Mohon tunggu...
Vira Nur azizah
Vira Nur azizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

apapun bisa diekspresikan dengan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Representasi Cinta Rasulullah di Bulan Maulid

25 September 2024   07:08 Diperbarui: 5 Oktober 2024   18:55 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Maulid nabi dari dulu sampai saat ini sangat ditunggu-tunggu oleh umat Islam. Maulid nabi digelar oleh umat Islam setiap tahunnya dengan meriah dan besar-besaran sebagai bentuk rasa syukur dan mengekspresikan rasa cintanya kepada Nabi Muhammad shallallahu 'laihi wa sallam yang telah membawa dan menyebarkan agama Islam. Maulid juga sebagai ajang perlombaan untuk mendapat pahala berupa syafa'at sebanyak-banyaknya dengan cara memperbanyak membaca shalawat, menggelar maulid, meniatkan semua pekerjaan atas dan untuk baginda Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

Rasulullah pernah bersabda:

"Barangsiapa menghidupkan hari ulang tahunku, maka wajib baginya syafa'atku di hari kiamat"

Maulidan bukan hanya sekedar acara pertemuan, lalu pulang membawa berkatan. Maulidan adalah majelis yang di dalamnya memuji Rasulullah, membaca shalawat kepada Rasulullah, mengharap syafa'at Rasulullah, majelis yang penuh dengan barokah, dan tentunya majelis yang selalu didatangi oleh Rasulullah. Maka dari itu, bukan suatu kerugian jika kita menghadiri dan menghidupkan hari kelahiran Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, Nabi yang sudah sangat dirindukan kehadirannya dan sangat dicintai. 

Mencintai Rasulullah adalah sebuah kewajiban bagi setiap muslim, bagaimana jika dia tidak mencintai Nabinya sedangkan Rasulullah adalah Top Figure, Top Leader, trend setter, dan pusat percontohan bagi setiap muslim baik dahulu hingga akhir zaman, mencintai Rasulullah tidak memerlukan dalil tertentu karena cinta itu tidak bisa direpresentasikan hanya dengan formalitas dalil saja, akan tetapi cinta itu merupakan bentuk perasaan bahagia dan gembira yang muncul ketika yang dicintai disebut dan dipuji. Tidak ada kesalahan jika seorang muslim merepresentasikan cintanya kepada Rasulullah dengan memeringati hari lahirnya karena dia mengenang kebahagiaan dan kegembiraan lahirnya makhluk Allah yang paling mulia di seluruh semesta alam.

Sungguh tiada yang salah dalam cinta, karena cinta itu sendiri tidak bisa disematkan dengan kehinaan karena cinta itu sendiri adalah merupakan fitrah yang telah diberikan oleh Allah kepada seluruh makhluk hidup, dan tentunya mencintai Rasulullah sudah jelas wujud cinta itu terpancar terhadap tindakan-tindakan positif termasuk berbahagia dan bergembira untuk merayakan hari kelahiran beliau. Wallahu a'lam

Oleh: Achmad Mido Sholeh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun