Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Orang Gila di Negara Tetangga

14 Februari 2018   21:36 Diperbarui: 14 Februari 2018   21:41 846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada apa dengan negara tetangga ini? Bisa-bisanya orang gila seakan bergerak serentak dalam satu komando untuk menyerang bahkan membunuh para ustadz atau menganiaya ulama, lagi-lagi dibuat aneh, yang menyerang kok orang gila? Mengapa orang gila-gila kok seperti tiba-tiba muncul disaat ada Pilada di negaranya? Loh kemana aja orang gila di negara tetangga sebelah ini?  Kok bisa bergerak dan meimilih sasaran? Yang disasar kok ustadz atau ulama, orang-orang yang mengajarkan kepada kebaikan, kebenaran dan keadilan.

Kalau boleh disaran kepada orang gila di negara tetangga ini, kenapa bukan para koruptor atau bandar narkoba atau para penyeludup ribuan ton narkoba yang di terror, yang diancam, kalau mungkin juga dibunuh, wah ini saran tak benar, itu melanggar keadilan. Orang salah tetap harus diadili di pengadilan, bukan dihabisi atau dibunuh begitu saja.

Negara tetangga ini memang sedang dibuat kacau, entah oleh siapa? Namun yang jelas sebagai tetangga sebelah, paling-paling hanya bisa memberikan saran, agar warga di negara tetangga tersebut tetap waspada, jangan mau diadudomba oleh apa dan siapapun. Prinsif Negara kesatuan yang sudah dimiliki harus dijaga sekuat tenaga, sampai titik darah penghabisan. Jangan negara tetangga ini terpecah belah seperti yang terjadi di Irak, Syria, Afganistan dan lain sebagainya.

Pilkada di negara tetangga ini harus tetap berjalan sampai terpilihnya para kepala daerah dengan aman, tertib dan damai. Siapa yang menang tidak sombong, dan yang kalah harus legowo, sgera move on, menang dan kalah di Pilkada itu sesuatu hal yang biasa saja. Jangan sampai negara tetangga ini porakporanda hanya karena ada pilkada di negaranya. Dan negara tetangga ini akan memilih Presidennya di tahun mendatang. Ini pun tak boleh sampai memecah belah  keutuhan negara kesatuannya. Silakah bertarung memilih calon-calonnya dengan kesatria.

Dengar-dengar sih sudah banyak calon yang siap-siap maju dalam Pipres di negara tetangga ini, Presidennya yang sekarang mau maju lagi, kata berita, Presidennya sendiri sih belum omong apa-apa tentang pencapresannya. Terus lawannya yang dulu, saat Pilpres 2014, kelihatannya juga masih penasaran untuk maju lagi dalam capres di 2019 di negara tetangga ini. Terdengar juga calon-calonnya yang sudah digadang-gadang oleh media, diantaranya Nurmantyo, mantan Panglima di negara tetangga ini, ada Tuan Guru Bajang, Gubernur Provinsi NTB, Lalu ada Anis Baswedan Gubernur DKI yang sakarang, yang menang saat Pilkada DKI Jakarta yang lalu.

Semuanya bagus untuk negara tetangga ini, lalu mengapa mesti ada orang gila yang sampai membunuh ustadz dan menganiaya  ulama? Kita tunggu saja apa yang terjadi selanjutnya di negara tetangga ini. Semoga negara mereka tetap tetap aman, damai, adil, sejahtera dan tidak terpecah belah, apapun yang terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun