"Oh Tuhan, bantulah hambamu ini!".
Doa pertolongan yang ku panjatkan sembari duduk manis menikmati kopi yang berbeda ini. Mungkinkah terkabul!?, sebab pertanda rasa kopi ini, penuh harapan dan keyakinan manis, jika masih ada kejujuran di negeri ini.
Tak ada jawaban pasti yang ku dengar dari Tuhan, hanya ku yakin Tuhan tak pernah ingkar janji. Tinggal rencana harap terlantun dalam doa, bersiap dengan kesiapan hati dan diri. Kesiapan menerima kenyataan takdir tak sesuai ekspektasi.
Ku seruput kopi terakhir ini, sebelum ku pergi menguji diri. Semangat yang ku rasakan sekarang, semanis kopi yang berbeda ini. Pakaian rapi, celana kain warna hitam dengan ikat pinggang melingkar indah, membuatku lebih percaya diri.Â
Tak lupa, ku bayar dulu kopi manisku, lalu ku kendarai motor bebek tua warisan mbah buyutku. Jalan penuh panas matahari serasa bahan bakar antusiasku untuk bisa berhasil kali ini.
Kopiku yang berbeda dari biasanya adalah tanda dari Tuhanku yang memberikan jalan hikmah hidup yang berbeda hari ini. Hikmah kesabaran luar biasa dari segala ketidakadilan yang ku terima sebagai seorang penganggur.
Allah SWT maha besar dan bijak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H