Mohon tunggu...
Virani Ramadhani
Virani Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hiii, Welcome!

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Paradigma Sosiologi menurut perspektif George Ritzer

6 September 2022   11:09 Diperbarui: 6 September 2022   11:26 6816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://georgeritzer.wordpress.com/bio/

Istilah fakta social akan berbeda perspektifnya antar para Sosiolog atau ilmu-ilmu social lainnya. Karena perkembangan ilmu tidak kumulatif. Jika terdapat persepsi para ilmuan yang berbeda terhadap suatu realitas, maka pemahaman para ilmuan tentang realitas itu juga akan sangat beragam. Jadi, kita pasti menemukan penafsiran fenomena social dari para ilmuan yang berbeda-beda dari satu entitas ilmu pengetahuan.

Terdapat tiga faktor penyebab adanya perbedaan paradigma, antara lain; 

(1) adanya perbedaan  pandangan filsafat (empirisme, materialism, biopiorisme, idealisme) yang mendasari pemikiran,

(2) munculnya konsekuensi logis dari pandangan filsafat yang berbeda tersebut menyebabkan para ilmuan membangun dan mengembangkan teori yang bebeda-beda pula,

(3) dipengaruhi oleh metode yang digunakan untuk memahami dan menerangkan subtansi dari ilmu yang berbeda antar komunitas ilmuan yang lain.

Dengan adanya relasi perbedaan paradigma, keragaman konseptual dan teori yang dihasilkan ini menandakan adanya dinamika atau biasa disebut dialektika ilmu pengetahuan. Sama seperti menurut Albert Einstein bahwa ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang paling berguna yang dimiliki manusia, maka dari itu, ilmu pengetahuan harus selalu berkembang seiring dengan berjalannya peradaban manusia, tidak bisa ilmu pengetahuan bersifat stagnan atau statis (tidak berkembang sementara kebutuhan kehidupan manusia terus berkembang), oleh karena itulah, ilmu pengetahuan wajib berkembang.

Dalam keilmuan Sosiologi, terjadi dialektika ilmu pengetahuan berarti perbedaan paradigma tersebut terjadi pada objek kajian atau subjekmeter of Sosiology. Dengan ini, Ritzer meniai Sosiologi sebagai ilmu yang mempunyai beberapa paradigma, disetiap paradigma memiliki objek kajian,teori, metode analisa yang berbeda, walaupun masih terdapat banyak perdebatan penggolongan paradigma pada Sosiologi. Secara garis besar, George Ritzer menyatakan bahwa terdapat tiga paradigma yang mendominasi keilmuan Sosiologi, yaitu paradigma fakta sosial, paradigma definisi sosial dan paradigma perilaku sosial.

Virani Ramadhani
Virani Ramadhani

Pertama, Paradigma fakta social sumbangsih dari pemikiran Durkheim yang dirintis sebagai anti tesis dari tesis Auguste Comte dan Herbert Spencer, mereka berpendapat bahwa dunia ide adalah pokok bahasan dalam Sosiologi. Kemudian pendapat tersebut disanggah dengan tegas oleh Durkheim, karena menurutnya dunia ide bukanlah objek research dalam Sosiologi, sebab dunia ide itu hanya sebuah konsepsi pikiran dan bukan sesuatu yang dapat dipandang. Jadi, menurut Durkheim, pendapat Comte dan Harbert tersebut justru menjerumuskan Sosiologi pada bidang Filsafat dan bagi Durkheim, Sosiologi adalah suatu ilmu yang berdiri sendiri dan lepas dari bidang Filsafat. Dengan demikian, berdasarkan dari kritik Durkheim tersebut terbangunlah konsep fakta social sebagai dinding pemisah antara objek kajian Sosiologi dengan Filsafat.

Durkheim meng-klaim bahwa fakta social adalah sesuatu yang nyata dan bukanlah ide, karena fakta social tidak dapat dipahami melalui kegiatan yang spekulatif atau melalui pemikiran manusia, justru fakta social dipahami dengan kegiatan penyusunan data yang nyata yang dilakukan diluar pemikiran manusia. Paradigma fakta social terdiri dari struktur social dan institusi social, seperti norma, adat istiadat dan semua peraturan yang bersifat memaksa di luar kehendak manusia. Durkheim kemudian membagi ranah fakta social menjadi dua bentuk, yaitu :

  • fakta social material ialah sesuatu yang ada di dunia nyata dan bukanlah imajinatif, seperti hukum perundang-undangan, peraturan, dsb.
  • fakta social non-material yang dapat diartikan sebagai suatu ekspresi atau fenomena yang terkandung pada diri manusia itu sendiri atas fakta social material nya dan hanya muncul pada kesadaran manusia, seperti moralitas, kesadaran, egoism, atruisme dan opini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun