Sederhana ya kelihatannya? Hanya dimulai dari sebuah hurup, ribuan, jutaan, milyaran bahkan mungkin tak terhingga membentuk kata, kalimat, alinea, sub bab, bab dan jadilah buku, yang bukan hanya satuan, puluhan, ratusan, ribuan, jutaan, milyaran buku di seluruh dunia. Dan lebih hebat lagi dari mulai sebuah hurup di internet membentuk medsos yang semua orang bisa menulis, membaca dan seterusnya. Ya, mulai dari satu hurup tulisan inipun terbentuk.
Mau kemana kita setelah semua orang bisa menulis dan semua orang bisa membaca di era digital? Mau kemana kita Ketika semua orang dengan suka rela menulis dan menyebarkan tulisannya, tanpa mengharapakan ibalan apapun, padahal ketika seseorag menulis dan menyebarkan tulisan tersebut, semuanya menjadi tanggung jawabnya sendiri. Misalnya di kompasiana ini, dari mulai gagasana beberapa orang, dan sekarang entah berapa jumlahnya orang yang menjadi kompasioner, saya tak tahu.
Namun yang jelas sudah begitu banyak, dan ternyata di kompasiana bukan hanya orang iseng yang ga punya kerjaan, menulis. Tapi berbagai kalangan telah ikut berbagi menulis, dengan berbagai bidang disiplin ilmu.Â
Sehingga hanya dari satu web, www.kompasiana.com saja, orang sudah blenger untuk membaca semua tulisan teman-teman kompasioner, dan jika membaca tidak selektif, bisa mabuk, karena berbagai jenis tulidan ada di sana, dan berbagai kalangan dangan gaya pikirya masing-masing menuis da sana, di kompasiana.
Sehingga banyak yang kwatir tulsannya tak dibaca orang. Ya wajar saja, begitu banyak tulisan, begitu banyak orang yang berbagi, sehingga orang sekarang, yang minat atau hobinya membaca, sudah digempur dengan begitu banyak informasi, dan jangan lupa itu dimulaia dari satu hurup saja, karena betapapun banyak tulisan tak akan pernah terjadi tanpa satu hurupun yang ditulis, catat itu. Kalau pakai Bahasa orang filsafat" Perja;anan ribuana kilo meter dimulai dengan selangkah" Ya, persis sepert itu.
Dimulai satu hurup akan membentuk ribuan, bahkan jutaan judul buku. Jadi bila mulai menulis, jangan ragu untuk mengetik salah satu hurup, hurup apa saja! Orang kreatif tak terganggu dengan hurup apapun dimulai, dia bisa merangkainya menjadi sebuah kata, kalimat, alinea dan seterusnya. Yuk menulislah, jangan takut tak ada yang membaca! Bagi jurnalis, tugasnya menulis, ada yang baca atau tidak urusan ke tujuh belas!
Hebatnya lagi dengan hurup itu, akan membuat terganggu, bila dalam satu kata atau kalimat ada hurup yang hilang atau tak terbaca, walau dengan bahasa gaul di WA misalnya, sudah  banyak sekali singkatan yang  dianggap paham.Â
Tujuammua tentu untuk mempersingkat pengetikan. Misalnya: Banyak sekali, ditulis, bynk skl. Itu barang bagus, ditulis itu brg bgs, dan seterusnya. Jadi dengan sebuah hurup kita bermain dengan kata-kata, baik kata yang  santai atau yang serius. Dari kata humor biasa sampai kata yang ditulis para filosof atau ahli tasawuf, yang terkadang kata-kata yang ditulis dengan bahasa bersayap, yang tidak semua orang memahaminya.
Silahkan baca buku Jalaluddin Rumi, yang mana aja, dari mulai  "Masnawi" sampai dengan  "Fihi Ma Fihi" atau tulisan para sufi lainnya, maka kita bisa berkerut membaca bukunya, padahal buku-buku tersebut "hanya" rangkaian dari hurup yang membentuk kata, lalu menjadi kalimat, lalu menjadi alinea dan seterusnya. Jadilah  buku yang lauar biasa, karena di belakangnya adalah penulis yang sungguh luar biasa.
Bayangkan mereka ratusan tahun atau ribuan tahun yang lalu menulis bukunya dengan tangan, tulisan tangan asli. Lalu lahir berjilid-jilid buku atau berjilid-jilid tafsir Al Quran. Silahkan baca tafsir  Al Quran karya Ibnu Katsir misalanya atau buku Ihya Ulumuddin, tulisan Al Ghazali. Dan boleh disimak juga tulisan Ibnu Qoyim Al Jauziyah, Madarijus Salikin, Menggapai Cinta Sang Maha Cinta, Terapi Penyakit atau ROh.