Mohon tunggu...
Apip Paisal Bisri
Apip Paisal Bisri Mohon Tunggu... -

Pemerhati Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Mitigasi Bencana dan Sistem Evakuasi Bencana. \r\n\r\n(Kalo di dunia maya: Ahli Sotoylogi dan Anti Labilogi)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Mengejar Bola

27 Agustus 2012   09:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:16 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Politik Mengejar BOLA.

(Oleh Apip Paisal Bisri: Ahli Sotoylogi dan Anti Labilogi)

Laga El clasico antara Real Madrid vs Barcelona, Della Madonnina antara Internazionale vs AC Milan ataupun Derby Manchester antara MU vs City serta beberapa pertandingan sepakbola berkualitas lainnya kini dengan mudah dapat disaksikan oleh penggemarnya di Indonesia.

Olahraga terpopuler ini memang menjadi sebuah komoditi bukan hanya sebatas untuk olahraga dan ekonomi saja, tapi sepakbola kini sudah dijadikan alat dan media pencitraan politik, alat strategi untuk mendekatkan parpol dengan masyarakat.

Percaya atau tidak rivalitas antara mediapun kini mulai menggeliat diantara stasiun televisi di Indonesia. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa media Televisi, khususnya TV Swasta Nasional kini dapat mudah ditebak dengan siapa dan partai apa mereka berafiliasi. Contohnya, partai Golkar yang di motori oleh Abu Rizal Bakrie dengan TVOne dan ANTV, kemudian ada MNC Group (MNC TV, Global TV, RCTI) yang di miliki oleh Hary Tanoe dan Metro TV oleh Surya paloh tentu saja 100% akan berafiliasi kepada partai Nasional Demokrat (NasDem), Lalu bagaimana dengan Trans Corp (Trans TV dan Trans7 plus Detik.com) ? Silahkan anda tinggal menebak kemana arah Chairil tanjung (Ketua Komite Ekonomi Nasional) sebagai owner media tersebut menentukan political approach terhadap partai-partai di Indonesia. SCTV dan Indosiar ??? tentu saja tidak bisa dipisahkan juga dari kepentingan dunia politik.

Mendekati tahun 2014, stasiun televisi swasta nasional kini bukan hanya saja berlomba mengiklankan program rutinnya, namun kini merekapun berlomba-lomba menambahkan program olahraga dalam hal ini sepakbola sebagai acara unggulannya. Dengan sedikit trik, program tersebut bisa bermuatan politik yang efektif tanpa disadari sedikitpun. Sering sekali ketika saya menyaksikan pertandingan bola liga inggris di Salah satu Stasiun TV swasta sebelum kick off maupun jeda pertandingan hampir didominasi oleh iklan salah satu partai baru. Entah apakah hal tersebut iklan rutin biasa atau sisipan politik yang disengaja, apalagi prime time-nya sangat pas yaitu disaat jutaan mata pasang tertuju pada laga sepakbola tersebut.

Beberapa program olahraga sepakbola di Stasiun TV Swasta Nasional yaitu MNC Group (MNC dan Global TV) menyiarkan Liga Inggris, RCTI: Kualifikasi Piala dunia 2014, SCTV : Liga Champions Eropa, TVOne dan ANTV : Piala Dunia 2014, Trans Corp (Trans TV dan Trans7) : Liga Spanyol, Indosiar : Liga Jerman.

Hal yang perlu di waspadai adalah tingkat independensi dari media tersebut jika partai politiknya menjadi pemenang dalam pemilu dan ketika pemiliknya memangku jabatan penting di Negara ini. Menurut Eric Louw dalam The Media and Political Process di era abad sekarang media akan menjadi sumber kebudayaan yang sangat berpengaruh dalam mendefinisikan posisi dan status sosial. Baik buruknya pemimpin atau pemerintah bisa saja di citrakan dan di manipulatifkan oleh media.

Tidak ada yang salah dengan program sepakbola tersebut, malah sebagai penggila bola saya sangat bersyukur karena banyaknya tayangan bola di negeri ini, namun yang mesti patut kita waspadai adalah jika saja ada Upaya-upaya terselubung yang dapat mengotori semangat sportifitas / fair play sepakbola dan independensi media. Pelajaran penting yang sedang kita rasakan adalah terkait Kisruh di tubuh PSSI, ketika sportifitas tergadai oleh kepentingan-kepentingan politik golongan tertentu saja. Dampaknyapun terasa jelas, Kini Sepakbola Indonesia Minim prestasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun