijakan industrialisasi sebagai sektor utama atau basis, dengan mengakomodasi penuh kemajuan teknologi, pemberdayaan SDM yang matang, responsibilitas sosial perusahaan dan kemudahan birokrasi serta regulasi yang kuat dari pemerintah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H