Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

5 Solusi Membaca Berita

10 Januari 2015   18:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:25 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14208627951708624573

[caption id="attachment_345709" align="aligncenter" width="600" caption="Memang asik membaca berita, tapi tidak setiap berita benar adanya. Ilustrasi: gagasanriau.com"][/caption]

Berita seringkali membuat orang buta, apapun jenis beritanya yang dikemas oleh media, baik media cetak maupun media elektronik. Mengapa membuat buta? Apa lagi kalau bukan sensasi yang dikemas agar berita itu menarik, dibaca, atau ditonton. Apa lagi kalau berita tersebut ditulis "koran kuning" yang memang mengumbar sensasi yang luar biasa, sampai-sampai isi berita kalah dengan judul berita, mengapa? Karena judulnya telah dibuat besar-besar, sebesar "gajah".

Berita yang sering kali menipu memang harus dibaca cermat dan hati-hati, karena tidak semua berita benar adanya, bahkan bisa jadi kebenaran dalam berita tersebut hanya semacam angin lalu. Masih ingat dengan berita besar-besaran yang dikemas media internasional tentang Irak mempunya senjata kimia? Ternyata berita tersebut bohong besar, namun karena diberitakan  terus menerus  oleh media yang kelihatannya kredible, ternyata sekali bohong belaka, itu  cara pembenaran AS untuk mendapat dukungan dunia agar bisa menyerang Irak, oleh Bush Junior!

Sampai Irak hancur lebur diserang AS, tak terbukti adanya senjata kimia yang diberitakan. Irak jatuh dan Sadam Husein sudah dieksekusi, tak ada kata maaf dari media internasional, karena telah memberitakan kebohongan besar tersebut dan masyarakat duniapun, herannya tak ada yang mempersoalkan. Aneh kan? Begitulah dunia, bila yang dihancurkan pihak yang besebrangan dengan AS, semuanya bungkam! Namun bila yang dihancurkan konconya AS, semua teriak terutama HAM internasional.

Itulah yang disebut ketidakseimbangan berita, itulah yang dikenal dengan standar ganda yang dimiliki AS dan sekutunya. Maka diperlukan kejelian membaca berita, karena ternyata tidak semua berita benar adanya, apa lagi kalau sudah menyangkut politik AS, ya tergantung AS mau apa, itulah sebabnya perlu ada penyeimbang dan itu telah dilakukan Rusia dibawah Putin. Terlepas dengan kebijakan Putin, Rusia memang lawan paling berat yang dihadapi AS, karena Rusia tak pernah bisa ditundukan oleh AS sampai saat ini.

Lalu berita yang bagaimana yang perlu dicermati? Ya lihat saja sumber beritanya dari mana, lagi-lagi tak semua berita itu obyektif, kebanyakan malah subyektif, terlepas itu berita yang sipatnya lokal, nasional maupun global. Mengapa hal tersebut terjadi? Perang, iya perang informasi dan komunikasi, perang pemikiran, perang berita, perang peradaban, perang budaya dan lain sebagainya. Jika terjadi perang senjatapun diantara dua belah pihak yang sedang berperang akan terjadi perang berita atau informasi, ada klaim masing-masing, mana yang benar?  Susah untuk dibuktikan, kecuali terjun langsung mencari sumber beritanya.

Kalau baru katanya atau kabar burung, ya sudah siap-siap untuk kecewa. Mana buktinya? Silahkan baca berita tentang teroris, adakah keseimbangan beritanya?  Teroris yang sering dikaitkan dengan Islam dan itu memang cara pihak Barat menyudutkan Islam, padahal Islam adalah agama yang menjujung tinggi perdamaian dan menjadi rakhmatan lil alamin. Makanya menjadi menarik ketika seorang analisis intelejen Rusia mengatakan berikut ini:

LifeNews, saluran berita TV utama Rusia, menayangkan Alexei Martynov, seorang analis intelijen dan pakar politik, yang menegaskan jika serangan teroris terhadap Charlie Hebdo di Paris beberapa hari lalu dilakukan oleh badan-badan intelijen Amerika Serikat.

“Amerika Serikat telah merencanakan dan melaksanakan aksi serangan Charlie Hebdo untuk memelihara momentum perang global melawan terorisme Islam yang akhir-akhir ini kian surut gemanya. Serangan itu juga untuk menekan Presiden Perancis Francois Hollande untuk tetap mempertahankan sanksi ekonomi Barat terhadap Rusia.”

Dalam segmen wawancara sepanjang 10 menit itu, Martynov dengan tegas menyatakan jika Amerika harus bertanggungjawab atas tragedi yang memojokkan Islam. Dia juga menuding Amerika berusaha keras agar Eropa terus-menerus dilanda kecemasan agar senantiasa tetap bergantung pada kampanye perang kontrateroris yang digelar Gedung Putih sejak tragedi WTC tahun 2001 yang juga merupakan kerjaan orang dalam. “Amerika itu berusaha keras terus membuat Eropa kuatir dan tidak mendekat kepada Rusia,’ ujar Martynov.

Martynov merupakan salah seorang pakar intelijen Rusia yang dikenal sebagai pendukung Presiden Vladimir Putin. Sejak 2012, ketika Vladimir Putin kembali menjabat sebagai Presiden Rusia, berbagai media massa swasta bermunculan dan mendukung kebijakan-kebijakan Putin dan sering sekali bersikap kritis terhadap Gedung Putih. Demikian yang ditulis eramuslim.com.

Jadi mana yang benar? Sekali lagi, untuk membuktikan kebenaran berita tersebut ya mau tak mau harus terjun langsung, namun masalahnya tidak setiap sumber berita dapat diperoleh dengan mudah, kendalanya bisa karena waktu, jarak, tempat atau lokasi, dana dan lain sebagainya. Jadi memang repot untuk mendapatkan data yang benar-benar akurat, apa lagi setingkat penulisan di model blog kerokyokan, ya apa boleh buat, berita yang ditulis seringkali dari berita yang sudah diketahui masyarakat luas. Lalu solusinya?

1. Tidak melahap "mentah-metah" setiap berita yang dibaca atau ditonton.

2. Jika mungkin mencari sumber berita yang pertama dan utama, bukan katanya.

3. Selalu membaca apa yang ada dibalik berita, bukan yang tersurat, tapi yang tersirat.

4. Periksa dan periksa lagi kebenaran berita tersebut, walaupun ditulis atau diberitakan oleh media internasional sekalipun.

5. Lihat dan periksa pihak yang paling berwenang ketika berita disampaikan, apa lagi berita yang menyangkut politik dan disampaikan oleh politikus, wah satu ini harus benar-benar diteliti ulang, Mengapa? Karena bila berita disampaikan oleh politikus, yang disampaikan A, bisa saja maksunya B atau bicara C tapi maksudnya Z, jauh dari apa yang dibicarakan. Maka jangan heran bila rakyat banyak yang tidak percaya pada omongan politikus, tapi jangan lupa, tetap ada politikus yang tetap menjaga integritas dirinya.

Silahkan anda menambahkan sendiri solusi untuk mendapat berita yang benar-benar jernih. Jangan lupa, sekarang eranya informasi dan komunikasi yang mengglobal, jadi siap-siap membaca berita yang bisa jadi faktanya sama, tapi cara menyampaikannya bertolak belakang atau berlawanan sekali. Maka diperlukan sikap yang bijaksana, yang tidak mudah mengklaim kebenaran milik diri sendiri.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun