Malam semakin larut, terdengar suara bising keramaian bunyi hewan saling sahut, membuat Vian yang sedari tadi tiduran di kamar harus segera beristirahat agar besok ia bisa bangun tepat waktu dan mengikuti test dengan lancar.
Tetapi mata_nya tak kunjung terpejamkan dalam lamunan mengingat sosok Vida, wanita yang membuat hatinya jatuh cinta.
"Harus segera tidur ini, biar besok tidak terlambat mengikuti test", pikirnya dalam lamunan.
Vian mencoba memejamkan mata sampai akhirnya mimpi itu datang, yang menjadi akhir lamunan akan sosok Vida sang pujaan hati.
Ayam telah berkokok tanda bahwa pagi segera menjelang dan waktu suara kemenangan akan berkumandang, Vian bergegas bangun untuk menjalankan ibadah. Namun kali ini tak terdengar suara ayahnya yang biasa membangunkan dan mengingatkan untuk beribadah.
"Tumben!, ayah tidak membangunkanku" pikir Vian.
Vian pergi ke kamar ayahnya sembari mengetuk pintu kamar yang masih tertutup rapat, tanda bahwa ayahnya masih ada di kamar.
"Ayah, bangun sudah mau subuh ini" teriak Vian.
"Masuk, Nak" jawab Ayahnya dari dalam kamar.
"Ayah, kenapa? Kok kelihatan pucat" tanya Vian melihat wajah ayahnya pucat.