Kelima hurup 'A' untuk amanah pada keyakinan yang benar. Seorang penulis ditantang untuk tetap mempertahankan amanah yang dimilikinya, amanah ini bukan oleh siapa-siapa, bukan diberikan oleh suatu lembaga apapun, tapi amanah yang datang dari dirinya sendiri. Dengan amanah yang dimilikinya, sang penulis akan mempertanggungjawabkan akibat tulisannnya dengan berani, karena yakin bahwa yang ditulisnya memang benar adanya dan untuk kepentingan orang banyak.
Amanah ini harus dipertahankan oleh seorang penulis, agar semangat penulisnya tetap berjalan, tetap istiqomah, tetap berada di rel yang benar. Apapun yang diterima, seperti dibully, dihina, dikecilkan, diremehkan bahkan sampai dibenci, penulis yang amanah tidak akan takut, karena memang niatnya, seperti kata pertama di atas, dijalankan dengan kokoh.
Keenam hurup 'L' untuk layak baca. Sebuah tulisan yang tak layak baca, akan hanya menjadi sampah di dunia maya, tak ada yang baca, saying sekali bukan. Makanya penulis yang netral ini akan  membuat tulisan yang layak baca, bahkan jika mungkin tulisan menjadi acuan bagi penulis lain, karena memang layak untuk dibaca, bahkan layak dijadikan acuan tulisan pihak lainnya.
Demikianlah penulis netral yang tercangkup dengan enam kata tersebut. Bila penulis dengan semangat netral  tadi tetap dipertahankan, Anda tak akan mengenal ada penulis yang mundur atau berhenti menulis, apa lagi kalau ada fenomena yang membuat rakyat bergejelok, seorang penulis netral akan tampil dengan sendirinya, itulah panggilan jiwanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H