Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mario Teguh Juga Manusia

14 September 2016   09:56 Diperbarui: 14 September 2016   12:18 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berlaku lembutlah engkau kepada orang lain, kata-kata yang dasampaikan Mario Teguh ini tetap mempunyai makna. Sumber: mywapblog.com

Mario Teguh kita sebut saja maguh( tukang sulap), dan sebenarnya juga memang tukang maguh, maguh dalam arti sesungguhnya dan dalam arti khiasan, maguh memang bisa sulap menurut adiknya, maguhpun memang mahir menyulap kata-kata. Kata-kata yang sederhana menjadi menarik ketika dioleh oleh maguh.  Apa pasal sekarang maguh dihujat, memang salah apa sampai-sampai maguh dibilang macem-macem, yang kadang diluar kontek? Maguh sama seperti kita manusia, punya kelebihan dan punya kekurangan, bukahkan kita harus menerima maguh seperti adanya, seperti manusia lainnya, yang juga punya sisi gelap.

Maguh sedang mendapat episode yang bisa saja dikatakan gelap, namun tak mengurangi makna kata-kata yang telah diolahnya. Kata-kata bijak tetap indah walau keluar dari manusia biasa. Kata-kata motivasi pun bisa keluar dari mulut mulut yang biasa, lalu mengapa harus menolaknya? Sementara itu adalah kata-kata kebenaran, kata-kata yang menginspirasi banyak orang.

Bukankah mutiara tetap  mutiara walaupun berada di dalam lumpur, bukankah anggrek tetap indah di tengah kegelapan hutan rimba, bukankah intan tetap intan walau berada di dalam kedalaman bumi? Begitu seterusnya, jadi dari manapun kebenaran itu tetap kebenaran, walaupun mungkin datang dari orang yang anda benci, namun begitu juga sebaliknya, kesalahan tetap kesalahan walaupun datang dari orang-orang anda cintai.

Kebenaran berdiri sendiri, kebenaran tak butuh pada popularitas, kebenaran akan menampakan wajahnya pada siapapun yang menyatakannya, tak peduli siapapun orangnya, apapapun pangkat dan jabatannya, apapun kedudukannya di dalam masyarakat, juga tak melihat apakah yang menyatakan itu orang yang bermasalah atau tidak, golongan tinggi atau rendah, semua yang menyatakan kebenaran tentu bisa diterima banyak orang, namun yang namanya kesalahan, dosa atau maksiat susah diterima walaupun satu orang yang menyatakannya.

Mengapa? Karena kebenaran pada dasarnya datang dari Allah SWT, datang dari Yang Maha Benar. Jadi dari manapun datangnya, ambillah, karena tak rugi orang yang mengambil kebenaran dari siapapun datangnya, namun sangat buruk orang yang mengambil kesalahan walau datang dari orang yang bertitel sederet atau punya jabatan dan kedudukan yang tinggi. Kebenaran tetap kebenaran, dan kesalahan tetap kesalah, keduanya tak bisa dicampur adukan dalam satu “mangkuk” kehidupan. Sama dengan pahala dan dosa, sama kebaikan dan keburukan, susah untuk dipertemukan.

Jadi kata-kata motivasi yang disampaikan maguh tetap super, apanya yang salah? Perkara maguhnya sendiri, ya biarkan saja, loh kan itu artinya tak cocok antara yang dikatakan dengan apa yang dilakukan, ya biarkan saja. Seperti yang saya tulis sebelumnya, dari maguh ambil yang baiknya, yang buruknya buang jauh-jauh.

Perkara maguh sedang bermasalah dengan anaknya sendiri, terlepas itu anak yang diakui atau tidak oleh maguh, itu urusan keluarga maguh, biarkan diselesaikannya sendiri, orang luar tak boleh mencampuri urusan rumah tangga orang, kecuali kalau memang diminta yang bersangkutan, kalau tak diminta, ya jangan dong.

Pihak yang sedang bermasalahpun diusahakan untuk intropeksi diri, merenung diri ke dalam, bukan malah membawa ke ranah hukum, yang akan semakin memperkeruh suasana, karena dalam ranah hukum jika terbukti menurut tes DNA seorang anak yang tak diakui sebelumnya dan terbukti darah dagingnya sendiri, sang ayah bisa kena pidana, bukankah urusan menjadi tambah panjang dan semakin rumit. Bahkan munurut pakar hukum, agar tes DNA hasilnya obyektif, di testnya, paling tidak, di tiga atau empat negara, coba itu, kan tambah panjang persoalannya, padahal awalnya adalah masalah keluarga.

Sebagai penutup, tak ada ada gading yang tak retak, gading itu bagus justru karena ada retakannya, begitu juga dengan manusia, manusia sempurna karena ada kekurangannya, bukan manusia namanya kalau tak punya kesalahan dan dosa apapun. Manusia bukan malaikat, jadi wajar bila punya kesalahan dan kekurangan. Justru dari kesalahan atau kekurangan itulah manusia saling melengkapi satu sama lain, saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran, bukan malah menghujat, menghina, mencaci makin pihak lain. Jangan lupa. maguh ini aset bangsa juga, teruslah maguh berkiprah, insya Allah badai akan berlalu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun