Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Siapa Suka Ada Konflik KPK vs Polri?

29 Januari 2015   19:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:09 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1422508661841437056

Walau ada anekdot "dalam kepolisian hanya ada 3 yang jujur, Hugeng, patung polisi, dan polisi tidur", tapi itu hanya anekdot, bukan kenyataan. Kenyataannya banyak polisi yang hidupnya sederhana dan menjaga integritas dirinya, untuk tetap berjalan di jalur atau dalam koridor peraturan. Polisi yang baik-baik memang jarang diekspos, tapi itu memang "penyakit" media. Yang diumbar yang buruk, yang baik kebanyakan disimpan di dalam"peti". Maka yang muncul jadinya Kepolisian selalu buruk, kasihan kan.

Ketiga, orang-orang yang sedang haus kekuasaan, loh apa hubungannya? Jelas ada hubungannya, orang yang sedang haus kekuasaan sedang "mengincar" kejatuhannya Jokowi, Jokowi jatuh dan pemerintahan bubar, mereka segera akan merebutnya! Loh kok bisa? Bagaimanapun Jokowi adalah kepala negara, jika bicara sebagai kepala negara, maka kedua lembaga ini, baik KPK maupun Kepolisian harus tunduk pada Jokowi! Nah kalau KPK dan Kepolisiannya saling serang, lalu terjadi kekacauan, dan tak bisa diatasi oleh Jokowi, maka pihak yang sedang haus kekuasaan akan segera bergerak untuk bisa menurunkan Jokowi.

Jadi mereka punya alasan untuk menurunkan Jokowi, padahal Jokowi baru menjadi presiden RI baru "seumur jagung", baru 100 hari! Jadi mereka berusaha untuk menurunkan Jokowi, agar bisa masuk ke dalam pemerintahan. Ya sah-sah saja, tapi kasihan rakyat, yang sudah memilih Jokowi, apa lagi tim sukarelawannya Jokowi, salam dua jari, akan kecewa. Karena presiden yang mereka sudah pilih dibuat repot oleh kasus ini. Jika Jokowi sebagai kepala negara membela KPK, pihak dari yang mengusung Jokowi bisa marah! Sebaliknya jika Jokowi berpihak pada Kepolisian, para sukarelawan Jokowi akan turun ke jalan, penggiat antikorupsi akan marah besar! Nah agar Jokowi tak diserang dari kedua belah pihak, Jokowi membentuk "tim 9". Jadi apa pun yang diputuskan Jokowi bisa sedikit lega, karena Jokowi tak memutuskan sendiri, ada yang memberikan nasehat!

Keempat, kelompok suka konflik KPK vs POLRI adalah pihak-pihak "barisan sakit hati", barisan ini sedang menunggu jatuhnya pemerintahan. Barisan sakit hati tentu tak bisa dilihat kasat mata, karena hati ada di dalam badan, tapi terlihat dari cara mereka mengomentari atau cara berhadapan dengan Jokowi. Bisa saja mereka yang sakit hati karena tak terpilih oleh Jokowi menjadi menteri atau tidak masuk ke dalam unsur pemerintahan, padahal mereka sudah ikut dalam barisan yang mengusung Jokowi menjadi presiden, sudah pasang harapan tinggi menjadi menteri, misalnya, eh tidak dipilih! Semoga saya salah.

Kelima para bandar narkoba atau para pengedar narkoba. Ini terlihat agak menyimpang, tapi kalau dilihat dari ketegasan Jokowi untuk menolak grasi bagi para bandar narkoba untuk dihukum mati, alasan ini benar adanya. Mengapa? Karena Jokowi sudah dengan tegas mengatakan, "tak ada kompromi" untuk bandar narkoba, yang memang sudah membuat rusak anak bangsa.

Jadi kalau kasus KPK dan Kepolisian berujung pada pemakzulan Jokowi, para banda narkoba akan girang bukan main, karena bisa saja yang menggantikan Jokowi akan kompromi alias memberi grasi pada bandar narkoba. Nah tentu saja kita semua tak mengharapkan terjadi demikian. Harapan rakyat sebenarnya sederhana, KPK tetap ada dan Kepolisian terjaga, itu saja!

Dan bagi yang tak suka pada Jokowi, biarkan Jokowi tetap pada kedudukannya sampai 2019 mendatang, sesuai amanat konstitusi, kecuali kalau ada pelanggaran konstitusi, itu lain lagi soalnya. Jadi biarkan Jokowi bekerja, para pendukung Jokowi, baik perorangan, kelompok atau partai jangan "ngerecoki" Jokowi lagi. Sudah Ikhlaskan Jokowi menjadi Presiden RI, bukan Presiden partai! Dan jangan Jokowi diiming-iming menjadi ketua partai. Biarkan Jokowi menjadi Presiden RI, bukan ketua partai!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun