Mohon tunggu...
Viqri Ilham Aulia Setiawan
Viqri Ilham Aulia Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Isi yang ada di profil ini adalah artikel dan esai yang berhubungan dengan Pendidikan, scince, tekhnologi, gadget, dan game

Perkenalkan nama saya Viqri Ilham. Saya adalah salah satu mahasiswa S1 Peternakan, Universita Brawijaya semoga tulisan atau artike yang saya bagikan disini dapat bermanfaat untuk para pembaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Permasalahan pada Sistem Pendidikan di Indonesia sebagai Salah Satu Penyebab Terhambatnya Pembangunan Berkelanjutan

8 Oktober 2021   10:01 Diperbarui: 8 Oktober 2021   10:09 2683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh : 

Viqri Ilham Aulia Setiawan

Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

Sub Tema : Pembangunan Berkelanjutan yang Berdampak Pada Masyarakat

Latar Belakang

Pendidikan adalah salah satu kebutuhan para generasi muda. Di zaman sekarang, Pendidikan dianggap sebagai investasi untuk masa yang akan datang. Maka dari itu, dibutuhkannya Pendidikan yang berkualitas untuk membentuk generasi yang unggul. Pendidikan yang berkualitas diperoleh ketika kegiatan belajar dan mengajar (KBM) saling berhubungan. Pengajaran harus mempengaruhi pembelajaran, dan pembelajaran harus mempengaruhi pengajaran. Selain itu, ia juga menekankan pentingnya penciptaan kondisi belajar yang positif. Guru Profesional dengan kompetensi unggul menjadi kunci terlaksananya pendidikan berkualitas. Ketersediaan dan penjaminan kesejahteraan guru profesional merupakan tugas pemerintah (Nadiem Makarim, 4/7). Menurut Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 3 tentang fungsi Pendidikan berkualitas yaitu. Pendidikan berkualitas berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Indonesia memiliki 200 ribu lebih sekolah, 45 juta lebih siswa, 2,7 juta lebih guru. Tapi sangat di sayangkan, kita juga termasuk negara dengan performa Pendidikan yang paling rendah. Menurut PISA (Program for International Student Assessment) Indonesia masuk ke rangking 62 dari 70 negara. Dalam hal ini kita masih sangat tertinggal dari negara-negara lain. Riset terbaru dari Professor Lant Pritchett tentang penelitian anak-anak usia 15 tahun di Jakarta dan ternyata anak anak di Jakarta itu tertinggal 128 tahun dibandingkan dengan negara negara lain. Indonesia sangat tertinggal di dalam bidang matematika, ilmu pengetahuan, dan membaca, setiap tahun Indonesia selalu menduduki peringkat terbawah dalam bidang ilmu tersebut. Kalo seperti ini terus Indonesia akan mengalami krisis Pendidikan dan akan kekurangan banyak Sumber Daya Manusia (SDM) yang berwawasan luas dan berpendidikan tinggi.

Pembahasan

Jika membahas tentang kualitas Pendidikan pasti akan membahas juga tentang guru. Di Indonesia performa guru-gurunya masih sangat kurang. Hal ini dibuktikan dari hasil uji kompetensi guru nasional, dimana performa guru di Indonesia rata-ratanya hanya 53,02 dari 100. Banyak hal yang terjadi jika seharusnya guru yang mengajar tidak bisa mengajarkan suatu ilmu dengan maksimal seperti menurunkan minat belajar siswa, membuat siswa mengantuk dalam kelas karena penyampaian materi yang kurang menarik, dan masih banyak lainnya. Maka dari itu tidak heran banyak siswa juga yang memutuskan untuk mengeluarkan uang lebih banyak lagi untuk masuk bimbingan belajar (BIMBEL) baik online maupun offline. Selain guru, peran sekolah juga sangat penting dalam mencapai kualitas Pendidikan yang baik di Indonesia. Sayangnya sekolah-sekolah di Indonesia masih banyak yang belum memadai, Dari kurangnya fasilitas penunjang seperti laboratorium, ruang kelas, dan mahalnya biaya Pendidikan di Indonesia. Dalam hal ini tidak heran banyak siswa yang memutuskan untuk putus sekolah dengan alasan tidak ada biaya untuk melanjutkan sekolahnya.

Salah satu penghambat lainnya dalam perkembangan kualitas Pendidikan di Indonesia adalah sistem Pendidikan yang berlaku hingga sekarang. Sebagian orang ada yang menyatakan bahwa sistem Pendidikan di Indonesia itu jahat. Pernyataan ini didukung oleh salah satu motivator yang mengatakan jahatnya Pendidikan di Indonesia adalah Ketika setiap anak tidak pernah yakin bahwa dia berbeda dengan orang lain (Pandji Pragiwaksono, 2/5). Pernyataan Pandji diperkuat lagi oleh kutipan perkataan Ki Hajar Dewantoro yang mengatakan bahwa padi tidak akan pernah bisa menjadi jagung, Padi adalah padi dan jagung adalah jagung. Dari kedua pernyataan tersebut mereka menyatakan bahwa masalah sistem Pendidikan di Indonesia adalah setiap siswa dianggap sama. Pada kenyataan nya setiap anak memiliki bakat atau kelebihan di bidang tertentu, tetapi di Indonesia setiap anak harus bisa menguasai semuanya yang diajarkan oleh gurunya. Albert Einsten pernah berkata semua anak adalah jenius tapi kalau kita menilai ikan dari cara dia memanjat pohon ikan itu akan merasa bodoh seumur hidupnya, dan itu yang menjadi masalah Pendidikan di Indonesia. Selain penyetaraan semua siswa, konsep pembelajaran di Indonesia mengandalkan hafalan yang dimana tanpa di sadari itu bisa mematikan kreativitas dan mematikan semangat belajar. Seharusnya konsep belajar yang terpenting yaitu siswa paham secara materi dan bisa mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari.

Untuk mencapai Pendidikan yang berkualitas di masa yang akan datang tidak bisa dilihat dari sekolah dan gurunya saja, tetapi harus dilihat juga dari segi siswanya. Di Indonesia masih banyak siswa yang kurang memahami arti penting Pendidikan. Mereka masih suka mengesampingkan sekolah dengan beranggapan bahwa sekolah tidak penting nilai juga tidak penting. Mindset seperti ini yang harus diubah atau dihilangkan dari pikiran semua siswa atau bahkan semua anak-anak di Indonesia. Dan disinilah peran seorang guru sangat diperlukan untuk mengubah mindset mereka dengan cara menjadikan pelajaran yang mereka sampaikan itu menarik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun