[caption id="attachment_365226" align="aligncenter" width="268" caption="Sumber: kaskus.co.id"][/caption]
Masih ingat "Mati Ketawa Cara Rusia?" Yang kemudian lahirlah berbagai macam Mati Ketawa cara yang lainnya, ada " Mati Ketawa Cara Suharto". Ada Mati Ketawa Cara Madura", " Mati Ketawa Ala Gus Dur", " Mati Ketawa Ala Yahudi", " Mati Ketawa Cara Amerika" dan lain sebagainya. Dan memang begitu ciri khas orang Indonesia, suka latah dan ikut bagaimanapasaran.
Atau anda masih Ingat ketika Novel " Ayat-Ayat Cinta" meledak, karya Habiburrahaman El Shirazy, yang seringdiebut kang Abik, maka munculah berbagai macam novel yang membonceng kepopuleran novel tersebut, karena ada kata Ayat-Ayat... yang ditambah kata Cinta. Maka muncul novel yang sejenis, ada " Sejajadah Cinta', Ketika Cinta Bertasbig", "Syahadat Cinta", "Tasbih Cinta di Langit Moskow", " 99 Cahaya di Langit Eropa", "Tahajud Cinta di Kota New York" dan segudang judul novel lainnya.
Begitulah kelatahan yang terjadi, mengikuti pasaran, kemudian setelah itu lenyap, tidak melegenda, tidak mengabadi, hilang dalam semasa, tidak sampai berdekade dan seterusnya. Apa yang salah? Ya sah-sah saja, namanya juga orang sedang mencari peruntungan, dan itu didapat dengan cara yang sudah ada dan sedang populer, maka jadilah semacam boom, meledak sesaat, setelah itu hilang tanpa bekas.
Kita kembali ke Mata Ketawa, yang hanya tinggal ditambah… nama orang, biasanya nama tokoh, nama Negara, atau nama daerah. Yang sering tampilkan memang kalau daerah itu bias Madura, Batak Atau Betawi. Yang sebenarnya sama saja cara pandangnya. Mengapa terlihat lucu, karena dilihat dari sisi daerah lain atau Negara lain. Yang sebenarnya juga banyak lucu dari Indonesia, bila dilihat dari” kaca mata “ orang Rusia, misalnya. Dan mereka bisa tertawa terbahak-bahak melihat kelucuan yang terjadi di Indonesia!
Di Indonesia bila naik mobil angkutan umum , ketika turun, “ Kiri.. kiri!” Orang Rusia tersenyum , karena di Rusia kalau turun dari angkutan umum ke kanan, dan tak perlu ada yang teriak-teriak, karena angkutan umum di Rusia tidak pakai kondektur! Di angkutan umum atau Bus Kota, “uang bisa berjalan di udara”, pindah dari satu penumpang ke penumpang lain, ketika membeli karcis bus, dan kebetulan posisi pembeli di belakang, dan uang itu beredar dari belekang ke depan, sampai ke supir dan balik lagi ke belakang, lengkap denga kembaliannya. Kalau di Indonesia mungkin baru orang pertama masih ada uang tersebut, pada orang ketiga sudah hilang!
Coba mari kita ambil contoh lagi “ Mati Ketawa Cara Madura”, dari Sampang, tentang pengendara motor yang marah-marah, ditilang polisi lalu-lintas gara-gara tidak memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi). Orang Madura ini menyodorkan SIM pada Polisi tersebut. “Ini bukan SIM saudara, nama dan fotonya berbeda!” Kata polisi. Maka tersinggunglah si Madura itu; “Lho Bapak ini kok aneh! Lha wong yang saya pinjemi SIM saja ‘dak marah kok, malah Bapak yang marah!”
Ada lagi, ketika nelayan Madura ditangkap polisi perairan negara tetangga, karena di dituduh mencuri ikan di laut mereka, “ Ini ikan dari Selat Madura yang lari ke laut Anda, maka saya tangkap dan kebetulan tertangkapnnya di laut anda ” kata orang Madura sambil tersenyum tanpa merasa bersalah.
Mari kita lihat “ Mati Ketawa Presiden Indonesia” tentang perempuan.
Presiden pertama dikelilingi perempuan
Presiden kedua hanya satu perempuan
Presiden ketiga cinta sekali pada perempuan
Presiden keempat tak melihat perempuan
Persiden kelima perempuan
Presiden keenam setia pada perempuan
Presiden ketujuh bagaimana Ibunya Puan.
Atau Anda masih ingat kisahnya Gus Dur ketika diceritakan bersama Presiden AS, Presiden Perancis yang naik pesawat yang sedang terbang rendah. Presiden AS mengeluarkan tangannya dan dia bilang posisinya sedang di New York, kok tahu?, “ barusan tangan saya menyentuh Patung Liberty”.
Kemudian Presiden Perancis mengeluarkan tangannya, dan berkata” kita sedang berada di Paris?” Kok tahu, “ saya barusan menyentuh Menera Eifel” katanya bangga.
Dan terakhir Gus Dur mengeluarkan tangannya, dan dia berkata” kita sedang di Tanah Abang” kok tahu, padahal Gus Dur tak bisa melihat. “ Jam Tangan Saya Hilang!” Coba Gus Dur denga enteng cerita tentang banyak pencuri di Tanah Abang, Gus Dur tidak bilang di atas Monas! Gitu aja kok repot.
Ada jenis Mata Ketawa Yahudi, ketika ada kontraktor Yahudi mendapat Proyek membuat terowongan untuk membuat jalur kereta bawah tanah, Maka digalilah tanah tersebut sebuah jalur dari daera A ke daerah B, setelah proyek itu jadi pemberi proyek kaget bukan main, karena yang dibuat kontraktor Yahudi salah, yang harusnya dibuat jalur A ke B, yang dibuat Yahudi malah jalur daerah A ke daerah C. Maka pemberi Proyek marah-marah” ini salah… ini salah besar!” Sambil garuk-garik kepala!
“ Apanya yang salah tuan?” Tanya kontraktor Yahudi.
“Jalurnya salah, bukan daerah A ke C, harusnya dari daerah A ke B!”
“ Loh kan bagus, anda jadi mempunyai dua jalur sekaligus!” Kata Kontraktor Yahudi.
“ Oya iya…benar juga anda” Kata Investor, “Lalu bagaimana dananya?”
“ Bayar lagi dong!” Kata kontraktor Yahudi dengan enteng.
“ Dasar Yahudi, dia yang salah, saya disuruh bayar lagi” Kata investor sambil bersungut-sungut, dan pergi, hampir saja kepalanya kejedug tiang listrik!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H