Rupanya banyak yang tak suka Islam di Indonesia itu rukun dan damai. Sehingga ada-ada saja cara untuk membuat Islam di Indonesia menjadi pihak yang selalu menjadi tertuduh, yang disalahkan, yang diintimidasi, yang dijadikan sasaran tuduhan fundamentalis, teroris dan lain sebagainya. Sehingga orang Islam dibuat seperti tidak nyaman di dalam negerinya sendiri, ada apa ini? Bahkan ada ormas yg dituduh anti Pancasila, sehingga dibubarkan oleh pemerintah.
Dan sekarang tiba- tiba saja ada demo yang meneriakan " bunuh menteri" hanya hanya gara- gara ada kebijakan dari pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, untuk sekolah penuh dalam satu hari, lebih dikenal dengan Full Day School( FDS). Walau pun kebijakan tersebut sudah dinyatakan tidak wajib untuk semua sekolah. Namun hal tersebut tidak mengurangi orang-orang untuk tetap berdemo di kalangan NU ( Nahdatul Ulama), yang sebelumnya sempat " mengharamkan" untuk berdemo, yang dikatakan itu bukan ajaran Islam, hal tersebut terjadi ketika ada demo besar-besaran membela Islam pada tanggal 4 November 2016 dan 2 Desember 2016 yang lebih dikenal dengan sebutan demo 411 dan demo 212 yang berjalan tertib dan lancar, padahal diikuti jutaa orang, luar biasa.
Nah NU waktu itu paling tidak setuju, bahkan melarang warganya untuk ikut berdemo membela Islam, bahkan penggerak demo tersebut tidak didukung, buktinya jangan bawa- bawa bendera NU jika mau berdemo. Benar-benar dilarang untuk berdemo, tapi sekarang terbalik, justru berdemo, padahal katanya tak  ada dalam ajaran Islam. Ya sudah mungkin sikonnya lain, sehingga sekarang dibenarkan warga NU untuk berdemo.
Nah repotnya ketika berdemo ada yang teriak " bunuh menterinya...bunuh mentrinya.. bunuh mentrinya" apapula ini? Ini teriakan apaan? Jangan-jangan ada yang menyusup di dalam demo NU tersebut? Jangan-jangan memang ada yang sengaja membuat panas, agar NU dan Muhammadiyah semakin runcing, padahal ini bukan masalah NU dan Muhammadiyah, tapi kebijakan pemerintah, yang kebetulan menterinya adalah warga Muhammadiyah. Coba lihat itu, berdemo kok sampai teriak membunuh mentri, dan mentri yang dimaksud adalah mentri Pendidikan dan Kebudayaan yang warga Muhammadiyah. Wah ini bisa repot kalau ditelusuri. Jangan-jangan memang ada skenario untuk mengadu domba antara Muhammadiyah dan NU?
Kalau ini benar-benar terjadi, berarti Indonesia mundur kembali ke jaman penjajahan Belanda dengan politik devide et impera atau politik adu domba oleh Belanda. Sehingga masalah khilafiyah diangkat kepermukaan dan saling serang kata- kata antara warga Muhammadiyah dan NU, hanya gara-gara kunut dalam sholat Subuh, tahlilan, maulidan dan lain sebagainnya, padahal itu bukan perkara yang wajib. Tapi berhasil memecah belah antara warga Muhammadiyah dan NU, sehingga terjadilah pengkotak- kotakan.
Itu di jaman Belanda, lalu ketika kemerdekaan para tokoh Muhammadiyah dan NU duduk semeja dalam perumusan Piagam Jakarta yang nantinya menjadi cikal bakal Pembukaan UUD 1945. Keakraban para tokoh Muhammadiyah dan NU di era sekarang mungkin menyebabkan ada pihak-pihak tertentu yang tak suka, apa lagi setelah ummat Islam Indonesia berhasil membuat seluruh dunia terkejut dibuatnya, apa itu? Ya demo 212, demo membela Islam, yang tak kurang dari 7 jutaan orang, yang berjalan aman, tertib dan damai. Ini tak pernah ada dalam sejarah dunia di negara manapun, demo jutaan orang tapi tak sepotong dahanpun tumbang, tak ada sampah yang berserakan sesudahnya, tak ada bakar- bakaran apapun, tak ada caci maki, semuanya berjalan dengan tertib, aman dan damai. Alhamdulillah.
Ini benar-benar menjadi pelajaran yang sangat berharga, bahwa ummat Islam itu bukan teroris, bukan fundamantalis, bukan anti Pancasila, gimana mau anti Pancasila bila setiap hari ummat Islam sholat 5 kali dan itu bukti pengamalan sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, itu bukti pengamalan Pancasila yang paling nyata, paling konkrit, paling riil, bukan hanya omongan, slogan atau spanduk besar-besaran, ahk rupanya ada pihak yang tak suka Islam yang tertib, aman dan damai, sehingga ada usaha-usaha untuk memecah belah ummat Islam, melalui dua ormas Islam terbesar di Indonesia yaitu Muhammadiyah dan NU, semoga salah, saya berharap ini salah.
Semoga saja kebijakan menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang telah dikeluarkan tidak membuat Muhammdiyah dan NU menjadi retak. Muhammadiyah dan Nu adalah bersaudara, sama-sama Islam, sama-sama Sunni. Sama-sama bergerak di bidang dakwah, untuk menyebarkan Islam yang rakhmatan lil alamin, Islam yang di tengah-tengah, Islam yang moderat dan bukan Islam yang radikal. Ya bersatu jangan berseteru, berbeda pendapat boleh, tapi tak boleh saling menghakimi satu sama lain. Yuk bersatu dalam NKRI yang aman, damai dan sejahtera.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H