[caption id="attachment_360645" align="aligncenter" width="480" caption="Meme foto Megawati dan Jokowi, rasa hormat Jokowi pada Megawati. Ini foto Jokowi sebelum menjadi Presiden RI ke 7. Sumber: beritasatu.com"][/caption]
Masih tentang Megawati, orang biasa yang merasa melebihi Presiden Jokowi, terlepas Megawati ketua PDIP yang boleh dibilang s”eumur hidup”, karena dipilih lagi secara aklamasi pada kongres IV di Bali untuk priode 2015-2020. Apa boleh buat PDIP seperti tak punya kader partai yang mumpuni untuk bisa menggantikan Megawati menjadi ketua PDIP. Terlepas dari “jasa” Megawati mencapreskan Jokowi pada Pilpres 2014 lalu, kini giliran Megawati di bully massa, khususnya di media social.
Sebabnya singkat saja, yaitu pada pidatonya di Kongres IV tersebut, yang boleh dibilang “memojokan” Jokowi sebagai Presiden RI, bukan Jokowi sebagai pribadi, karena kalau Jokowi sebagai pribadi boleh dibilang “tak bisa marah”, bahasanya yang digunakan juga sederhanya saja, “Ra opo-opo”.
Jokowi sebagai pribadi itu urusan Jokowi sendiri, namun ketika Jokowi debagai Presiden RI, “pemojokan”, “merendahkan” dan “pengecilan” Jokowi ini tak boleh dibiarkan, karena Presiden RI adalah lembaga negara yang harus dihormati oleh siapapun, termasuk oleh Megawati, walaupun kalimat yang digunakan adalah bahas sendirin, tidak terang-terangan menyerang Jokowi dari PDIP, karena kalimatnya” kalau tak mau disebut petugas partai, keluar dari sini(PDIP)!”
Siapa lagi yang dimaksud kalau bukan Jokowi, yang dibela rakyat banyak. Saya bukan membela Jokowi, bukan juga Jokowi lover, saya netral saja. Lalu mengapa Jokowi mesti dibela? Ya apa lagi kalau bukan Jokowi sebagai Presiden RI, yang direndahkan oleh seorang Megawati yang nada marahnya ketika berpidato terlihat sekali, ini jelas Megawati sedang menunjukan, “ inilah aku ketua PDIP!” yang telah menugaskan Jokowi, sebagai petugas partai untuk menjadi capres 2014!
Jokowi seakan hanya memberikan “ cek kosong” saja pada PDIP, seakan Jokowi tak berbuat apa-apa untuk kemenangannya menjadi Presiden RI terplih ke 7.Jokowi jelas ikut mendongkrak suara PDIP, jika Jokowi tak ikut capres, jangan-jangan suara PDIP akan “jeblok” seperti partai lainnya, karena yang awalnya banyak yang golput pada 2004 dan 2009, di 2014 ini cenderung memilih ikut Pilpres dan pilihannya pada Jokowi, bukan yang lain.
Kalau saat itu Megawati yang dimajukan menjadi capres dari PDIP, yakin seyakinyanya Megawati akan KO, ini akan menjadi KO yang ke tiga kalinya, setelah 2004 dan 2009, wah jelas akan sangat memalukan, makanya yang dimajukan Jokowi, yang memang sedang berada di “atas angin” dengan gaya kepimpinannya yang “blusukan” Yang sangat disukai rakyat banyak, karena itu jadi trend gaya kepimpinan yang baru.
Kembali ke Megawati yang sekarang mendapat giliran di bully oleh masyarakat luas di media social. Terlepas dari “jasa” Megawati yang “mengalah” dengan mencapreskan Jokowi pada 2014 lalu, dan kemudian Jokowi terpilih menjadi Presiden RI, tapi Megawati tetap tak boleh sombong, tak boleh arogan!
Merasa diri hebat dibandingkan Jokowi, karena Jokowi di PDIP bukan “apa-apa”, bukan pimpinan pusat di PDIP, hanya anggota biasa. Makanya Jokowi”tunduk” pada Megawati di PDIP dan terlihat beberapa waktu “mencium tangan” Megawati sebagai tanda hormat pada Megawati yang ketua partainya Jokowi.
Tapi hal tersebut sekali lagi, tak boleh membuat Megawati merendahkan Jokowi yang sekarang menjadi Presiden RI, presidennya rakyat Indonesia, bukan hanya presidenya PDIP. Ini yang harus disadari oleh Megawati, walaupun pernah menjadi Presiden RI ke5, ini pun kita hormati. Tapi ini tak boleh menjadikan dirinya merasa lebih hebat dari Jokowi! Mengapa? Karena ketika orang sudah merasa lebih hebat, lebih mulia, lebih tinggi dan seterusnya dari orang lain, saat itulah muncul kesombongan!
Karena ciri kesombongan hanya ada dua: Pertama, merasa lebih dari orang lain atau merendahkan orang lain, dan yang kedua, tidak mau menerima kebenaran! Nah Megawati kena dua ciri kesombongan tersebut, makanya Megawati boleh disebut sombong atau arogan! Nah karena arogan itulah Megawati di bully, wajarkan orang sombong dikritik?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H