Mohon tunggu...
Elvira Makuba
Elvira Makuba Mohon Tunggu... Administrasi - senang berbagi

Senang berbagi informasi menarik. www.virapapua.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Pengalaman Tinggal di Tanzania

16 Mei 2015   13:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:55 1578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu yang lalu saya membaca sebuah blog yang menulis beberapa kata Swahili. Penulis pernah berkunjung ke Kenya dan menuliskan beberapa kata dalam Bahasa Swahili yang dia ketahui. Saya sendiri langsung berpikir mengapa saya yang sudah pernah tinggal di Tanzania  tidak membagi pengetahuan saya yang sedikit tentang orang Swahili. Dengan demikian saya ingin membagikan melalui tulisan pendek ini.

Selama satu tahun  tinggal di Tanzania sebagai Tenaga Sukarelawan dari United Evangelical Mission, salah satu organisasi misi yang berpusat di Jerman, yang dimana gereja kami, menjadi salah satu anggota. Saya mengalami berbagai pengalaman yang sangat menyenangkan. Pengalaman - pengalaman di Bulan pertama benar - benar menghapus semua ide yang ada di kepala saya tentang Afrika yang terkenal dengan hutan belantara dan binatang - binatang liarnya.

Saat pertama tiba di bandara yang diberi nama sesuai nama presiden Tanzania pertama International Julius Nyerere, yang terletak di Dar Es Saalam, Ibu Kota Negara Tanzana, saya langsung disapa dengan kata - kata dalam bahasa Swahili oleh petugas Bandara. Hal tersebut membuat saya merasa senang walaupun saya tidak mengerti satu katapun. Selanjutnya hari - hari pertama, saya lalui dengan rasa homesick. Saya belum dapat memahami apa yang dipercakapkan oleh orang - orang dimana saya berada karena saya baru saja membaca pelajaran bahasa Swahili yang dikirimkan oleh seorang teman dari Jerman melalui email. Namun dengan usaha saya sendiri melalui bantuan teman - teman yang dengan mudah dapat saya dekati saya dapat memperoleh bebarapa referensi yang saya gunakan untuk belajar bahasa Swahili. Saya sangat senang akhirnya setelah beberapa bulan saya dapat menggunakan bahasa Swahili dan berkomunikasi dengan orang - orang.

Budaya di negara Tanzania dipengaruhi oleh beberapa budaya seperti Inggris, Jerman dan Arab. Bahasa Swahili juga banyak mengadopisi kata - kata dari bahasa Inggris, Jerman maupun Arab. Sebagai orang Papua, bagi saya budaya negara Tanzania tidaklah terlalu berbeda jauh dari Papua. Orang Tanzania sangat ramah satu dengan yang lainnya, bahkan kepada tamu juga sehingga kadang - kadang saya berpikir mereka lebih ramah dari Orang Indonesia yang sangat terkenal dengan keramahan masyarakatnya.

Pada bulan Agustus 2007 hingga bulan Agustus  2008, setahun tinggal di daerah di bagian timur dari benua Afrika setelah lewat masa homesick di awal - awal masa saya sebagai Youth Volunter UEM,  saya benar - benar menikmati kehidupan saya bersama orang - orang yang mengelilingi saya, mereka sangat ramah dan karena kesamaan warna kulit dan tingkah laku saya yang berasal dari budaya yang tidak terlalu berbeda kami dapat menyatu.

Saya tidak dapat melupakan saat - saat kami bernyanyi bersama, kami makan di bar ( bar di benua afrika sangat berbeda dengan bar di Indonesia yang selalu dipenuhi dengan PSK ). Bar - bar di Dar Es Salaam, kota dimana saya tinggal hanya berupa tempat dimana orang dapat makan dan minum minuman beralkohol dan berbincang - bincang. Dan di jalan yang selalu saya lalui sepulang mengikuti aktivitas sore di gereja,  dimana terdapat bar - bar di sepanjang jalan tersebut saya selalu menemukan bahwa bar - bar tersebut telah ditutup pada pukul sembilan malam. Kebiasaan saya di Papua sebelum saya menjalani hidup setahun di Tanzania adalah pulang ke rumah hampir setiap hari setelah jam sembilan malam berlalu. Hal tersebut saya lakukan juga selama berada di Tanzania dan saya selalu merasakan keamanan yang sama seperti yang saya rasakan di Papua apabila tidak terjadi pembunuhan manusia di sana  sini.

Saya sangat mengagumi kerukunan betul - betul  di negara Tanzania pada waktu itu. Jumlah penganut agama kristen dan agama islam di Tanzania juga hampir sebanding namun mereka betul - betul hidup sangat rukun. Kerukunan itu dapat saya rasakan dalam hubungan sosial karena banyak teman - teman di Dar Es Salaam selalu bergaul dengan sangat baik kepada teman - teman mereka yang beragama lain. Namun di tahun 2013, pemahaman saya itu agak sedikit terkikis dikarenakan kami harus mengunjungi sebuah gereja yang dibakar oleh kelompok ekstrimist muslim di Dar Es Saalam. Kejadian tersebut terjadi setelah dari Indonesia, saya sudah menyaksikan berita di televisi tentang kelompok ekstrimist di Indonesia yang membakar gereja dan memprovokasi untuk menghancurkan kerukunan masyarakat di Indonesia atas nama agam. Dalam hati saya, saya tidak dapat mempercayai hal tersebut namun terjadi.

Dalam waktu dimana saya tinggal di Dar Es Salaam juga, saya sangat senang karena tidak setiap hari, kecuali beberapa hari saja, saya tidak melihat orang merokok. Hal tersebut sangat membahagiakan saya yang datang dari negara yang dipenuhi perokok. Namun kembali lagi saya harus kecewa karena di tahun 2013 ketika saya kembali berkunjung ke Dar Es Salaam di jalan - jalan, saya melihat masyarakat terkhusus kaum prisa mengisap rokok. Ketika naik sebuah bis dan dengan mata saya sendiri saya melihat sebuah pabrik rokok yang telah berdiri dengan megahnya, saya sangat menyesal dalam hati sendiri karena negara tersebut menyengsarakan warga negaranya sebagaimana yang terjadi di Indonesia yang memiliki beberapa pabrik rokok dan jutaan konsumen batang daun tembakau yang merusak kesehatan.

Hal lainnya yang sangat menarik untuk saya bagikan adalah orang Tanzania tidak berbicara di dalam bahasa Inggris kemudian tertawa sebagaimana yang dilakukan oleh orang - orang Indonesia bahkan beberapa orang pemuda Jerman yang saya temui yang masih tergolong pelajar bahasa Inggris baru. Orang Indonesia harus berubah.

Setelah kembali ke Indonesia pada tahun 2008 saya juga mengalami sedikit kekecewaan lagi karena danau kami telah di isi dengan ikan predator yang diberi nama ikan lohan. Ikan tersebut telah memangsa ikan asli danau Sentani sehingga saat ini kami sangat jarang menikmati ikan asli tersebut karena jumlahnya sangat sedikit dibanding ikan lohan yang melimpah sehingga harga pasarnya sangat mahal.  Harapan saya Pihak Perikanan Indonesia  dapat mengambil langkah yang bijaksana dalam mengembangkan perikanan Indonesia, selain kebijakan memasukkan ikan predator yang saya baru ketahui telah terjadi juga di Danau Toba. Demikian juga kebijakan untuk melarang pendirian organisasi anti agama dan kebijakan untuk menutup pabrik rokok. Akhirnya dengan senyum saya mengundang bagi saudara - saudara yang ingin belajar bahasa Swahili untuk berkunjung ke blog saya www.virapapuablogspot.com. Salam kasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun