Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tips Menulis dari Kata Netral

26 Juli 2017   20:14 Diperbarui: 26 Juli 2017   20:21 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih tentang gonjang-ganjing politik di tanah air kita, rasanya tidak pernah sepi dari kegaduhan, ada-ada saja yang membuat gaduh. Yang paling gaduh pada saat Pilkada DKI yang lalu. Ini benar-benar telah menguras energy bangsa Indonesia, sehingga seperti akan terjadi perang besar-besaran, seperti yang terjadi di negara-negara lain, yang sekarang masih saja berseteru sama lain dengan sesama anak bangsa, seperti yang terjadi di Syria, Irak, Afganistan dan lain-lain.

Untungnya rakyat sadar,  sesadar-sadarnya dengan tidak mudah terprovokasi sehingga tidak mudah diadu domba. Panas dan sangat panas dalam Pilkada DKI yang lalu, Alhamdulillah semuanya selesai dengan aman, nyaman dan adem. Dan langkah selanjutnya bersatu padu membangun Jakarta yang lebih baik lagi. Yang kurang ditambahi, yang salah diperbaiki, yang bengkok diluruskan.

Namun diatas itu semua, penulis tidak akan membahas Pilkada DKI lagi,  hanya ingin mengajak untuk menulis secara netral, tidak berpihak pada apa dan siapapun, apa lagi berpihak pada partai politik yang seringkali bolak balik, pada satu saat A, pada saat yang lain B. Pagi tahu, sorenya tempe, begitu seterusnya, jarang yang konsisten pada prinsip masing-masing, yang ada kepentingan masing-masing, tujuannya akhir ya tentu saja menguasai kursi kekuasaan.

Kembali ke menulis Netral, yang saya maksud netral disini adalah akronim dari hal berikut ini, mari kita bahas satu demi satu dari akronim NETRAL ini:

Pertama hurup 'N' untuk  Niat. Nah menjadi penulis yang nyaman, aman dan bukan provokator tentu dengan niat yang ikhlas, niat berbagi untuk kepentingan bersama, sesama anak bangsa, agar Negara yang sama-sma kita cintai ini tidak terpecah belah, tetap menjadi NKRI. Silahkan menulis apa saja, namun jangan sampai NKRI terbelah, cukup sudah contoh dari negara-negara di Timur Tengah sana.

Kedua hurup 'E' untuk Empati. Penulis memang menjadi 'raja' bagi tulisannnya, apapun mau ditulis, ya terserah penulisnya, begitu besar kebebasan yang dimiliki oleh seorang penulis, baik penulis professional, maupun penulis amatiran, ya semacam blogerlah. Namun sebebas apapun tetap seorang penulis harus memiliki empati yang tinggi, tidak lantas semaunya menulis sehingga banyak orang atau pihak lain yang tersinggung, bahkan bisa saja sakit hati karena tulisannya yang dibuat.

Bila pun mau mengkritik dari tulisannya, ya tentu saja dengan solusinya juga, jangan hanya mengkritik, tapi tidak mencarikan jalan keluar atau solusinya. Nah dengan rasa empati yang dimilikinya itulah, sebuah tulisan menjadi semacam mengayomi, membuat adem, tenang dan menyejukkan.

Ketiga hurup 'T' untuk tidak takut pada resiko. Loh kok menulis sampai membawa resiko? Mana sih kehidupan tanpa resiko, setiap perbuatan dalam kehidupan ini akan ada resikonya, tergantung besar kecilnya perbuatan tersebut atau melanggar atau tidaknya terhadap peraturan yang telah disepakati.

Menulis pun mempunyai resiko, apa lagi menulis politik yang berhubungan langsung kebijakan pemerintah dan tentang presiden, misalnya. Ini tentu harus hati-hati, karena resikonya besar. Namun tidak membuat seorang penulis menjadi begitu takut pada resiko yang dihadapinya. Bila punya data yang akurat, mengapa harus takut? Bukan data katanya-katanya.

Keempat hurup 'R' untuk rajin membaca. Penulis yang baik, tentu banyak membaca, semakin luas bacaannya, semakin luas wawasannya, semakin luas wawasannya semakin banyak kemungkinan yang akan ditulisnya. Sumber datanya akan tak terbatas, bila kegiatan rajin membacanya terus menerus terasah, maka ide-ide yang ada diotaknya akan mengalir begitu deras, sehingga apa saja bisa ditulisnya, seakan sumber datanya tak habis-habisnya, sehingga pihak lain bingung dibuatnya, ada saja yang ditulis oleh penulis yang rajin membaca.

Bila penulis tidak rajin membaca, jangankan untuk menulis yang bervariasi, menulis yang setipe saja akan kehilangan ide, tak mampu mengolah sumber yang ada, karena wawasannya terbatas, tak bertambah-tambah. Itulah makanya seorang penulis sehebat apapun tak akan lepas dari membaca, membaca dan membaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun