Di sepanjang jalan mereka bercerita panjang lebar baik tentang kegiatan sehari-hari maupun percintaan yang mereka alami hingga membuat Vian tak sadar telah sampai di sebuah cafe yang biasa dulu mereka makan dan nongkrong.
"Di sini, Lif, di Welijo Cafe?" tanya Vian sambil turun dari motor.
"Iya Yan, di sini! Masih inget dulu kita sering kesini?" jawab Alif sembari menanyakan balik kenangan di Welijo Cafe.
"Masih lah, Dulu kamu pernah nembak gadis disini, kalau tidak salah Anggi," jawabnya sembari mengingat mantan pacar Alif.
"Masih inget aja kamu, Yan. Ayo masuk!, sepupuku udah di dalam" pinta Alif seraya masuk ke dalam cafe.
Mereka masuk ke dalam cafe yang nampak suasananya sudah berbeda dengan dulu, seperti ada renovasi untuk membuat nyaman para pengunjung. Sekarang ada rak buku dengan buku tertata rapi dan ada pintu kaca yang bisa langsung melihat ke taman belakang.
Nampak di pintu kaca itu ada seorang gadis yang tak asing bagi Vian, seperti ia mengenalnya tapi entah dimana. Gadis itu duduk sendirian namun gestur tubuhnya menandakan ia sedang menunggu seseorang.
Di tengah kebingungan mengingat gadis itu, Alif langsung mengajak Vian ke taman belakang mendekati gadis yang tak asing itu.
"Sudah lama, Vid?, kenalin ini Vian, temanku SMK dulu", tanya Alif sambil memperkenalkan Vian kepada sepupunya.
"Baru saja mas. Loh!, ini kan mas yang kemarin membantuku saat sepeda motorku mogok," ucap Vida sembari menunjuk wajah Vian yang memerah malu.