Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mari Saring Berita Pilkada DKI Jakarta dengan 3B

4 Oktober 2016   11:01 Diperbarui: 4 Oktober 2016   11:12 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
INi anak bangsa yang sedang menjadi berita di Pilkada. Sumber: wowkeren.com

Mari menyaring berita dengan 3B. Mengapa harus ada saringan dengan 3B? Ya maklum saja, karena semua ini berita dibaca dan karena semua ini mempengaruhi pembacanya atau paling tidak berita yang sudah ditulis dibaca, sukur-sukur dapat mempengaruhi pembacanya dan percaya apa yang diberitakannya. Apa berita saat PIlpres atau saat Pilkada DKI Jakarta sekarang ini, yang begitu banyak informasi diterima, dan begitu banyak berita saling bersaut tentang tiga cagub dan cawagub di Jakarta, mulai dari Anies dan Uno, Agus dan Silvia, Ahok dan Djarot.

Nah untuk itulah kita perlu menyaring berita, tidak mudah percaya dan tidak mudah mengiyakan apa yang terbaca, termasuk dari lembaga survei yang konon margin error-nya hanya 2% misalnya, apa lagi ada lembaga survei yang bisa dibayar, bayaran gede, hasil surveinya memenangkan yang pesan. Namun  hasil survei di pengalaman pada Pileg, pemilihan lembaga legislatif, hasil-hasil banyak yang terjungkil balikan. Seperti ada misi tertentu, agar partai seperti PKS, PPP dan PKB tak terpilih wakil-wakilnya, ada apa ini? Aha ternyata survey tulalit, tak sepenuh benar dan terbukti, PKS, PPP dan PKB tetap eksis. Kembali kepada penyaringan berita dengan 3B, dan mengapa harus 3B? Mari kita lihat, apa saja itu?

Pertama, bila berita itu BENAR, lanjutkan, bila salah tinggalkan , buat apa menyampaikan berita yang salah? Bila berita yang disampaikan salah, selain merugikan pembaca, merugikan pengetahuan, karena pengetahuan jadi ikut salah, karena setiap berita adalah menjawab keingin tahuan manusia, namun bila yang disampaikan salah, maka salahlah yang menerima berita, kasihankan.

Kedua, bila berita itu BAIK, lanjutkan, bila berita itu buruk, tinggalkan, buat apa diberitakan berita buruk? Dan anehnya di media berita buruk justru yang laku, bed news good news, berita buruk sangat menaikan oplah koran atau majalah, termasuk berita di digital. Berita buruk akan menjadi santapan paling empuk dalam berita. Lihat saja berita buruk para selibritis, menjadi konsumsi yang terus menerus dilahap, padahal yang diberitakan adalah masalah keluarga misalnya, masalah dapur rumah tangga, tapi benar-benar jika diberitakan akan menyedot pembaca, aneh bukan?

Ketiga, bila berita itu BERGUNA, sampaikanlah, bila berita tersebut sia-sia tinggalkanlah, buat apa menyampaikan berita berita yang sia-sia? Hanya menjadi sampah di dunia nyata atau di dunia maya. Buat nyampah? Bukankah sebaiknya berita itu menjadi komsumsi yang enak untuk “disantap”, bukan berita yang sudah tidak benar, tidak baik dan tidak berguna, bukankah ini sia-sia.

Jadi jangan mudah percaya pada berita, periksa kembali dengan 3B tersebut, karena kita tidak tahu motivasi pembuat berita dan kita tidak tahu ada apa di balik berita? Jadi jika berita itu benar, baik dan berguna sampaikanlah, bila sebaliknya, tinggalkan, jangan sia-siakan waktu dan kasihan yang membaca, menjadi terkecoh, sudah berusaha meluangkan waktunya untuk membaca, justru tertipu dengan berita.

Saringan 3B itu berlaku untuk umum dan saat penting seperti saat Pileg, Pilpres atau saat Pilkada sekarang ini, karena setiap kubu atau ada “pihak ketiga” yang bisa bermain dan untuk memecah bangsa ini. Jangan lupakan nasib bangsa di Palestina, Irak, Afganistan, Libya, Mesir dan Syria. Bayangkan negara tersebut sampai saat ini, sampai saya menulis 3B ini masih saja bertikai sesama bangsanya sendiri, saling bunuh dan saling menghancurkan, yang tragis Syria sekarang ini, sesama bangsa sendiri saling menghancurkan, dipihak pemerintah melawan oposisi. Semoga hal tersebut tidak terjadi di Indonesia.

Mari kita lakukan festival Pilkada DKI Jakarta ajang untuk saling memahami, saling mengerti bahwa ada pihak lain yang juga punya program. Ada pihak lain yang juga punya visi dan misi yang tak kalah baiknya. Biarkan rakyat yang menilai dan memilih para pemimpinnya, biarkan rakyat memilih pasangan yang diharapkan dapat mensejahterakan rakyat Jakarta. Semoga rakyat semakin cerdas untuk memilh pasangan cagub dan cawagubnya dengan saringan 3B tersebut.

Mari jadikan festival Pilkada DKI Jakarta ajang untuk menjalin silaturahmi sesama anak bangsa, bukan untuk saling menghakimi dan saling menistakan satu sama lainnya. Jangan jadikan negara ini ajang untuk dipecah belah,  jangan jadikan negara ini seperti di jaman penjajahan Belanda dulu, yang mudah diadu domba, hingga mudah dihancurkan setiap perlawanan yang dilakukan karena tak adanya persatuan, karena terpecah belah. Ayo bersatu, perbedaan itu biasa, Pilkada itu biasa, Pilkuda baru luar biasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun