Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Politik

7 Ciri Tokoh Bertopeng

22 September 2013   10:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:33 1579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13798178331223551405

[caption id="attachment_267939" align="aligncenter" width="613" caption="Siapa tokoh di balik topeng hitam itu, biasanya topeng yang digunakan untuk menutupi keadaan yang sebenarnya, tapi rakyat jangan sampai seperti memilih kucing dalam karung. Ilustrasi: tabloidjubi.com"][/caption] Menjelang Pemilu Legislatif(Pileg) dan Pemilu Presiden ( Pilpres) 2014 akan nampak partai-partai atau tokoh-tokoh yang pura-pura baik! Rakyat didekati, rakyat dirayu, rakyat diiming-iming dengan janji-janji. Rakyat menjelang pemilu 2014 semacam primadona yang begitu menarik atau seperti gadis yang sedang diperebutkan para jejakan oleh partai dan tokoh yang bertarung. Namun rakyat harus waspada dan benar-benar hati-hati, agar tak salah pilih, agar tak memilih tokoh yang tak berpihak pada rakyat! Siapa itu, bisa dilihat ciri-cirinya. Partai atau tokoh yang pura-pura baik  menpunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Kebaikannya muncul ketika menjelang kampanye saja,  caranya akan terlihat seperti “pameran kebaikan” yang kalau pakai bahasa agama adalah “ria”, sebuah perbuatan amal yang bukan karena Tuhan, tapi ingin mendapat pujian atau sanjungan manusia! Maka yang terjadi adalah sumbangan sekecil apapun akan dinampakan di koran, majalah, TV ataupun internet dengan membawa-bawa nama partainya. Apa lagi kalau tokoh ini punya stasiun TV sendiri, maka tampilah kepura-puran itu “sejadi-jadinya”, dan seakan partainyalah yang terbaik dan yang lain adalah pecundang! Kebaikan menjelang Pileg dan Pilpres 2014 terlihat nyata dan jelas tujuannya, agar diri atau partainya terpilih, sangat nyata, maka mereka menyumbang ke berbagai kalangan, ke panti-panti asuhan, yayasan, tempat-tempat ibadah dan lain sebagainya, bahkan keriaan itu sangat terlihat. Dan sukur alhamdulillah rakyat cerdas ” ambil sumbanganya dan tidak pilih orang atau partainya, karena di hatinya sudah ada tokoh atau partai pilihannya sendiri”. 2. Tokoh atau partai yang pura-pura baik menjelang pemilu, kebaikannya sesaat, kapan? Ya itu tadi, hanya menjelang pemilu atau pilkada, bila pemilu atau pilkadanya selesai, selesai sudah semuanya. Rakyat yang tadinya selalu di bawa dan “digembar gemborkan” selalu akan dibela dengan jagon-jargonya saat pemilu” demi rakyat, untuk rakyat”, namun setelah pemilu selesai dan menang, rakyat dilupakan! Bukan hanya rakyatnya yang dilupakan, janji-janjinya ketika kampanyepun hilang lenyap di terpa angin lalu. Dan jika ditagih, mana janji itu? Aha… belagak pilon, pura-pura lupa atau memang dilupakan! Rakyatpun nasibnya kembali terpuruk. 3. Tokoh atau partai yang pura-pura baik menjelang 2014, kebaikannya bukan sesuatu yang ikhlas  atau memberi tanpa pamrih, mengapa? Karena kebaikan itu akan hilang lenyap ketika tak terpilih atau kebaikan itu hilang setelah kampanye berlalu, jadi kebaikknya tidak terus menerus dan saat memberipun ada catatan kecil atau pesan singkat” jangan lupa nomor sekian!”Anehkan, memberi atau menyumbang tapi pakai catatan segala, bahkan ada yang berani berkata” jalan ini ada, atau pembangunan ini berhasil karena partai saya!” Seakan ingin mengatakan bahwa uangnya dari partainya, padahal jelas-jelas uang rakyat, kebetulan saja partainya yang menang, kisah ini ada di jaman Orba! 4. Tokoh atau partai yang pura-pura baik siap melakukan segala cara, agar tokoh atau partainya terlihat baik dan tetap baik, walau kebobrokannya tak bisa ditutup-tutupi, ibarat " bangkai dibungkus pakai kertas emaspun akan tercium baunya!" Kebaikan memang tak bisa di buat pura-pura, kebaikan yang tulus akan menjadi tingkah laku sehari-hari dan tidak dibuat-buat, apa lagi kebaikan yang pura-pura dibuatnya menjelang pilpres, ya sudah, akan terlihat sekali kepura-puran itu, akan terlihat sekali kebohongnnya! Partai yang bobrok yang diisi oleh orang-orang rakus kekuasaan dan uang, akan memoles dirinya dengan berpura-pura baik dan memoles di dirinya dengan menyewa atau membayar beberapapun jumlahnya kepada agen tertentu, dan  team suksesnya akan selalu menjadi semacam “kacung-kacung”  yang mau melakukan apa saja, asal ketika “jagoannya” terpilih diapun kecipratan jabatan tertentu, dan bila tak mendapat cipratan, dia akan kecewa dan membongkar semua yang telah dilakukan bersama partai. Mengapa? Ya itu tadi, mereka berbuat baik bukan karena keikhlasan, bukan ketulusan, tapi pura-pura berbuat baik, sambil menggeragoti dana-dana rakyat yang dimakan bersama-sama teman separtainya, kalau tak ketahuan tetap terlihat menjadi orang baik dan ketika terbongkar ke pura-puraan ini, maka bernyanyilah dia! Dan kepura-puraan itu terlihat pada sidang pengadilan nanti dan hasilnya jeruji besi menantinya. 5. Tokoh atau partai yang pura-pura baik menutupi dirinya dengan topeng , di masa tranparansi ini sebagian besar  rakyat tahu, bahwa mereka dibohongi dengan penampilan tersebut, rakyat dikibuli dengan pernyataan-pernyataan kosong, rakyat dibuat terpesona dengan penampilannya, tapi rakyat tahu siapa mereka itu! TV atau berbagai media memang tempat yang paling nyaman untuk berpura-pura baik, ya namanya juga iklan dan mereka membayar iklan itu, kecuali yang memang punya stasiun TV sendiri, gratis. 6. Tokoh yang pura-pura baik, mengikuti Pemilu bukan untuk mensejahterakan rakyat, tapi mencari harta dan kekuasaan semata. Maka dengan modal harta benda yang dimilikinya dipertaruhkan "habis-habisan" dengan asumsi, jika menang, modal tadi akan kembali ketika berkuasa. Dan jika kalah, hasil usahanya masih ada. Jadi memang di alam demokrasi ala Barat ini yang punya modal besarlah yang kemungkinan akan menang, atau tak punya modal tapi dimodali pihak ketiga agar bisa menang, nama gayanya "team sukses", nah "team sukses" ini tentu juga sudah hitung-hitungan, kalau menang dapat apa dan kedudukannya di mana. Lalu rakyat ada di mana? Bagi tokoh yang pura-pura baik, rakyat hanya " di atas namakan", rakyat bukan untuk dibela, didekati, diayomi, ditingkatkan kesejahteraannya, bukan-bukan itu.  Rakyat nasibnya tetap akan terpuruk kalau tokoh bertopeng atau partai yang pura-pura baik menang saat Pilpres atau Pileg.  Nah sekali lagi makanya perlu kehati-hatian untuk memilih tokoh atau partai. 7. Tokoh yang pura-pura baik bisa dilihat dari sepak terjangnya sehari-hari dan itu terlihat dengan gaya pencitraan, mengapa pencitraan? Karena sebelumnya tokoh ini tak seperti itu. Misalnya,  tiba-tiba blusukan, padahal selama menjadi pemimpim tak pernah blusukan atau turun ke bawah, melihat secara langsung keadaan rakyat yang dipimpinnya. Atau tiba-tiba mendekati pesantren-pesantren dan lain-lain,   Ya sah-sah saja, tapi kepura-puraan itu semakin terlihat jadinya. Itulah tujuh ciri tokoh bertopeng, itupun kalau boleh disebut tokoh, yang menjadi catatan bersama. Lalu apakah harus mencurigai kebaikan seseorang? Ya tidak juga, yang mana loyang yang mana emas,  akan terlihat nyata, dan itu terseleksi dengan sendirinya, karena rakyat cerdas dan tak mudah dibodohi. Namun yang jelas,  namanya memilh, ya terserah yang memilih, punya hak kebebasan  penuh untuk memilih tokoh mana yang disukainya pada 2014, kita lihat saja nanti.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun