Mohon tunggu...
Viqar Chu
Viqar Chu Mohon Tunggu... Buruh - Forester

lahir dari hutan, bermain dalam hutan, belajar kehutanan, beristri seorang yg mengabdikan diri di kehutanan dengan ilmu kehutanannya serta mencari hidup dari hutan dan mengabdikan diri untuk hutan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Hanya Ada Aku, Hutan dan Tuhan

10 November 2017   14:14 Diperbarui: 10 November 2017   14:26 893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi itu, jarum jam menunjukkan angka 4 pagi. Matahari masih berselimut dalam kedinginan angin laut dan suara gemuruh ombak dilaut yang seakan berkejaran agar tercepat sampai di pantai. Kapal harus berangkat saat ini, ini merupakan musim pancaroba dimana alam tak ingin bersahabat dengan para pencari kehidupan di laut. 

Biasanya ombak dan gelombang di ketiak Pulau Sulawesi akan berhenti ketika imlek menurut pengalaman umumnya masyarakat. Imlek dan ombak pikirku filosofinya adalah perayaan yang diperingati oleh saudara-saudara kita dari tiongkhoa ini setahu saya legendanya adalah ketika seorang raksasa mengamuk dan mereka memberikannya makanan agar raksasa tersebut tidak marah  dan ngamuk lagi. Sepertinya halnya alam, awal tahun seperti kali ini mungkin dimaknai sebagai hari istirahatnya alam agar kembali fit lagi untuk dieksploitasi manusia.

Sepagi itu kapal penumpang umum yang ku tumpangi bergerak menuju sebuah pulau dengan tujuan pengambilan data kerusakan kawasan taman nasional. Seorang diri masuk ke kawasan yang notabene harus dilengkapi dengan fasilitas penunjang berupa alat keselamatan dan tetekbengeknya agar kegiatan kali ini berjalan lancar.

Sesampai di kawasan, menyusuri lorong hutan yang sempit karena kerapatan liana dan duri-duri rotan yang menjalar dikiri-kanan seakan memperingati penjemputan kedatanganku. Jika kalau di pejabat atau orang terkenal akan berkunjung disuatu wilayah, riuh gemuruh penyambutan serta kibaran bendera dan disontaki teriakan histeris pendukung akupun tak ingin kalah dengan mereka itu. Riuh gemuruh teriakan berupa angin darat yang berhembus  serta duri-duri dan liana hutan sebagai kibaran bendera untuk kedatanganku kali ini.

Bukannya karena tidak ada tim, tapi kami harus dipencar agar target dan data yang diinginkan dapat tercapai. Kami harus berpencar. Instruksi kepala SPTN Wilayah tegasnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun