PILKADA 2024 menghadirkan ketegangan yang memuncak dengan pendaftaran kandidat. Fokus kini tertuju pada aksi mantan Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar, yang tampaknya berupaya keras untuk mempertahankan dinasti politik keluarganya melalui pendaftaran adiknya sebagai calon.
Langkah ini memperlihatkan dinamika politik yang penuh intrik dan kepentingan.
Keluarga Iskandar telah lama mendominasi kekuasaan di Kabupaten Tangerang. Sebelum Zaki, Ismet Iskandar, ayahnya, memimpin selama dua periode.
Kini, kekuasaan tersebut beralih ke tangan Zaki, yang berusaha memastikan bahwa adiknya melanjutkan warisan politik keluarga. Langkah ini menunjukkan tekad Zaki untuk mempertahankan dominasi yang telah ada lebih dari satu dekade.
Manuver terbaru Zaki melibatkan permintaan rekomendasi dari Partai Golkar untuk adiknya, yang memperlihatkan betapa dalamnya pengaruh keluarga dalam proses politik.
Ironisnya, ketua DPC Golkar Kabupaten Tangerang yang seharusnya mendapatkan dukungan terabaikan demi kepentingan adik Zaki. Keputusan Golkar yang tampaknya terpengaruh oleh kepentingan keluarga ini menyoroti ketidak seimbangan dan ambiguitas dalam politik internal partai.
Pengabaian terhadap ketua DPC Golkar menandakan betapa sistem politik kita bisa dipengaruhi oleh kekuasaan yang terpusat dalam satu keluarga. Dinasti politik ini berpotensi menciptakan struktur kekuasaan yang mendorong korupsi sistemik.
Ketika kekuasaan terkonsentrasi, keputusan sering kali didorong oleh kepentingan pribadi, merusak transparansi dan akuntabilitas yang seharusnya menjadi prinsip dasar dalam pemerintahan.
Golkar, sebagai partai politik yang seharusnya menjunjung tinggi prinsip demokrasi, malah menunjukkan keberpihakan yang menambah keraguan terhadap integritas proses politik.
Ketidak mampuan partai untuk mendukung calon internal dan memilih adik Zaki sebagai alternatif memperburuk citra partai serta memperkuat persepsi publik mengenai politik dinasti.