[caption caption="Balon Gubernur DKI yang satu ini membuat Ahok dan teman Ahok muter otak kembali. Sumber: kabarkanlah.com"]
[/caption]Siapa bilang Ahok tak kenal takut? Ridwan Kamil baru minta izin menjadi balon, bakal calon, Gubernur DKI saja, Ahok sudah " panas dingin" Keangkuhan dan kesombongannya tiba-tiba goyah. Ini baru asik, bila benar Ridwan Kamil maju dalam Pilkada DKI 2017 dan kepastiannya akan disampaikan pada hari Senin lusa, 29 Februari 2016, maka arena Pilkada DKI 2017 akan menjadi ajang yang mengasikan buat para peminat politik, bisa menjadi akan terulang kembali kekuatan-kekuatan besar bertarung digelanggang ini. Ini baru demokrasi, ini baru pilkada yang seru untuk diikuti, siapa lawan dan kawan akan menjadi kabur. Loh kok bisa?
Mari kita lihat, jangan-jangan saat Pilkada DKI 2017 nanti Ahok akan menjadi “musuh” bersama, dan mendapat lawan-lawan berat, atau dengan kata lain, untuk Pilkada DKI 2017 akan muncul kalimat yang pas, yaitu Asal Bukan Ahok! Mengapa? Karena Ahok adalah Gubernur atau pemimpin yang arogan, siapapun tak suka pada orang sombong, apa lagi buat seorang pemimpin! Terlepas Ahok dianggap sukses atau berhasil memberantas “tikus-tikus” di pemeritahan DKI Jakarta, orang sombong memang harus disingkirkan dari jabatannya sebagai pemimpin. Sudah banyak contoh dalam sejarah, pemimpin yang berhasil, tapi sombong akhirnya jatuh juga.
Tak pantas seorang pemimpin arogan, walaupun berhasil, dan jangan lupa, keberhasilan seorang pemimpin tetap dengan kesopanan, kesederhanaan! Walau ada yang bilang, Jakarta memang harus dipimpin oleh orang seperti Ahok, karena memang begitu rumitnya permasalahan di Jakarta, terutama masalah banjir, kemacetan, sampah, tanah negara yang diklaim preman-preman dengan beking tentunya dan lain sebagainya, ini memang tak bisa dipungkiri, ini harus diacungkan jempol buat Ahok.
Tapi penyakit arogan dan sombongnya Ahok harus ada yang melawan, ini bukan kebencian, karena dimanapun tak ada orang yang suka pada orang sombong, siapapun orang tersebut. Nah tokoh-tokoh yang maju dalam Pilkada DKI 2017 ini wujud dari perlawanan melawan kesombongan Ahok, agar Ahok mendapat pelajaran dan tidak menepuk dadanya sendiri, “ini gue, lu mau apa?”, “ini gaya gue, lu mau apa?”, “kalau bukan karena gue DKI tidak begini” begitu kira-kira gaya Ahok selama ini. Yang namanya tunjuk hidung, dan dengan muka yang memerah, mata melotot dan suara keras sudah menjadi ciri khasnya Ahok. Gaya kepemimpinan seperti ini harus ada yang bisa mengehentikannya.
Nah para tokoh inilah yang berusaha melawan Ahok dalam Pilkada DKI 2017, mereka adalah Adyaksa Daud, Hidayat Nur Wahid, Yusril E Mehendra dan Tantowi Yahya. Belakangan muncul Ridwan Kamil. Ada yang mendapat catatan khusus dari Ahok, ketika ada lima nama tokoh muncul untuk maju pada pilkada DKI, Ahok masih “adem ayem”, mungkin menganggap lawan di atas ringan, namun ketika muncul nama Ridwan Kamil dan minta izin untuk bertarung pada Pilkada Jakarta, Ahok “linglung”, Ahok terdiam dan merenung, Waduh gaswat nih bila Ridwan Kamil benar-benar maju dalam pilkada DKI Jakarta, itu mungkin yang dipikir Ahok.
Ahok sang pemimpin sombong ini memang harus ada lawannya yang seimbang, nah lawannya yang seimbang adalah Ridwan Kamil, hal ini pernah saya tulis dengan judul” Ahok jangan dikeroyok, cukup hadirkan Ridwan Kamil” yang rupanya banyak yang tak siap juga, nyatanya banyak yang membully dan banyak yang kontra terhadap tulisan tersebut. Aneh, apa yang salah kalau Ridwan Kamil yang maju dalam Pilkada DKI Jakarta?
Alasannya yang dikemukakan, Ahok dan Ridwan jangan diadu, biarkan Ahok menangani Jakarta, dan Ridwan biarkan menata Bandung. Atau ada juga yang mengatakan, Ridwan Kamil lebih dibutuhkan di Bandung, tentu harapannya Ridwan Kamil tidak maju dalam pilkada DKI Jakarta. Yang memberikan alasan tersebut tidak mengatakan: Ahok lebih dibutuhkan di Balitung di tanah kelahirannya. Aneh bukan, giliran Ridwan disarankan agar tetap di Bandung, giliran Ahok tak disarankan agar tetap di Balitung. Jadi agar adil, biarkan mereka “bertarung” dalam Pilkada DKI tersebut. Dan biarkan rakyat Jakarta memilih pemimpin yang disukainya.
Ayo terus maju Kang Emil bersama tokoh-tokoh lainnya untuk menjadi DKI Jakarta yang lebih baik. Siapapun yang menjadi Gubernur DKI yang penting rakyat Jakarta lebih sejatera, lebih aman, lebih manusiawi. Pertarungan para tokoh pada pilkada kali ini benar-benar menarik untuk diamati.
Pertanyaannya, mengapa Ridwan Kamil yang lebih layak maju melawan Ahok? Bisa dimaklumi, Ridwan Kamil dalam kedudukan sekarang ini adalah seorang Wali Kota, yang bila dalam struktur pemerintahan ada dibawah seorang Gubernur. Kalau lihat DKI Jakarta, ya seperti Wali Kota Jakarta Pusat, Wali Kota Jakarta Barat, Wali Kota Jakarta Timur, Wali Kota Jakarta Utara atau Wali Kota Jakarta Selatan. Jadi buat Ridwan Kamil sudah menguntungkan, seandainya kalah tak masalah, karena melawan Gubernur patahana dan melawan “atasannya”, Ridwan kan Wali Kota, Ahok kan Gubernur, jadi wajarlah kalau wali Kota kalah dengan melawan Gubernur.
Tapi kalau Ridwan Kamil menang, Ahok kalah double, mengapa? Sebagai Gubernur patahana kok kalah? Dan melawan Wali Kota kok Kalah, dia kan Gubernur. Jadi tak ada beban bagi Ridwan Kamil. Sedangkan bagi tokoh yang lain, saya malu membahasnya. Loh apa yang mereka cari? Gubernur itu jabatan dibawah menteri, dibawah lembaga MPR, dibawah anggota DPR, jadi mereka yang pada “turun gunung” sebenarnya memalukan, apa yang mereka cari? Bukankah jabatan mereka sebelumnya lebih tinggi, dibandingkan jabatan Ahok sekarang?