Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi dan Team Pendobrak Kebekuan Birokrasi

4 Januari 2016   12:58 Diperbarui: 4 Januari 2016   14:33 1497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Jokowi dan tokoh-tokoh yang punya integritas tinggi dan semoga di tahun ini dan dan tahun-tahun selanjutnya Indonesia semakin banyak mendapat tokoh seperti mereka, Risma, Anies, Jokowi, Kamil. Ganjar, Bima dan Ahok. Sumber: tumbir.com

Ayo siapa lagi yang mau ikutan “gerbong kereta” Jokowi? Selagi hangat ada isi reshuffle kabinetnya Jokowi, walau Jokowi mengatakan “jangan mendikte, intimidasi dan mendesak reshuffle” di kompas.com hari ini. Tapi biasa, setiap politikus tak ada kata-katanya yang terdengar lugas, tegas, dan bisa diterima apa adanya. Karena biasanya bila politkus bicara A, yang dimaksud adalah B, namun ketika membicarakan C yang dimaksudkan adalah D, begitu seterusnya. Dan hal tersebut juga terjadi pada Jokowi, jadi siapa bilang Jokowi buta politik? Kalau Jokowi buta politik masa bisa menjadi Presiden? Karena bagaimanapun lembaga kepresidenan adalah jabatan politik, dan hanya orang yang pandai berpolitik yang bisa yang mencapainya.

Jadi “gerbong kereta” Jokokwi akan semakin sesak dimuati oleh berbagai macam istilah yang ada di dalamnya, bisa dengan nama partisipan Jokowi, ada pendukung Jokowi, ada relawan Jokowi, ada fans Jokowi, ada dari yang sepertai dengan Jokowi, bahkan sekarang, yang pada masa kampanye Plipres 2014, begitu gigih membully Jokowi, sekarang merapat dan siap-siap menunggu di pintu masuk “gerbong kereta” Jokowi. Karena perjalanan masih panjang, lumayang bisa ikut masuk ke “ gerbong kereta” Jokowi, siapa tahu dapat di gerbong paling depan, jikapun tidak,  masih bisa terangkut walau mungkin di letakkan di gerbong paling belakang, tidak terlihat, tapi masih dalam satu kereta dengan Jokowi, mungkin begitu yang dipikir oleh para politikus sekarang ini.

Mengapa? Apa lagi kalau bukan kekuasaan, omong kosong kalau seorang politikus tak menghendaki kekuasaan, paling tidak dapat kekuasaan atau berada di “ring” kekuasaan yang sedang memerintah. Nah sekarang sedang masa pemerintahan Jokowi, ibarat pepatah” ada gula ada semut”. Nah Jokowi sekarang sedang menjadi “gulanya” dan semutpun berdatangan dari mana saja. Ya tidak mengherankan, Jokowi sekarang, diakui atau tidak, dicintai atau dibenci, dipuji atau dihina, dihormati atau dilecehkan, faktanya Jokowi telah menjadi Presiden RI ke 7, ini fakta yang tak bisa dipungkiri oleh siapapun dan oleh tokoh manapun, termasuk dari lawan-lawan politiknya. Yang pada saat Pilpres 2014 telah membuat bumi perpolitikan menjadi gonjang ganjing, karena terlihat sekali perseteruan dua kubu, antara kubu KMP, Koalisi Merah Putih dengan kubu KIH, Kolisis Indonesia Hebat.

Untungnya rakyat sudah dewasa dalam berpolitik, sehingga tidak terjadi pertumpahan darah atau pemilu yang berdarah-darah. Ini perlu kita acungkan jempol buat rakyat Indonesia yang tidak terprovokasi dengan ulahnya para politikus, yang selalu membawa-membawa nama rakyat saat Pemilu saja. Pemilunya selesai, selesai pula urusanya dengan rakyat, yang di dalam Pemilu dibawa-bawa jargon” demi rakyat, untuk rakyat” Namun bila kursi kedudukan sudah didapat, lupa pada rakyat, lupa pada nasib rakyat yang mau cari makan saja susah, yang mencari kerja saja repotnya bukan main, yang sudah kerjapun masih terus dikwatirkan dengan PHK, karena kebanyakan adalah pegawai atau buruh yang di kontrak, yang bisa di PHK, kapanpun pengusahanya mau. Pegawai bukan dijadikan sebagai tetap setelah bekerja bertahun-tahun, tapi justru di PHK! Naas benar nasib para buruh atau pekerja di Indonesia. Apakah ada perubahan di jaman Jokowi? Kita lihat saja nanti, namun sudah setahun nasib buruh, terutama yang kontrak tak terlihat adanya perbaikan secara umum. Sudahkah UU perburuhan diperbaiki? Yang tujuannya memperbaiki nasib buruh, rasanya belum, kalau tak mau dikatakan tidak.

Kembali ke “ gerbong kereta” Jokowi. Apakah akan diisi dengan wajah baru dan ditukar wajah lama, wajah titipan partai? Kita lihat nanti. Yang Jelas, yang bisa masuk ke “gerbong kereta” Jokowi tentu atas sepengetahuan Jokowi, bukan ujug-ujug atau  tiba-tiba ada di dalam “gerbong!“ Wah itu namanya” penumpang gelap” . Nah penumpang gelap ini, biasanya adalah orang-orang yang saat Pilpres 2014 “tak berkeringat”, tapi ketika sebuah pemerintahan akan dibentuk, merekalah yang paling kencang teriakannya dan merasa paling berjasa atas keberhasilan Jokowi menjadi “masinis” dalam “ gerbong kereta”nya.

Para penumpanga gelap biasanya adalah para politikus yang oportunis, yang bebas bergerak kemana saja yang disukai, termasuk menjadi politikus “kutu loncat”. Gonta ganti partai, tak masalah, yang penting  tujuannya tercapai, menjadi bagian dari pemerintahan, apapun bentuknya, tentu saja tujuan utamanya ada di “gerbong kereta” Jokowi sekarang, paling tidak masuk menjadi menterinya Jokowi. Normalkah? Ya  normal saja, bagi politikus yang tak beretika. Tapi tolong dijawab, banyakah politikus yang menjujung etika, moralitas, kesantunan dalam berpolitik? Rasanya jarang, kalau mau dikatakan tak ada! Karena bagaimanapun tujuan utama para politikus adalah kekuasaan, etika dan moralitas, nanti dulu, bahkan bisa ditempatkan di urutan ke 17!

Nah di awal tahun baru 2016 ini akan terus terlihat gonjang ganjing perpolitikan Indonesia, akan dimunculkan terus kegaduhan-demi kegaduhan politik, karena di dalam kegaduhan tersebut itulah, pemerintah diuntungkan, orang sibuk dengan membahas kegaduhan, sehingga lupa kerja, yang menjadi kewajibannya. Yang ada di pikirannya, adalah mendapat kekuasaan yang lebih tinggi, yang tentu saja gajinya juga lebih tinggi. Itulah yang sedang dicapai atau diusahan oleh pera politikus, baik di tingkat daerah, maupun di tingkat pusat di Jakarta.

Kembali ke “gerbong kereta” Jokowi. Tentu rakyat berharap, yang dimasukan oleh Jokowi ketika para politikus menyodorkan diri atau para partai menyodorkan para kader partainya ke Jokowi adalah politikus yang memang handal, berani, tegas, beritegritas tinggi, loyalitasnya pada rakyat, bukan pada kekuasaan, kritis, dinamis, inovatif, kreatif, tak menunggu perintah, kerja, kerja dan kerja, begitu seterusnya. Kalau tidak demikian, yang terjadi adalah “gerbong kereta” Jokowi semakin padat, penuh dan bisa-bisa tak bergerak, karena terlalu padat penumpangnya. Waduh, kalau begitu jadinya, itu sama juga bohong, itu hanya ganti pemerintahannya saja, tapi kelakuannya sama! Kita tidak mengharapkan demikian, kita mengharapkan Jokowi benar-benar punya gebrakan yang baru di pemerintahan yang dipimpinnya sekarang ini.

Jokowi yang sedang menjadi “ gula” semoga didatangi oleh “semut-semut” jantan yang perkasa, “semut-semut” pekerja, yang memang tugasnya untuk bekerja, bekerja dan bekerja. “Semut” pekerja ini tak akan berada di balik meja setiap hari. “Semut” jenis ini akan terus bekerja dan berjuangan  tak kenal henti dan pantang menyerah. Proyek-proyek akan terus dibangun dengan penataan yang paripurna. Mari kita sambut “semut-semut” tersebut dan semoga “gula” Jokowi tetap manis. Dan "semut-semut" pekerja ada di team pendombrak kebekuan birokrasi, mereka adalah Jokowi, Risma, Anies Baswedan, Ridwan Kamil, Ganjar Pranowo, Bima Arya dan Ahok( Basuki Tjahaja Purnama) dan banyak yang lainnya. Semoga Indonesia terus maju dan semakin banyak tokoh muda yang berjuang demi rakyat, bangsa dan negara, bukan hanya untuk kekuasaan semata.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun