[caption id="attachment_299953" align="aligncenter" width="648" caption="Bu Risma menolak menggantikan Jokowi dan Jokowi menerima tawaran Bu Mega menjadi cepres 2014. Haruskah Jokowi belajar pada Bu Risma? Foto: merdeka.com"][/caption]
Efek Jokowi masih terus terasa sampai hari ini, mungkin terus sampai Pilpres 9 Juli 2014 mendatang, sampai diketahui siapa yang akan menjadi orang nomor satu di Indonesia atau menjadi RI1. Selama masih musim kampanye Pileg dan Pilpres nanti, efek Jokowi terus akan berlangsung. Terlepas Jokowi itu banyak yang dukung atau banyak membuatnya tersandung, itu persoalan lain.
Namun yang menarik tentang Jokowi adalah setelah Jokowi dengan dengan terbuka, yang selama ini ditutup-tutupi atau dirahasiakan, dengan kata-katanya yang hampir "klise", "ga mikir-gak mikir(capres)" ahirnya terjawab sudah pada tanggal 14 Maret 2014 lalu.
Dan efek Jokowi ternyata benar-benar merambat ke mana-mana, misalnya: Ahok sudah senyam-senyum aja, karena sebagian cita-cita tercapai, ingin menjadi pejabat, dan jabatannya sekarang tak tanggung-tanggung, boleh dibilang orang nomor 4 di Indonesia. Nomor 1, Presiden; 2 nomor, Wapres; nomor3, Gubernur DKI dan nomor4 Wakil Gubernur DKI. Diakui atau tidak, untuk ukuran Ahok, yang datang jauh-jauh dari pulau terpenci, di ujung Selatan Sumatera, Bangka Belitung, prestasi yang luar biasa baginya. Makanya Jokowi jadi capres atau tetap jadi Gubernur, Ahok tetap asik, dua-duanya aman bagi Ahok.
Jokowi,misalnya, meninggalkan kursi Gubernur, Ahok langsung naik jabatannya, menggantikan posisi Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta, makin senang aja Ahok, dan itu bagi Ahok tak perlu ditutup-tutupi, karena bagi Ahok yang namanya politisi, ya memang harus mempunyai cita-cita atau keinginan mencapai puncak prestasi setinggi-tingginya, yaitu Presiden. Makanya jabatan Ahok yang sekarang, itu dinikmati betul, apa lagi ditabungannya sudah bertambah, berkali-kali lipat dibanding ketika menjadi Bupati Bangka Belitung!
Jadi siapa yang anggantikan Ahok, kalau Ahok juga "dipinang" menjadi cawapres? Wah itu masalah baru lagi, Efek Jokowi saja belum selesai, mengapa? Mari kita lihat berita dari tempo.co.id berikut ini:
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menolak menggantikan Joko Widodo sebagai Gubernur DKI Jakarta. "Enggaklah, mereka (warga Surabaya) yang milih aku, bukan orang DKI, aku harus penuhi janji," ujarnya, Rabu malam, 19 Maret 2014.
Risma mengatakan tak akan meninggalkan Surabaya sebelum masa jabatannya habis, meskipun, misalnya, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri sendiri yang meminta. "Enggak bisa. Itu amanah warga Surabaya, mesti tak pegang, enggak bisa aku main-mainin mereka."
Meski begitu, dia tak membantah sempat cuti untuk menjadi juru kampanye PDI Perjuangan. "Itu cuma satu hari kemarin, aku cuti. Kalau enggak cuti ya disemprit aku," ucapnya.
Nama Risma sempat disebut-sebut sebagai sosok potensial pengganti Jokowi. Selain Risma, Ganjar Pranowo juga sempat disinggung, namun dia menolak karena lebih memilih tetap menjadi Gubernur Jawa Tengah.
Demikian yang diberitakan oleh tempo.co.id. Jadi mereka, bu Risma yang sekarang menjadi Wali Kota Surabaya dan Ganjar Pranowo yang sekarang menjadi Gubernur Jawa Tengah, tak mau menggantikan Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta! Coba itu, ini benar-benar contoh pemimpin-pemimpin yang tak haus kekuasaan! Sementara yang lainnya pada"ngiler" untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta, nah mereka, bu Risma dan Ganjar Pranowo, tak mau, mereka menolak!