Sebagai orang tua, kita pasti pernah atau bahkan sering mengalami konflik kepentingan dengan anak kita yang masih balita.
Aliv, anak pertamaku yang sekarang berusia 2 tahun sangat senang bermain di udara terbuka. Ia bisa menghabiskan berjam-jam ketika bermain di luar ruangan, namun hanya bertahan kurang dari 5 menit ketika bermain di dalam kamar.
Pada awalnya aku lebih senang dan cenderung "memaksa" Aliv bermain di dalam rumah. Mengeluarkan semua mainannya dengan harapan ia bisa bermain lama dengan setiap mainan yang ada (iya ini kepentinganku).Â
Namun kenyataannya Aliv hanya bermain sebentar, lalu mulai merengek tidak jelas yang menandakan ia mulai bosan. Biasanya kalau sudah seperti itu, aku membuka pintu rumah dan dengan girang dia menuju ke luar seperti tidak menghirup udara satu tahun (ini kepentingan Aliv).
Masalah mulai muncul ketika mulai gerimis misalnya, biasanya Aliv tetap tidak mau masuk ke rumah dan memberontak ketika dipaksa. Ada beberapa trik yang biasa aku lakukan, dan aku melakukannya bertahap, goalnya adalah Aliv masuk ke rumah atas kemauannya sendiri.
Trik Menang dari Si Kecil
MENGAJAK ANAK BERKOMUNIKASI
Sebenarnya kosakata Aliv masih sangat sedikit untuk bisa memahami penjelasan yang sederhana. Namun aku selalu menempatkan trik ini di urutan pertama. Alasannya ada 2 yaitu (1) Aku melatih diriku sendiri untuk terbiasa menjelaskan sesuatu kepada Aliv ketika nanti dia sudah cukup besar untuk menanyakan apa yang boleh dan tidak, dan (2) aku yakin sedikit banyak hal tersebut pasti membantu menambah kosakatanya dan menjadikannya cepat berbicara.
Dalam banyak kasus, trik ini berhasil. Hanya saja aku harus cukup sering mengulang penjelasannya, dan yang paling penting aku harus berada sejajar dengannya sehingga tatapan kami bisa saling bertemu. Biasanya Aliv terdiam ketika aku menjelaskan, lalu mulai merengek lagi, lalu aku mengulang lagi penjelasan, begitu seterusnya. Sebisa mungkin aku selalu menggunakan kata yang Aliv telah tahu maknanya. Ini akan membuat dia terdiam untuk mencerna dan memahami maksud dari penjelasanku.
Sebagai contoh, Aliv sudah tahu arti kata "hujan", "sakit" dan "batuk", ketika aku ingin dia masuk ke rumah karena mulai gerimis, aku akan menggunakan kata-kata tersebut dengan penekanan ekstra.
Aliv, sekarang mau turun HUJAN, HUJAN, HUUUJAN. Kalau Aliv tetap main saat HUUUJAN, nanti Aliv SAAAKIT, terus BAATUUK (lalu menirukan orang batuk). Itu lihat langitnya mulai gelap (sambil menunjuk ke atas)
Dan di sinilah kuncinya: ketika Aliv terdiam cukup lama, aku dengan segera menggendongnya, memberikan kecupan di pipi, sambil tetap terus mengulang penjelasanku sembari kami menuju ke zona aman (dalam hal ini masuk ke rumah).
Jika trik ini tidak berhasil, biasanya saat aku menjelaskan Aliv akan terus rewel, memberontak dan tidak berusaha mencerna apapun yang aku sampaikan. Ketika hal ini terjadi, aku akan menggunakan trik selanjutnya.