Mohon tunggu...
Zulfikar Chu
Zulfikar Chu Mohon Tunggu... -

suka menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Teori Cinta ala Viqarologi

23 Januari 2010   03:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:19 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelumnya bukan maksud untuk menggurui pembaca sekalian tentang metode yang tepat untuk menaklukkan pujaan hatinya. Apalagi sampai saat ini Qoe belum menemukan pujaan hati sesunguhnya maka tepat dikatakan teori hanyalah sebatas konsep semu semata tanpa ada aplikasi pada kehidupan nyata.

Memang bahwsanya setiap pejuang cinta dapat melakukan berbagai cara untuk menaklukkan sang primadona pujaan hati.

Cinta merupakan pengorbanan; ia (cinta) bergelora, berunduk ibarat bola salju yang semakin membesar dan tak terbendung – karena cinta orang bisa mati dan hidup – karena cinta membawa ruh suci pada keintiman hati; sebuah tanda yang takan bisa dipahami oleh insan manusia. Dengan cinta terkadang kesunyian dan keramaian bersatu padu dalam rasa bahkan pada titik klimaks sebuah nafsu. – seperti itulah cinta –

Lantas bagaimana apabila kita selalu diliputi oleh pikiran-pikiran agar melahirkan strategi jitu untuk menaklukkan pujaan hati? Berikut Qoe akan mencoba menyajikan rumus jitu dari teori ini :

Teori Spiral

Spiral merupakan bentuk sederhana dalam ilmu ukur mengukur dan gambar mengambar. Dalam pengaplikasian teori cinta ini adalah bagaimana kita (sang pejuang) memainkan ritme pendekatan kita terhadap pujaan hati. Atau bisa jadi cara pendekatan yang digunakan adalah tarik ulur. Tarik dalam artian memberikan sedikit gombalan kemudian mnghilang memberikan ruang gerak selanjutnya. Sikap yang harus dicermati yaitu ketika memberikan rayuan gombal agar dipertimbangkan kesan yang akan ditimbulkan ataupun sebaliknya memberikan kritik yang tidak terlalu mendalam kepadanya. Kerana bisa jadi sang target tersinggung bahkan sampai menjauhi kita.

Teori Burger

Teori sejenis makanan ini merupakan salah satu alternative untuk berjuang menaklukkan sang pujaan hati. Knapa Qoe menyebutnya burger dikarenakan jenis makanan ini keunikan dan kenikmatan ramuan terdapat pada bagian tengah – Qoe membedahnya bukan dari sudut eksistensi – maka ketika kita berusaha “menembak” sang pujaan hati maka lihatlah ”bagian tengah” sang target. Maksud dari bagian tengah tersebut adalah ketika burger ditekan maka bagian tengah tersebut akan keluar segala isi yang terdapat dalam rasa burger itu. Dalam artian penekanan disini dimaksud adalah “menganggu” sang pujaan hati terus menerus dan ketika kita hilang maka dia akan merasakan ada sesuatu yang hilang. Mungkin “mengangu” bagi sebaian orang sangat tidak nyaman tapi menurut hemat Qoe disinilah letak keunikan dari teori ini. Sangat kontradiksi dengan teori pertama. Karena pada teori ini kita terus melakukan penekanan terus menerus. Tanpa ada jeda.

Pasti masih banyak teori dan strategi selain tersebut diatas. Karena itu setiap kita ataupun target mempunyai sikap yang berbeda-beda sehingga cara pendekatan yang kita lakukanpun berbeda. Teori ini tidak mutlak dilakukan semuanya tergantung pada kondisi sosial si-manusianya sendiri. Selain itu Qoe menyadari ini semua tidak ada special dibandingkan strategi jitu yang telah diterapkan pembaca sekalian; teori ini Cuma setetes kecil warna dalam defenisi dan kehidupan cinta yang ada pada diri manusia. Untuk itu marilah bersama kita warnai makna cinta dalam defenisi bumi. Harapan Qoe agar pembaca menyempurnakan teori ini dengan cara memberikan tanggapan dan sarannya dalam kolom komentar dibawah ini… terima kasih untuk anda semua !!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun