Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Siapa Senang Bila Bu Risma Mundur?

14 Februari 2014   08:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:50 3875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13923393791230561352

[caption id="attachment_295391" align="aligncenter" width="537" caption="Coba lihat itu, bu Risma(paling depan) sedang menarik selang air mobil pemadam kebakaran, seorang Wali Kota sampai turun tangan langsung, luar biasa, walau banyak yang bilang lebay, tapi Risma tak peduli. Foto: www.siaga.co"][/caption]

Masih tentang Bu Risma, panggilang akrab Tri Rismaharini, wali kota Surabaya, yang telah mengukir sejarah bagi Surabaya. Ini suatu hal yang luar biasa, mengapa? Biasanya kalau bicara Surabaya, akan selalu teringat dengan perjuangan  Arek-Arek Suroboyo, yang gagah berani dalam perang mempertahankan kemerdekaan, di bawah kepemimpinan Bung Tomo dan gubernur Suryo tahun 1945, tepatnya ketika ancaman tentara sekutu pada kota Surabaya, yang mendapat perlawanan yang sengit dari rakyat Surabaya, dan untuk mengingat peristiwa itu dijadikan hari bersejarah, 10 Nopember 9145, yang dikenal dengan Hari Pahlawan!

Sekarang ada muncul tokoh baru, yang lahir di Surabaya, dialah Wali Kota Surabaya yang mengharumkan nama Surabaya saat ini, bukan hanya di tingkat nasional, tapi juga ke tingkat Internasional. Puluhan penghargaan telah diterima oleh Surabaya di bawah kepemimpinan seorang Ibu yang sederhana, yang tidak neko-neko dalam bekerja, yang penting pekerjaan tersebut cepat selesai dengan baik, dengan demikian dapat mengerjakan pekerjaan lainnya yang sedang menanti.

Sehingga, terlihat dalam berita bahwa ibu Risma, seorang ibu, sampai harus menarik-narik selang air mobil pemadam kebakaran, ikut  serta memadamkan kebakaran yang terjadi suatu tempat di Surabaya. Jangan lupa, selang untuk mengalirkan air pada mobil pemadan kebakaran itu punya kekuatan tinggi, jika tak kuat-kuat memegangnya, kita bisa terpelanting. Ini bukan omong kosong, karena saya pernah ikut merasakannya saat ikut memadamkan kebakaran di Otista, Kampung Malayu, Jakarta Timur, puluhan tahun lalu.

Jadi dengan kesigapan ibu Risma, dan dengan gaya blusukan, seperti yang dilakukan Jokowi, mantan Wali Kota Solo yang sekarang menjadi Gubernur DKI Jakarta , Surabaya berhasil ditata dengan apik, sehingga mendapat berbagai penghargaan, yang sudah banyak ditulis. Saya tidak menyoroti penghargaan, yang jelas bukan yang diingkan bu Risma, tapi cara kerjanya yang landasannya sangat kuat: " Bagaimana kalau nanti Saya sudah menghadap kepadaNya, ada rakyat Saya yang masih menderita?" Itu yang dikatakannya sambil mengusap air matanya yang mengalir saat diwawancarai oleh Najwa Shihab, dalam acara "Mata Najwa".

Begitu tulus dalam bekerja, sehingga tak ada beban bagaimanapun beratnya, namun lagi-lagi karena politik atau tekanan politik, bu Risma terlihat galau sekali dalam wawancara tersebut, bahkan sampai sukar untuk menjawab pertanyaan Najwa, atau takut menjawab, tak enak menjawab, karena "sebuah kekuatan" politik yang menekannya, sehingga kabarnya bu Risma berkeinginan mundur dalam jabatan Wali Kota Surabaya yang sudah dijalani 3 tahun, masih tersisi 2 tahun lagi.

Namun yang terjadi bu Risma merasa tertekan, merasa tak kuat lagi! Ada apa ini? Masyarakat mungkin hanya mengetahui luar bu Risma, dan bu Risma mungkin pula hanya memendam apa yang terjadi padanya, terutama tekanan politik tersebut, yang kalau boleh dibilang ada semacam teror pada bu Risma, ketika menyelesikan masalah Kebun Binatang di Surabaya, yang konon mau dirubah penggunaannya, tapi bu Risma bertahan, sampai ada macan yang mati tergantung di Kebun Binatang tersebut!

Ini teror luar biasa, yang dihadapi oleh bu Risma "seorang diri".  Bayangkan seorang ibu, yang menjadi Wali Kota, dan di tangannya Surabaya menjadi lebih bersih, lebih indah, lebih nyaman dan lain sebagainya. Namun musuh kebaikan ada di mana-mana! Orang baik ternyata memang banyak musuhnya, siapa musuhnya? Ya tentu saja yang tidak bisa diajak kerjasama dengannya atau bu Risma tak bisa diajak "kongkolingkong"  atau kompromi untuk suatu tujuan yang tentu saja melanggar peraturan, dan bu Risma tak mau!

Ini kunci awalnya, mengapa bu Risma sampai menyatakan secara tersirat ingin mundur menjadi Wali Kota Surabaya. Sebuah tindakan "aneh" di jaman sekarang, dimana orang-orang banyak mengejar kekuasaan atau kedudukan, dengan berbagai cara untuk mencapainya, bu Risma malahan ingin mundur dari jabatan tersebut! Luar biasa. Tekanan politik, betapapun tersembunyi bisa dia rasakan, apa lagi orang seorang ibu, seorang wanita, seorang perempuan,  yang memang perasaannnya lebih tajam, lebih halus.

Jadi kalau bu Risma jadi mundur, pasti ada yang salah di negeri ini! Loh yang koruptor saja tak mau mundur ketika didesak rakyat, eh malah bu Risma mau mundur, padahal di dukung rakyat banyak di Surabaya! Orang-rang semacam bu Risma memang masih sedikit, pemimpin pemerintahan yang mau blusukan dan mau berjibaku dan turun ke lapangan memang masih sedikit, tapi ibarat Oase di Padang Pasir, pemimpin seperti ini sangat menyejukan rakyat! Pemimpin seperti ini bukan senang pada penderitaan rakyat yang di pimpinnya, tapi berusaha dengan sekuat tenaga menaikan harkat martabat hidup rakyatnya, berusaha keras untuk dapat mensejahterakan rakyatnya.

Bu Risma memang salah satu dari pemimpin yang langka, jadi kalau bu Risma sampai mundur atau berhenti menjadi Wali Kota sebelum masa jabatannya berakhir pasti pada "ada apa-apanya". Kemungkinan karena tekanan politik tadi atau justru diangkat ke jenjang yang lebih tinggi! Banyak rahasia Tuhan yang tak terjangkau oleh akal manusia! Dan itulah yang menyebabkan bu Risma yakin betul akan "Kemaha KuasaanNya".  Bu Risma berani bertindak, berani berbuat dan itu telah dilakukannya di Surabaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun