Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Risma Maju di Pilkada DKI, Ahok Bisa Keok?

3 Agustus 2016   08:12 Diperbarui: 3 Agustus 2016   08:22 2205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ahok dikeroyok? Tanda-tanda kemenangannya. Ini sudah sering ditulis dan dibahas. Ahok itu semakin dikeroyok, dikepung dari berbagai penjuru oleh lawan politiknya, maka Ahok akan semakin senang, mengapa? Karena suara lawan tercerai berai. Itupun sudah sering ditulis, lalu apa yang tersisa? Wah banyak, apa lagi menjelang pilkada 2017, yang semakin dekat dan semakin memanas.

Lawan terberat Ahok sebenar hanya dua orang, Ridwan Kamil, Wali Kota Bandung dan Risma Wali Kota Surabaya. Ini bukan mengecilkan pihak lain, namun itu yang terlihat selama ini. Ridwan Kamil sudah mundur, dan lebih focus ke Bandung, jadi hanya tinggal bu Risma. Tentang Bu Risma maju ke pilkada DKI ada di “kantong”nya Megawati, ini yang menurut PDIP, memang hak prerogatifnya ketua umum PDIP.  Apa boleh buat, di tengah-tengah perpolitikan modern sekarang ini, masih ada orpol yang sangat tergantung pada ketua umumnya, seperti tak ada kadernisasi, tapi itu terserah saja, bukan urusan kita.

Kembali ke Ahok, yang kelihatannya sudah kurang percaya diri, terutama setelah menyatakan ikut jalur parpol, tidak independent, lalu untuk apa teman Ahok yang selama ini sudah gembar gembor menyakatakan Ahok mandiri? Aha… Ahok ternyata penakut juga, takut ditinggalkan parpol, terutama oleh PDIP. Kuncinya sekarang di PDIP, apakah akan memajukan Ahok atau Risma?

Kalau Ahok yang diajukan, suara Ahok akan bertambah kuat, karena sudah tiga partai yang jelas-jelas mendukung Ahok, Nasdem, Hanura dan Golkar. Jika ditambah dengan PDIP, Ahok akan menang telak. Apa lagi kita tahu cara berpikir orpol sekarang ini, mencari aman. Kalau sudah ada tokoh yang kuat dan kans kemenangannya besar, buat apa cari tokoh lain? Praktis dan ekonomis, karena kemenangan semakin terlihat. Itu kalau Ahok dikeroyok atau pihak lawan tidak bersatu memunculkan satu tokoh yang sebanding dengan Ahok.

Tokoh itu, bu Risma, tapi bu Risma masih tergantung pada tokoh sentral PDIP, Megawati. Walaupun selama ini bu Risma bilang, lebih baik ngurus Surabaya, tapi kalau yang memerintahkan, atau dengan bahasa politiknya PDIP, ditunjuk menjadi perugas partai untuk maju ke pilkada DKI 2017, apakah Risma mampu menolak tugas tersebut? Rasanya tidak, karena bagaimanapun sampai saat ini Megawati adalah “Godmother” bagi seluruh jajaran atau anggota PDIP, berani menolak menjadi petugas partai, berarti berani menolak tugas dari ketua umum, menolak ketua umum, sama juga menentang partai, beranikah bu Risma menolak?

Jadi perkara bu Risma maju atau tidak pada Pilkada DKI 2017, gimana maunya Megawati dan itu biasanya menjelang menit-menit terakhir, karena biasanya setiap partai melihat atau membaca pihak partai lain, siapa jagonya yang dimunculkan? Kalau bu Risma yang muncul, ini baru asik. Tapi tetap saja Ahok masih unggul, karena suara lawan masih terpecah belah, dengan banyak para tokoh yang muncul. Selain nama-nama yang sudah ada sebelumnya, seperti Yusril, Uno, Adyaksa dan lain-lain, sekarang tiba-tiba dimunculkan Rizal, “si Rajawali ngepret” yang kena reshuffle II kabinetnya Jokowi-JK, Syafrie, bahkan mantan menteri DIkbud, Anis Baswedan. Pilkada DKI 2017 begitu riuh, seperti pasar malam.

Apa boleh buat, siapa saja boleh mencalokan atau dicalonkan menjadi orang nomor satu di DKI Jakarta, kebetulan Ahok akan berakhir menjadi Gubernur 2017 mendatang, tapi kelihatan akan maju kembali dan “ngotot” maju lagi menjadi gubernur DKI untuk 2017-2022, walau itu hitungan di atas kertas, tapi riilnya nanti banyak yang akan meniru jejaknya Jokowi, menjadi gubernur DKI cukup 2 tahun saja, setelah itu meloncat menjadi capres untuk 2019-2024. Dan kalau mengikuti logikanya Emha Ainun Najib, dimana Indonesia akan menjadi “jongos” total di tahun 2024, lihat www.eramuslim.com, maka akan bisa diprediksi, siapa yang akan menjadi presiden berikutnya, ini kajiadian yang menarik.

Makanya sampai tercetus oleh Ahok, dengan menyindir Bu Risma mengincar RI 1, walau sudah dibantah oleh PDIP, bahkan PDIP berang pada Ahok, gara-gara sindirin tersebut, karena Ahok dianggap mengadu domba bu Risma dengan Jokowi, presiden RI sekarang. Ya maklumi saja, namanya juga pilkada, pihak yang bertanding, akan mencari celah sedemikian rupa, agar menang pada akhir pertandingan. Dan itu sudah dilakukan Ahok, dengan mengikuti jalur partai, tidak perorangan, tidak independent lagi. Ahok rupanya takut juga ditinggalin partai, ternyata Ahok juga penakut.

Jadi siapa yang akan menjadi gubernur DKI Jakarta 2017-2022 mendatang? Kalau Ahok dikeroyok, kemungkinan besar Ahok yang akan menang lagi, namun kalau pihak lawan memunculkan satu nama, dan nama tersebut bur Risma, bisa ramai, yang menang, menangnya tipis, yang kalah, kalahnyapun tipis. Tapi yang namanya pilkada, tipisnya kemenangan atau kekalahan, tetap saja menang atau tetap saja kalah, itu sah. Jangan lupa, tokoh yang menang hanya butuh suara 50% plus 1.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun