Banyak yang tercecer di acara Festival Indonesia 2017 ( FI 17) yang berlangsung 4-6 Agustus 2017 lalu. Sebagian sudah saya tulis di Kompasiana beberapa waktu yang lalu. Rasanya memang tak habis-habisnya bicara tentang kebudayaan Indonesia yang memang begitu beragam dan unik-unik, makanya orang Rusia ketika ada FI 17, seperti bertemu sesuatu yang membahagiakan, karena dapat berkenalan dengan begitu banyak ragam budaya, dari tarian, nyanyian, makanan, pakaian dan lain sebagainya yang menjadi ciri khas Indonesia.
Bukan karena saya ikut di dalamnya, sehingga selalu membaguskan acara FI 17, ini fakta dan datanya berbicara, Anda bisa bayangkan dalam waktu dua hari setengah, karena di hari Jumat mulai resmi dibukanya FI 17 mulai pukul 15.00 WM ( 19.00 WIB). FI 17 dibuka resmi oleh Menteri Perdagangan RI dan Duta Besar Indonesia untuk Rusia dan Belarusia, Muhammad Wahid Supriyadi beserta tamu kehormatan lainnya dengan memukul gendang bertalu-talu secara serempak.
Pada hari pertama itu langsung dikunjungi sekitar 23 000 orang pengunjung, dan total selama dua setengah hari tersebut jumlah pengunjungnya 91.600 orang. Lagi-lagi ini bukan hitungan biasa. Karena dibandingkan dengan festival yang sama dari negara lain, dalam hal ini Turki, sebagai contoh, dengan luas arena festivalnya lebih dua kali lipat luas FI 17, tapi pengunjunnya jauh lebih sedikit, tak lebih dari setengah pengunjung FI 17.
Jadi siapa bilang Indonesia selalu kalah dan tidak menarik perhatian warga Rusia? Dari stand yang kurang lebih 70 buah, setiap harinya penuh oleh pengunjung. Setiap pengujung begitu tertarik dengan berbagai macam bentuk hasil karya orang Indonesia, yang serba unik dan menarik perhatian pengunjung. Kali ini tidak kurang dari 10 provinsi menampilkan berbagai macam hasil budaya mereka, baik makanan, pakaian, kesenian, tarian dan lain sebagainya.
![Tari tradisionil dari Betawi di panggung yang berbeda menyihir penonton hingga mereka rela duduk di lantai untuk menyaksikan tarian tersebut. Foto: Syaripudin Zuhri.](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/16/lenggong-betawi-5993e615b1641623d37a9212.jpg?t=o&v=770)
"Apa kabar?" tanya saya.
" Masih hidup!" jawabnya.
Saya langsung spontan tersenyum, jawabannya di luar dugaan, ditanya kabarnya bagaimana? Jawabanya mengejutkan saya. "Masih hidup!" yang dijawab dengan riang sambil tersesnyum. Ini jawaban yang tak lazim, biasanya jawaban yang diberikan, "Alhamdulillah baik", "Baik-baik saja", atau "Fine, terima kasih". Mungkin Anda pun akan kaget mendapat jawaban tersebut, tapi itulah yang mereka dapat tentang pertanyaan apa kabar? Dan dijawabnya demikian.
Oya, dari sekian banyak yang orang yang berkunjung pada FI 17, tetapi kedisiplinan mereka tetap terjaga, yaitu kebersihan dan antrean. Ya walaupun begitu banyak sampah. Mereka tetap terbiasa membuang sampah pada tempatnya, sehingga dari sekian ribu orang itu, tak terlihat sampah yang berserakan di mana-mana, yang ada malah kantong plastik hitam besar yang berada di mana-mana untuk menampung sampah-sampah. Bila penuh langsung diangkat, sehingga tidak berceceran.
Begitu juga dengan antrean, walaupun mereka lapar dan antrian begitu panjang untuk membeli sate, nasi goreng atau makanan ringan lainnya, mereka tetap sabar atau antre, tidak ada yang berusaha menerobos barisan, bahkan saking taatnya setiap stand sebelum digunakan hanya dengan sepotong tali rapia, sudah cukup untuk membatasi agar pengunjung tidak masuk ke dalam atau menerobos stand yang sudah dibatasi oleh tali rapia tersebut.
![Menteri Perdagangan dan Dubes LBBP untuk Rusia dan Belarusia, Muhammad Wahid Supriyadi, dengan tamu kehormatan lainnya saat membuka FI 17. Foto: Syaripudin Zuhri.](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/16/mentri-dan-dubes-5993e7eee1f9c232cd0692c2.jpg?t=o&v=770)
Ada juga yang nakal, pura-pura nawar barang, uangnya belum diberikan kepada petugas penjaga stand, tapi sudah meminta kembalian, nah petugas yang tak jeli atau teliti akan tertipu, bisa langsung memberikan kembalian, padahal pembeli yang menipu itu belum memberikan uangnya pada penjual atau petugas. Ada juga yang menggunakan uang 5000 rubel yang ditukar dengan cepat dengan uang 500 rubel yang kebetulan warnanya mirip atau hampir sama, kecuali nolnya. Uang yang diberikan kepada penjual 500 rubel, tapi minta kembalian dengan nilai 5000 rubel, nah loh, nakal kan. Jadi kewaspdaan tetap diperlukan. Akh itu hanya riak kecil, yang tak mengurangi gebyarnya FI 17 tersebut.
Oya, ada lagi yang membuat kejutan, ya siapa lagi kalau bukan rakyat ketemu Gubernurnya atau pemimpinnya. Saya yang warga DKI Jakarta dan kebetulan sedang melintas di stand DKI Jakarta, saya melihat sedang dikerumuni banyak pengunjung, yang sedang berfoto-foto bukan hanya dengan penari tari tradisionil Betawi, tapi juga ramai berfoto dengan Gubernur DKI Jakarta, Djarot dan Istrinya.
![penari-dengan-gubernurnya-5993eaf018112a2133559582.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/08/16/penari-dengan-gubernurnya-5993eaf018112a2133559582.jpg?t=o&v=770)
Kembali ke foto dengan Pak Djarot, momen langkah tersebut saya abadikan dengan kamera, dengan minta tolong pada salah seorang penari, agar saya difoto dengan Gubernur DKI Jakarta, yang baru saja dilantik menggantikan Ahok. Walau masa jabatannya hanya tinggal hitungan bulan, tapi gubernur tetap gubernur, dan itu menjadi momen yang penting, karena kali ini DKI Jakarta membawa rombongan yang cukup besar, bersama dengan rombongan lain dari provinsi, kabupaten atau wali kota lainnya di FI 17 ini.