Mohon tunggu...
Vioreyna Firly Risnita
Vioreyna Firly Risnita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahsiswa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswa Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dekonstruksi sebagai Hermeneutika Rasional oleh Derrida

8 Januari 2024   11:02 Diperbarui: 8 Januari 2024   11:37 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dekonstruksi adalah sebuah istilah yang dipopulerkan oleh Jacques Derrida yang pada awalnya merupakan suatu metode untuk membaca teks. Jacques Derrida adalah seorang filosof yang banyak mengkritik gagasan dan teori para filosof modern, terutama filsuf barat yang mengunggullan logosentrisme. Derrida mengawali karir akademiknya dengan mengajar ilmu filsafat dan logika di The University of Paris. Derrida adalah tokoh hermeneutika yang berkaitan dengan bahasa dan makna.

Metode dekonstruksi sering kali dikenal sebagai hermeneutika radikal. Hermeneutika radikal adalah hermeneutika yang mengambil jarak dari apa yang disebut "hermeneutika normal". Kata "normal" atau "hermeneutika normal" yang diacu oleh dekonstruksi adalah hermeneutika pada umumnya yang merupakan kegiatan interpretasi yang berguna untuk menemukan "makna asli" teks atau susunan makna teks, entah itu untuk merehabiitasi makna asli ataupun mengkonstruksi makna baru.

Dekonstruksi adalah cara berpikir untuk menggoyang apa yang sudah dianggap stabil dan mapan sehingga membutuhkan ketajaman, ketelitian, dan berfikir secara radikal. Hermeneutika Derrida mengubah interpretasi mapan dari suatu teks berdasarkan apa yang dimiliki oleh teks itu sendiri. Hal tesebut dilakukan dengan meneliti secara sungguh-sungguh suatu teks, sehingga dimengerti betul apa yang dimaksud oleh teks itu, sebagaimana pemahaman orang pada umumnya selama ini.

Hermeneutika pada umumnya meyakini kemungkinan untuk mendapatkan kesatuan makna dan menganggap makna sebagai sesuatu yang dapat diputuskan, sehingga "makna yang benar" itu dapat dicari dan ditemukan. Sedangkan dekonstruksi justru menganggap makna tidak dapat diputuskan. Setiap upaya untuk menentukan makna diintai oleh suatu makna yang berbeda di dalam sebuah teks. Dalam arti ini, tujuan dekonstruksi bukanlah memahami lewat peleburan perbedaan, melainkan mengolah perbedaan-perbedaan yang tidak dapat ditangkap dalam sebuah keutuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun