Imam sebagai poros, kemudiam makmum menyamalaminya dengan mengucapakan" assalamu alaikum warokhmatullohi wabarokatuh", kemudian makmum yang sudah menyalami, berdiri di samping imam dan dilanjutkan oleh makmum berikutnya, dengan ucapan dan jawaban yang sama" wa alaikum salam warokhmatullohi wabarokatuh" dan bisa Anda bayangkan kalau makmumnya semua ikut salaman, maka akan berbentuk seperti lingkaran raksasa yang memenuhi seluruh ruangan masjid dan itu berarti ucapan salam dan jawaban salam akan terucap sebanyak orang yang bersalam-salaman tadi. Jadi ada tradisi yang saling doa mendoakan saat selesai sholat, selain doa biasa.
[caption id="attachment_304610" align="aligncenter" width="750" caption="Tradisi atau kebiasaan bagi muslim di Rusia ketika selesai sholat berjamaan bersalam-salaman sambil mengucapkan salam dan saling mendoakan, gambar ini di shoot setelah sholat Jumat"]
Yang lebih menarik bagi Saya adalah ketika Saya, yang sengaja mengambil posisi paling akhir dari barisan, ketika bersalaman dengan sang imam dan terjadilah dialog yang tak terduga oleh Saya, ketika mengatakan "Saya dari Indonesia". Dan sang imam muda tadi langsung menjawab dengan pertanyaan yang membuat Saya kaget, " apa kabar?" dengan bahasa Indonesia, bukan dengan bahasa Rusia atau bahasa Tartar! Dan tercetuslah kata-kata dari sang Iman yang bernama Ilham atau Irfan, kata " Jakarta-Jakarta".
Maka terjadilah dialog singkat yang menarik, dan yang mebuat Saya terkejut lagi, sang imam muda ini menyebut nama ibu Megawati, ya mantan Presiden RI ke 5. Yang Saya heran, bukan SBY yang disebut, tapi Megawati. Usut punya usut, ternyata imam ini punya teman pernah ke Indonesia saat sedang study di Mekkah. Dan memang imam-imam muda dari Rusia banyak disekolahkan ke Mekkah atau ke Kairo, Al Azhar. Seperti imam di Masjid Tartar di Moskow, yang juga pernah ke Indonesia. Dan kebetulan lagi hubungan Rusia Indonesia, khususnya dengan Kazan ini memang sedang erat-eratnya, banyak mahasiswa Kazan yang belajar di Indonesia, di Jakarta, Jogya dan di Malang.
Senangnya bukan main, saudara sesama muslim, yang jaraknya ribuan kilometer, Indoensia dan Rusia, menjadi begitu terasa dekat dan terasa seperti di rumah sendiri. Salaman yang hangat, senyuman dan keramahan sang Imam muda telah membuat  kunjungan ke kota Kazan tak akan terlupakan,  rasa lapar yang tertahan, rasanya hilang. Ya maklum sejak pagi tadi sejak turun dari kereta malam, belum terganjel makanan yang mengenyangkan dan kalau makanpun harus tetap hati-hati, jangan sampai kena yang diharamkan.
[caption id="attachment_304611" align="aligncenter" width="750" caption="Sang Imam Muda dari Kazan, Ilham atau Irfan selesai sholat Jumat. Penulis dan dua orang teman mengapit sang Imam. Apa kabar? Tanya sang Imam pakai bahasa Indonesia, bukan pakai bahasa Rusia atau bahasa Tartar. Foto: Dokumen pribadi."]
Nah bedanya dengan masjid di Moskow dengan di Kazan, kalau di Moskow biasanya setiap masjid ada semacam restoran untuk makan, yang biasanya ada pluv, semacam nasi goreng atau nasi kebuli, ada lagman, sup dan lain sebagainya. Nah disekitar masjid Qul Syarif hanya kafe-kafe yang isinya kurang "nendang", ya maklum, masjid ini berdampingan dengan gereja. Maka untuk mencari makanan yang "nedang" tadi harus turun ke bawah, naik Bus kota yang masih pakai kondektur, persis seperti bus kota di Indonesia, bedanya kondektur di Bus kota Kazan ini membawa alat detektor untuk tiket atau karcis.
Kalau yang sudah punya semacam kartu langganan, hanya tinggal ditempeli alat detektor tadi, sedangkan yang belum punya tiket atau karcis bisa langsung membeli pada kondektur tersebut, cukup 20 rubel saja atau sekitar Rp 7500, jauh dekat. Dan meluncur Saya dan teman-teman ke restoran yang bisa "nendang" ini perut, yang kebetulan letaknya tak jauh dari Universitas tempat salah seorang Mahasiswi Indonesia yang belajar di jurusan  pesawat Helicopter, jauh-jauh ke ke Kazan, seorang Mahasiswi Indonesia belajarnya Helicopter, luar biasa.
Dan di restoran agak unik tempatnya, mengapa? Karena masuknya dari pintu praktik dokter gigi, melewati toko kelontong kemudian masuk ke pintu restorannya. Dasar Rusia, mau makan saja, mesti main petak umpet dulu!  Jadi kalau orang yang tidak tahu atau bukan warga setempat, disangka yang masuk ke situ mau berobat ke dokter gigi, tidak tahunya mau makan, ada-ada saja. Maka ada  celetukan" mau ngapain ke sini? Mau makan gigi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H