Munculnya virus covid-19 yang berasal dari kota Wuhan, China, telah membawa musibah dan perubahan sosial yang sangat besar di segala sektor seluruh negara. Awalnya, virus ini ditemukan di akhir 2019 kala seorang warga Wuhan yang terjangkit penyakit seperti demam dan flu setelah memakan sebuah kelelawar.Â
Namun, setelah diperiksa lebih jauh oleh tenaga kesehatan ternyata virus tersebut tidak pernah ada sebelumnya. Hal ini yang membuat seluruh medis di belahan dunia kewalahan.
Segala upaya telah dilakukan, lembaga kesehatan dunia seperti World Heart Organization pun kewalahan menangani kasus ini. Namun, setelah beberapa ahli kesehatan di seluruh dunia melakukan sebuah penelitian, hal tersebut menjadi angin segar dan harapan yang baik bagi seluruh umat manusia yang ada di bumi.
Bagaimana tidak? Harapan itu memang benar adanya. Upaya yang baik dibuktikan dengan ditemukannya varian vaksin covid-19 seperti Sinovac di China (efikasi: 65.3%), Astrazeneca di Inggris (efikasi: 70%), Moderna di Amerika Serikat (efikasi: 95%), Pfizer di Jerman (efikasi: 95%), dan Sinopharm di China (efikasi: 78.02%).
Di awal, penyebaran dan penggunaan vaksin ini tidak bisa didapatkan secara merata bagi negara lain, tetapi hanya negara yang memproduksinya saja yang dapat menggunakannya. Hal ini bukan tanpa alasan, tetapi agar medium penyembuhan menjadi steril dan aman digunakan bagi manusia.Â
Selain itu, negara produsen juga perlu mempersiapkan pendistribusian dosis vaksin sesuai permintaan negara lain. Maka tidak heran apabila negara seperti Indonesia perlu menunggu untuk mendapatkan dosis vaksinasi covid-19 lebih lama.
Jakarta, 13 Januari 2021 adalah momen di mana terlaksananya vaksinasi pertama di Indonesia. Presiden merupakan orang pertama yang mendapatkan vaksin (Sinovac) dan dilanjuti dengan beberapa tokoh seperti pejabat, tokoh agama, organisasi profesi, TNI, tenaga kesehatan, guru, serta tokoh masyarakat. Untuk masyarakat umum, diprioritaskan bagi lansia, sisanya dilanjutkan kepada usia produktif dan anak-anak di bawah 12 tahun.
Di Indonesia, vaksinasi memiliki 2 tahap pada 2021. Hal ini dilakukan guna meningkatkan herd immunity terhadap virus. Namun, upaya pemerintah tersebut nampaknya belum bisa terlaksana dengan baik. Masyarakat Indonesia terlalu menganggap remeh dan apatis seperti menolak vaksin, tidak menerapkan 5M, dan banyak berpergian ke luar negeri untuk sekadar liburan belaka.
Keapatisan masyarakat Indonesia justru menimbulkan masalah baru, yaitu virus covid-19 yang bermutasi menjadi varian Delta dan Omicron. Delta lebih dahulu sampai di Indonesia dan lebih ganas dampaknya (sesak napas, anosmia, mual, diare, dan lain-lain), terutama bagi mereka yang belum mendapatkan vaksinasi satu dan dua. Sementara omicron, dampaknya seperti virus flu biasa, tetapi penularannya sangat cepat dan terbukti sekiranya sudah 80 negara yang terinfeksi.
Menanggapi masalah ini, pemerintah tentunya tidak tinggal diam. Pemerintah, baik pusat atau daerah, serta agen sosial lainnya terus mengajak warga untuk melakukan vaksinasi tambahan atau booster guna meningkatkan herd immunity terhadap virus yang bermutasi. Vaksinasi booster ini tersebar secara merata di seluruh Nusantara, khususnya seperti Desa Cilebut Barat yang berada di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor.
Desa Cilebut Barat merupakan salah satu daerah di Indonesia yang terbilang sukses dalam program vaksinasinya, terbukti dengan keberhasilan suntikan dosis pertama dan kedua yang mencapai 93% dari total penduduknya (Ahmad Fauzi Ferdiansyah, Sekretaris Desa Cilebut Barat). Hal ini tentunya merupakan sebuah bukti kerja keras yang dilakukan oleh Desa Cilebut Barat, serta hubungan mutualisme dengan warga dan pihak lain.