Selama menjadi mahasiswa, saya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti program asistensi mengajar di SMA Negeri 2 Ponorogo. Program ini diikuti oleh 14 mahasiswa dari universitas yang sama, dengan latar belakang program studi yang berbeda-beda, seperti S1 Seni Tari dan Musik, PPKN, Sosiologi, Sejarah, dan Fisika. Sebelum program ini dimulai, kami diwajibkan melakukan observasi ke sekolah yang menjadi tujuan. Observasi dilakukan oleh beberapa perwakilan mahasiswa yang memiliki sekolah mitra yang sama. Dalam kegiatan tersebut, kami berkenalan dengan guru pamong yang nantinya akan menjadi pembimbing selama program berlangsung. Guru pamong inilah yang akan memantau, memberi arahan, serta mendukung kami selama menjalani program asistensi mengajar selama kurang lebih empat bulan. Â
Sebagai mahasiswa program studi S1 Pendidikan Seni Tari dan Musik dari Universitas Negeri Malang, ketertarikan saya pada dunia pendidikan dan seni bukanlah sesuatu yang datang tiba-tiba. Sejak awal, saya memiliki kecintaan yang mendalam terhadap seni, terutama karena seni merupakan media ekspresi yang universal dan dapat menyentuh berbagai aspek kehidupan manusia. Seni tidak hanya menjadi sarana hiburan, tetapi juga mampu membangun karakter, menumbuhkan empati, dan memperkuat apresiasi budaya dalam diri seseorang.
Saya memilih SMAN 2 Ponorogo sebagai tempat untuk menjalani program ini karena sekolah tersebut memiliki reputasi sebagai salah satu sekolah unggulan di Kota Ponorogo. Selain itu, kota ini dikenal dengan budaya Reog yang kaya akan nilai-nilai tradisional. Hal tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi saya karena saya ingin belajar lebih banyak tentang seni tradisional yang berakar kuat pada budaya masyarakat setempat. Saya merasa kesempatan ini akan menjadi pengalaman yang sangat berharga, tidak hanya untuk perjalanan akademik saya, tetapi juga untuk pengembangan diri saya secara profesional.
Sebelum program dimulai, saya memiliki harapan besar untuk dapat menerapkan teori-teori yang telah saya pelajari selama di bangku kuliah ke dalam praktik nyata. Saya ingin mengetahui bagaimana seni, terutama seni tari dapat diajarkan secara efektif di tingkat SMA. Dalam bayangan saya, proses ini juga akan memberikan banyak wawasan baru yang mungkin tidak saya dapatkan selama pembelajaran di kelas. Ketika program dimulai, saya mendapatkan kesempatan untuk mengajar mata pelajaran Seni Budaya di kelas XII 7, XII 9, dan XII 10. Materi yang saya ajarkan mencakup seni tari tradisional, teknik dasar tari, hingga tari kreasi. Fokus utama saya adalah memperkenalkan tari-tarian tradisional Nusantara, termasuk Reog Ponorogo, kepada siswa. Hal ini bertujuan agar siswa tidak hanya memahami seni tari sebagai gerakan, tetapi juga sebagai bagian dari identitas budaya yang perlu dilestarikan dan dibanggakan.
Saat menyampaikan materi, saya mencoba menggunakan berbagai metode agar pembelajaran terasa menarik dan tidak membosankan. Saya memanfaatkan multimedia, seperti video tari dan rekaman musik tradisional, untuk memberikan gambaran yang lebih konkret kepada siswa. Selain itu, saya juga melakukan demonstrasi langsung dan mengajak siswa untuk praktik bersama. Misalnya, saat mengajarkan gerakan dasar tari tradisional, saya mengajak siswa untuk mencoba gerakan tersebut secara berkelompok. Pendekatan ini membuat siswa lebih antusias dan merasa lebih terlibat dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran yang saya gunakan merupakan kombinasi antara pendekatan demonstratif dan partisipatif. Saya tidak hanya memberikan penjelasan secara teoritis, tetapi juga mengajak siswa untuk melakukan praktik langsung agar mereka bisa memahami materi secara lebih mendalam. Namun, selama mengajar, saya juga menghadapi berbagai tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah menghadapi siswa dengan minat yang beragam. Ada siswa yang sangat antusias, tetapi ada juga yang terlihat kurang tertarik. Selain itu, keterbatasan waktu dalam satu sesi pembelajaran sering kali menjadi kendala untuk menyelesaikan semua rencana yang telah saya susun.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, saya mencoba menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dan interaktif. Saya juga memberikan apresiasi kepada siswa yang aktif berpartisipasi, baik melalui pujian verbal maupun penghargaan kecil seperti catatan positif di buku mereka. Saya percaya, penghargaan semacam ini dapat memotivasi siswa untuk lebih bersemangat dalam belajar. Berinteraksi dengan siswa memberikan pengalaman yang sangat berharga bagi saya. Siswa yang saya ajar memiliki karakter yang beragam. Ada yang sangat kritis dan tidak segan untuk bertanya, ada pula yang pendiam tetapi sebenarnya antusias mengikuti pembelajaran. Salah satu hal yang paling menarik adalah semangat mereka saat mempelajari seni tari yang berkaitan dengan budaya lokal mereka. Saya melihat mereka memiliki rasa bangga yang mendalam terhadap seni dan budaya daerah mereka, dan hal ini menjadi motivasi tersendiri bagi saya sebagai pengajar.
Untuk membangun hubungan yang baik dengan siswa, saya berusaha mendekati mereka secara personal. Saya mendengarkan cerita-cerita mereka, menghargai setiap pendapat yang mereka sampaikan, dan berusaha menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif. Di akhir setiap sesi, saya juga membuka waktu untuk sesi tanya jawab agar siswa yang mungkin merasa kurang nyaman berbicara di depan kelas memiliki kesempatan untuk menyampaikan pertanyaan atau pendapat mereka secara individu. Salah satu momen yang paling berkesan selama program ini adalah ketika siswa dari kelas XII 9 dan XII 7 menampilkan tari kreasi hasil dari materi yang saya ajarkan. Melihat mereka tampil dengan penuh percaya diri di depan teman-temannya adalah kebanggaan tersendiri bagi saya. Hal ini membuktikan bahwa upaya yang saya lakukan dalam mengajar telah memberikan hasil yang nyata.
Selama menjalani program ini, saya mendapatkan bimbingan yang sangat berarti dari Ibu Ika, guru pamong saya. Beliau adalah sosok yang sabar, mendukung, dan sangat berpengalaman dalam mendampingi mahasiswa seperti saya. Ibu Ika memberikan banyak arahan, mulai dari cara menyusun rencana pembelajaran, menyampaikan materi, hingga mengelola kelas dengan baik. Saya belajar banyak dari cara beliau menciptakan suasana kelas yang nyaman dan membangun komunikasi yang positif dengan siswa. Pengalaman ini tidak hanya memberikan pelajaran tentang seni, tetapi juga tentang pentingnya fleksibilitas, kreativitas, dan kesabaran dalam mengajar. Saya semakin memahami bahwa seni bukan hanya tentang teknik atau gerakan, tetapi juga tentang bagaimana menyampaikan nilai-nilai budaya kepada generasi muda.
Di masa depan, saya berharap bisa terus belajar dan mengembangkan kemampuan saya dalam mengajar seni. Saya ingin merancang materi pembelajaran yang lebih inovatif dan interaktif agar siswa merasa lebih tertarik dan terlibat dalam pembelajaran. Selain itu, saya juga ingin mempelajari seni tradisional dari berbagai daerah di Indonesia agar dapat menyajikan pembelajaran seni yang lebih kaya dan beragam. Pengalaman mengikuti program asistensi mengajar di SMA Negeri 2 Ponorogo merupakan salah satu momen yang paling berharga dalam perjalanan akademik saya. Saya merasa bersyukur mendapatkan kesempatan untuk belajar, mengajar, dan berinteraksi dengan siswa serta guru di sekolah ini. Saya berharap pengalaman ini menjadi langkah awal bagi saya untuk berkontribusi lebih besar dalam dunia pendidikan seni di masa depan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H