Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Sate Menjadi Primadona Pada Festival Indonesia 2017 di Moskow

7 Agustus 2017   20:30 Diperbarui: 7 Agustus 2017   22:59 1073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin Anda sudah membaca di banyak tempat, entah di media mainstream, seperti detik.com, KOMPAS.com, antara.com dan lain sebagainya mengenai gebyar Festival Indonesia di Moskow, Rusia, yang berlangsung 4-6 Agustus 2017. Ada satu kata yang untuk Festival Indonesia 2017 (FI 17) ini, fantantis! Sungguh luar biasa dan membanggakan bagi Indonesia. Mengapa tidak? Bisa Anda bayangkan dari jumlah kehadiran saja sudah luar biasa, tak kurang dari 90.000 orang. Itu data dari hitungan pengunjung yang datang, yang masuk dari tiga sisi pinta masuk, kiri, tengah (pintu utama) dan kanan.

Pintu detector yang dipasang di pintu kiri dan tengah menjadi saksi kehadiran pengunjung FI 17 dan CCTV yang stand by di ruang kontrol terus menghitung jumlah orang yang datang. Terlepas dari orang yang sama itu hadir lagi di hari berikutnya, faktanya menunjukkan manusia memang seperti tumpah ruah, di taman seluas 6 ha tersebut dengan tak kurang dari 70 booth yang tersedia, dari berbagai macam jenis makanan, buah-buahan, makanan ringan, camilan dan lain sebagainya. Dan primadona makanan tersebut adalah nasi goreng dan sate! Saya sengaja mengambil tema sate untuk tulisan kali ini.

Ribuan tusuk sate habis ludes, tak tersisa! Padahal harganya tak murah, bagi kantong Indonesia. Di sana disajikan sepiring nasi goreng dan tiga tusuk sate ala Indonesia (jangan bandingkan dengan satenya Rusia, yang besar-besar dan hampir setangah meter tusukannya yang terbuat dari baja tipis atau ringan). Penusuk sate Indonesia sama dengan yang di tanah air, yaitu memakai bambu sebagai tusuk sate. Berapa harganya? Seporsinya dibandrol Rp 500 rubel atau sekitar Rp 115.000 ripuah, dengan kurs rata 1$= 58 rubel = 13.300 rupiah.

Makan Sate berjamaah pada Festival Indoneseia 2017 di Moskow; Foto: Syaripudin Zuhri
Makan Sate berjamaah pada Festival Indoneseia 2017 di Moskow; Foto: Syaripudin Zuhri
Namun karena kelezatan sate yang sudah diakui dunia, berita dari CNN beberapa waktu yang lalu sudah menempatkan sate dan nasi goreng Indonesia adalah makanan terlezat di dunia, mengalahkan Mc Donald, sushi, KFC, pizza dan lain sebagainya. Luar biasa! Ini benar-benar membanggakan Indonesia, sebagai negara yang selama ini tak dikenal dunia (yang dikenal dunia justru Bali). 

Nah sekarang sate dan nasi goreng telah mendunia dan menjadi santapan yang sungguh nikmat bagi lidah orang Indonesia, Rusia dan orang di dunia. Ini bukan hanya omong kosong, sayapun tergoda untuk makan sate dan nasi goreng tersebut, padahal panitia bagian kosumsi sudah menyediakan boks makan untuk makan siang dan malam bagi panitia, yang mana saya ada di dalamnya. Tapi yang saya mau sate dan nasi goreng, sambil melihat bagaimana reaksi orang Rusia ketika makanan selezat ini. Lezatnya memang luar biasa, kalau perut ini masih tahan, mungkin pesan lagi dan pesan lagi.

Kita beralih ke buah-buahan tropis, kelapa muda! Berapa harga kelapa dijual pada Festival Indonesia? 600 rubel atau setara dengan Rp 133.000. Bayangkan sebutir kelapa muda kita harus membayarnya dengan Rp 133.000. Ini berarti harga sebutir kelapa hijau yang di Indonesia sebutir Rp 10.000 rupiah = kurang lebih 13 kalinya harga di Indonesia. Luar biasa, tapi itu tak mengurangi kegandrungan orang Rusia untuk membelinya, padahal aslinya kelapa muda yang dijual di situ bukan diimpor dari Indonesia, melainkan dari Thailand atau Vietnam. Bayangkan... Indonesia yang mengadakan Festival, Thailand dan Vietnam kecipratan keuntungannya. Luar biasa.

Apa lagi? Banyak sekali yang membuat petugas di booth masing-masing tercengang, ada booth yang baru hari pertama pembukaan, habis terjaual barang dagangannya. Ada yang sudah ditambah, eh masih habis lagi. Apa lagi kalau di penjualan sate dan nasi goreng, khususnya sate, pembeli rela antre berpanjang-panjang untuk membeli sate, dan tusukan sate ala Indonesia, sekali lahap buat ukuran makan orang Rusia. Bisa-bisa semangkok bukan tiga tusuk, melainkan puluhan tusuk masuk ke perut. Itu pakai harga Indonesia, kalau pakai harga Indonesia... jangan-jangan akan diborong sepanci untuk dimakan sendiri, saking lezatnya itu sate Indonesia. Jadi siapa bila masakan Indonesia tidak laku?

Baunya yang yang menggoda dari asap bakaran sate membuat gaya tarik tersendiri. Foto: Syaripudin Zuhri.
Baunya yang yang menggoda dari asap bakaran sate membuat gaya tarik tersendiri. Foto: Syaripudin Zuhri.
Belum lagi cenderamata dan berbagai jenis makanan lainnya, seperti keripik tempe...yang dijual sekantong plastik ukuran sekitar 200 gr dengan Rp 200 rubel. Itung sendiri aja dengan kurs yang di atas. Kembali ke sate, dengan tusukan yang unik, bagi orang Rusia, telah menggoda selera. Coba bayangkan di tengah ribuan orang, ketika asap bakaran sate mengepul tercium oleh hidung... duh benar-benar terasa nikmat, itu baru baunya saja, apa lagi ketika dimakannya, eunak bukan main. Bisa Anda bayangkan lagi, tiga hari berturut-turut, itu sate dihidangkan, tak ada yang tersisa, satu tusukpun, di dalam satu hari penjualan, habis bis... total tak tersisa. Luar biasa. Benar luar biasa.

Sebagai bangsa Indonesia ikut bangga dengan sate yang telah mendunia ini. Mungkin mereka bertanya-tanya apa resepnya membuat sate begitu lezat, padahal mereka juga menjual sate? Itu yang mungkin disebut rahasia perusahaan, sama-sama membuat sate, tapi sate Indonesia mengalahkan sate Rusia, kecil tapi mantap, nikmatnya menggoyang lidah lidah orang Rusia! Jadi jangan sampai kecolongan lagi segera patenkan sate Indonesia!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun