Mohon tunggu...
Intania Pharamita
Intania Pharamita Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Time traveler

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Wedding Fair (Synopsis)

22 Desember 2014   22:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:41 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Referensi Judul : Wedding Fair

Cowok : Pernikahan batal, punya mimpi kawin muda sama ceweknya yang udah dia pacarin dari sejak SMP (sahabeut masa kecil ceritanya)

Sejak pernikahan yang udah dia rencanakan dengan sematang-matangnya batal karena secara gak langsung cewek yang selama ini ia pacari menolaknya ketika menyatakan proposal pernikahannya, dia jadi sering pergi ke pameran-pameran pernikahan atau wedding fair, sendirian. Sampai suatu ketika, takdir mempertemukannya dengan seorang wanita, wanita yang tak ia sangka ‘akan’ memiliki peran berarti untuk hidupnya kelak

Quote : Aku udah ngerasa mengenal dia seumur hidupku, namun ia belum merasa mengenalku seumur hidupnya.

Cewek : Tidak punya waktu banyak untuk memikirkan tentang pernikahan, karena penyakit yang ia derita, jadi ia suka datang ke Wedding Fair.

Pernikahan? untuk memikirkan hal itu saja, rasanya jadwal kemotherapyku terlalu padat untuk hanya memikirkan hal itu. Namun, untuk wedding fair? setidaknya aku bisa kabur sejenak dari Rumah Sakit yang baunya sudah sama dengan baju yang kukenakan ini hanya untuk pergi menghadirinya. Umurku sekarang sudah 20 tahun, bonus 4 tahun sejak dokter memvonis keberadaanku di dunia hanya sampai di angka 16, 4 tahun lalu, Namun dengan bonus tersebut, mengharapkan pernikahan rasanya hal yang sangat muluk sekali bagiku, yang sehari-harinya makan-tidur dirumah sakit. Kalau aku menikah, mau makan apa suamiku? masa makanan hambar yang aku makan? jangankan untuk memikirkan pernikahan, memikirkan tentang hari esok apakah aku masih berada di dunia ini atau tidak rasanya ‘berlebihan’ untukku. Sampai suatu ketika, kata-kata seandainya, bayang-bayang pernikahan, hadir di benakku, ketika kami berfoto bersama, ya ‘kami’. Aku dan lelaki pertama dan terakhir yang membuatku untuk pertama kali dan terakhir kalinya memikirkan tentang ‘pernikahan’.

to be continued…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun