Mohon tunggu...
Dicky Erwin
Dicky Erwin Mohon Tunggu... -

Seorang abdi masyarakat yang suka gereget melihat kondisi masyarakat dan lingkungan sekitar sehingga selalu ingin menumpahkan uneg-uneg, aspirasi, pendapat..dan untungnya ada Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Ramadhan Berlalu, Idul Fitri Menyapa..Mudiklah Kau.!

8 September 2010   07:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:22 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dipenghujung bulan Ramadhan, Rasulullah dan para sahabat menangis sedih karena Ramadhan akan berlalu, bulan yang penuh barokah dan ampunan, dan bulan di mana doa-doa dikabulkan oleh Allah SWT dan bulan yang didalamnya ada hari yang lebih baik dari 1000 bulan, sehingga Beliau senantiasa berdo'a, "Ya Allah janganlah jadikan puasa ini sebagai puasa yang terakhir dalam hidupku. Seandainya Engkau berketetapan sebaliknya, jadikanlah puasa yang dirahmati bukan yang hampa semata. Semoga perpisahanku dengan bulan Ramadhan ini bukanlah perpisahan untuk selamanya dan bukan pula akhir pertemuanku. dengan demikian aku dapat kembali bertemu pada tahun mendatang dalam keadaan penuh keleluasan rezeki dan keutamaan harapan" . Dari Aisyah, dia berkata "ketika tiba sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, Rasulullah mengencangkan sarungnya, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya"' (HR. Bukhari-Muslim).

Kondisi sebagian besar umat muslim di kita dalam mengakhiri bulan Ramadhan, sangatlah bermacam-macam dan sudah jauh berbeda tapi yang jelas sangatlah sulit menemukan orang yang bertangis ria demi ramadhan yang sebentar lagi akan berlalu..kalaupun ada mungkin prosentasenya kecil dan biasanya dari kalangan orang tua para sepuh atau bisa jadi dilingkungan pesantren. Sepuluh hari Ramadhan diyakini  umat  muslim sebagai turunnya malam lailatul qadar malam yang lebih baik dari 1000 bulan, maka umat Nabi Muhammad SAW walaupun usianya pendek tapi memiliki keberkahan seperti ini bayangkan setiap tahun mempunyai deposito usia1000 bulan dan diyakini pula turunnya disetiap malam ganjil sehingga sering disebut malam likuran. namun iming-iming dari  Yang Maha Kuasa terhadap pahala tersebut tetap saja tidak menyentuh atau tidak mengundang hasrat nafsu muthmainahnya atau jangan-jangan seperti apa yang ditakutkan Rosul adalah termasuk golongan munafikun yang samar-samar sulit ditebak- mengaku muslim tapi amalannya tidak dilaksanakan- lebih baik yang jelas kafirnya.  Coba lihat Sekarang justru ditahap Final puasa ini mesjid-mesjid jadi semakin besar (karena jemaah tinggal sabaris) tapi Mall semakin padat, jadi wirid nya beralih memilih dan memilah baju buat anak istri. Jangan diharap ada I'tikaf karena seharian sudah cape dan istri juga sibuk bikin kue dan penganan lebaran.

MUDIK, aktifitas yang sudah menjadi trade mark bangsa kita, walaupun Malaysia juga ada tapi tentu tidak semega event di kita, Mudik adalah kegiatan perantau/ pekerja migran untuk kembali ke kampung halamannya. Mudik di Indonesia identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar keagamaan misalnya menjelang Lebaran. Pada saat itulah ada kesempatan untuk berkumpul dengan sanak saudara yang tersebar di perantauan, selain tentunya juga sowan dengan orang tua. Tradisi mudik hanya ada di Indonesia.(Wikipedia). Rekan saya orang jawa timur bahkan jauh-jauh hari sudah memesan tiket kereta api, saya katakan apa tidak takabur? rekan saya hanya terkekeh, dan kenyataan sepertinya semua "amunisi" honor, gaji dan sejenisnya dia kerahkan demi mudik. Prilaku untuk urusan mudik tidak mengenal kaya atau miskin, bahkan dengan modal nekat sekeluarga menggunakan bajaj dengan tujuan Jakarta-Tegal pun dilakoni, atau sekeluarga  dengan anak empat menempuh Jakarta-Jombang dengan sepeda motor.  yang penting  "mudiklah kau..kenapa mesti di mesjid" mungkin begitu kira-kira ajakan teman-teman sekampungnya . Semua sibuk, termasuk pemerintah, Polantas, Dinas Perhubungan, Jasa Marga, termasuk penjual jasa sebagai "tukang ganjal" di tanjakan jalan curam, kecipratan rezeki tahunan. Banyak hal menarik yang berkenaan dengan mudik, tapi kaitan dengan misi judul di atas saya hanya  garis bawahi "tanggung jawabnya" sebagai muslim menjelang berakhirnya Ramadhan, seperti sudah kehilangan makna apalagi dikota-kota besar yang nota bene masyarakat pendatang yang ruh nya mungkin sudah dikampung halamannya.

Malam Idul Fitri atau Malam Takbiran menandakan berakhirnya bulan Ramadhan, diramaikan dengan bunyi beduk bertalu dan bersahutan disetiap mesjid di kampung-kampung, diiringi lantunan Takbir, Tahlil dan Tahmid serta pujian-pujian kepada Allah. Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa malam Idul Fitri disebut malam pemberian hadiah. Pada malam itu Allah berseru kepada MalaikatNya "Aku bersaksi wahai Malaikat-Ku bahwa Aku telah memberikan pahala puasa kepada hamba-hamba-Ku, pahala shalat-shalat mereka. Aku limpahkan ridha dan ampunan-Ku". Mungkin itu harapan semua muslim, sehingga adakalanya kita sering menyesal kenapa pada hari-hari mengisi Ramadhan tidak optimal mengerjakan amal shaleh, dan sesungguhnya pahala itu sangat bertebaran justru diakhir Ramadhan. Apalah jadinya kalau kita sering lalai sehingga pantaslah yang disabdakan Rasulullah bahwa : " Berapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapat apa-apa dari puasanya selain rasa lapar. Berapa banyak orang yang melakukan shalat malam tidak mendapatkan apa-apa dari shalatnya selain begadang"

Mudah-mudahan sesibuk apapun diri kita sepanjang puasa kemarin, amalan-amalannya tidaklah hampa dan diterima disisi Allah SWT amin, sehingga ketika Idul Fitri menyapa maka kita semua digolongkan kepada orang-orang yang memperoleh kemenangan setelah sebulan penuh berjihad melawan hawa nafsu, dan sesungguhnyalah dosa-dosa kita akan terhapus sehingga dimaknai  sebagai kembali fitrah atau suci bersih bagaikan bayi yang baru keluar dari kandungan ibunya, Subhanallah. Hal yang sangat dianjurkan Rasulullah pada hari raya Idul Fitri adalah memperluas silaturahmi karena momentum hari raya adalah untuk saling maaf memaafkan, maka disebut juga Lebaran, atau saling bebas membebaskan kesalahan.

Pada kesempatan ini izinkan saya menyampaikan

SELAMAT IDUL FITRI 1431 H "Minal 'Aidin wal-Faizin" Mohon Maaf Lahir dan Bathin "Taqobbalallahu minna waminkum" semoga Allah menerima amalku dan amal kalian". amin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun