Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Kisah Nyata: Anak Supir Angkot menjadi Direktur di New York City

6 Mei 2015   07:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:20 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_364589" align="aligncenter" width="98" caption="Novel luar biasa, hanya dalam setahun 8 kali naik cetak. Kisah perjuangan anak yang bosen dengan kemiskinan. Sumber: arfika.com"][/caption]

Saya "ketinggalan" membaca novel ini, baru membaca setelah cetakan ke 13, Itupun setelah bongkar-bongkar kardus di tempat kerjaan, karena kantor mau pindah, novel tersebut bersamaan dengan buku-buku lainnya, masih dalam kemasan plastik dan diletakan digudang, karena mau dipak! Kebetulan ada sesuatu yang dicari di gudang dan bertemulah dengan novel ini. Alhamdulillah.

Ini novel  “gila”, baru kali ini saya membaca buku yang sukar untuk di stop untuk membacanya. Penasaran? Ya buku yang membuat saya penasaran, karena cara yang menguraikannya bolak-balik, antara kota apel dengan kota besar Apple, sesuai dengan sub judulnya pada buku tersebut. Seperti melompat-lompat, dari satu tempat ke tempat lain, pada hampir setiap babnya. Kalau tak ada kerjaan, ini novel sehari habis saya  "sikat".

Novel “ 9 Summers 10 Autmns” Dari Kota Apel ke The Big Apple, karya Iwan Setiawan, terbitan Gramedia dan sudah cetakan ke 13 , pada Mei 2013, dari peluncuran pertama, Februari 2011. Jadi hanya dalam waktu 2 tahun saja novel ini sudah 13 kali cetakan. Jangan-jangan di tahun 2015 ini sudah cetakan minimanl ke 15, kalau prediksinya setahun sekali cetak, Cetakanya “meledak” atau Best seller pada tahun 2011 ke 2012, setahun 8 kali naik cetak, “gila” benar, benar-benar “gila” ini novel.

Coba bandingkan dengan novelnya Andrea Hirata, “ Laskar Pelangi” yang juga “ meledak” booming atau Best Seller, cetakan pertama, September 2005 dua tahun kemudian , Oktober2007, cetakan ke 10, berarti setahun 4 kali cetak. Jadi dua novel ini benar-benar menggugah masyarakat para penggila baca, penggila novel ketemu dengan novel “gila”, keren!

Kalau mau dibandingkan benar-benar dua novel ini kisah nyata, dari penulisnya, yang sama-sama berangkat dari kemiskinan, kekurangan, ketakberdayaan latar belakang dan “kampung” yang nun jauh dari titik sentral kota besar. Keduanya bercerita tentang kesuksesan di negeri orang. Iwan Setiawan di New York, Andrea Hirata di Perancis. Yang satu menaklukan Universitasternama di Paris, yang lainnya menaklukan New York dengan pekerjaannya sebagai ahli statistik tematan terbaik dari IPB,Fakultas MIPA dengan IPK 3,52.

Luar biasa, anak sopir angkot dari Kota Batu menjadi direktur di New York City. Sebuah ungkapan kejujuran yang dibuat dengan gaya bahasa yang renyah, enak dan runtut, Kisah kegetiran hidup dan perjuangan hidup yang luar biasa. Kegigihan anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga yang terdiri dari 5 orang anak dan kedua orang tua, di mana ketujuh orang tersebut bertempat tinggal di rumah sederhana, tanpa mainan anak-anak!

Yang ada “mainan” buku-buku, ya buku pelajaran bagi mereka adalah “mainan” yang mengasikan, sampai tokoh sang "Aku” rela untuk bangun dan “bermain” dengan buku-bukunya sampai jam tiga pagi! Karena di sore hari tak sempat “bermain” dengan buku-buku tersebut, karena terganggu dengan acara nonton TV anak tetangga yang ikut nonton di rumah sang tokoh” Aku” yang tak lain adalah sang penulis sendiri. Iwan Setyawan.

Kegigihan “bermain” dengan buku dan perjuangan hidup untuk merubah dan berperang dengan “kesederhanaan” yang meggigit, telah merubah sebuah motivasi yang sangat kuat. Dan pengorbanan orang tuannya sampai menjual tanah untuk pendidikan, telah membawa perubahan yang drastic. Dari anak “kampung” di Kota Batu, kota apel akhirnya dapat menuju ke The Big Apple, New York. Mantap, saya tak bisa melepaskan novel ini sampai ke halaman terakhirnya.

Sang Tokoh “Aku” yang bercerita pada teman kecilnya, yang diajak berdialog dan berecrita, terasa asik. Tidak menggurui, tidak menampakan kesombongan dengan tutur kata padanya. Ada “gerimis” di sana sini, perjuangan hidup dari Kota Batu, ke Bogor, Jakarta lalu menembus lintas Benua, dari Benau Asia ke Benua Amerika.

Yang hebatnya lagi, setelah berkelana di negara “Paman Sam” selama satu dekada tersebut, ada keputusan yang lagi-lagi luar biasa, kembali ke Kampung Halaman dengan gaji menurun sangat tajam. Namun karena niat ingin berbagi, maka keputusan tersebut tetap diambilnya.

Jadilah manusia yang bermanfaat bagi orang lain, ini yang tertanam atau menjadi alasan mengapa Sang Tokoh “ Aku” mengambil keputusan untuk kembali ke kampung halaman, dan bila tak kembali atau tetap di New York mungkin tak lahir novel yang sangat inspiratif ini. Anda harus membaca novel ini, para mahasiswa dan pelajar wajib membaca novel ini, dan siapa yang ingin merubah hidupnya  baca novel ini. Selamat membaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun