Strategi komunikasi organisasi di era digital sekarang sangat penting untuk kesuksesan bisnis. Mengambil strategi komunikasi yang efektif melalui platform digital tidak hanya membantu membangun merek yang kuat tetapi juga dapat menjangkau audiens yang lebih luas lagi
Transformasi digital telah membawa perubahan signifikan dalam dinamika komunikasi organisasi, menuntut adaptasi dan pemanfaatan platform digital untuk meningkatkan keterlibatan anggota dan kelancaran arus informasi.
Strategi komunikasi organisasi di era digital adalah rencana yang dirancang untuk mengoptimalkan cara sebuah organisasi berkomunikasi dengan audiensnya melalui berbagai platform dan saluran digital. Ini mencakup penggunaan media sosial, email, situs web, blog, dan saluran digital lainnya, dan bertujuan untuk menyampaikan pesan, membangun hubungan dengan pelanggan, dan mencapai tujuan bisnis. Strategi ini bertujuan untuk memastikan bahwa komunikasi digital dilakukan dengan cara yang terencana, konsisten, dan efektif.
Dalam era digital yang dinamis, strategi komunikasi organisasi yang efektif menuntut pendekatan holistik dan terintegrasi, memanfaatkan teknologi untuk memfasilitasi komunikasi antar anggota, membangun kepercayaan melalui transparansi, dan berinvestasi dalam pengembangan komunikasi untuk mencapai kesuksesan berkelanjutan.
Dalam tahun 2018, Apple mengeluarkan aturan yang memberikan peringatan kepada karyawan yang menyebarkan detail produk kepada media sosial dan jurnalis. Informasi internal penting bocor ke media tak lama setelah kebiijakan ini diterapkan. Eksekutif Pemasaran Produk Apple segera mengatasi masalah ini. Presiden Gagen MacDonald, Sherry Scott, konsultan esksekusi strategi yang berfokus pada kepemimpinan, budaya perusahaan, dan keterlibatan karyawan, menyatakan bahwa ini menunjukkan bahwa dunia telah berubah. Sekarang, siapa pun dapat menjadi penerbit dan jurnalis sipil.
Dinding organisasi runtuh, baik di dalam maupun di luar. Dengan melihat akun media sosial masing-masing para anggota staf suatu organisasi, reporter dapat menemukan cerita lebih cepat daripada menunggu konferensi pers. Sebaliknya, anggota staf juga dapat menemukan informasi tentang suatu organisasinya lebih cepat melaluai media sosial daripada menunggu atasan merekauntuk membuat suatu pertanyaan. Dia berkata, "Ide bahwa komunikasi internal dan eksternal itu dapat benar-benar dapat terpisan di era sekarang dan sudah tidak dapat diterima lagi"
Saat ini, kerahasiaan organisasi hampir tidak mungkin. Paul Argenti, profesor bidang komunikasi korporasi di Tuck Business School Darthmouth, menjelaskan hal ini. Anda harus memperkirakan bahwa setiap orang memiliki pengetahuan lengkap. Dia menyatakan bahwa privasi dan kontrol informasi tidak ada lagi.
Interkonektivitas digital telah menciptakan lanskap komunikasi yang dinamis di mana setiap individu, terutama karyawan, memiliki jaringan yang luas. Riset menunjukkan rata-rata karyawan memiliki lebih dari 500 koneksi profesional di platform seperti LinkedIn. Ethan McCarty, CEO Komunikasi Integral Bloomberg, menghimpun bahwa akumulasi jaringan karyawan berpotensi melampaui jangkauan brand organisasi di media sosial. Fenomena ini menuntut organisasi untuk responsif dan adaptif terhadap arus informasi. Sherry Scott menekankan pentingnya kesiapan organisasi dalam merumuskan respons dan tindakan terhadap informasi yang tersebar secara cepat. Berbeda dengan masa lalu, di mana organisasi memiliki keleluasaan waktu dalam memilih media komunikasi, kini keterlibatan yang cepat, serius, dan jelas menjadi krusial.
Para ahli komunikasi menyoroti prinsip kecepatan, transparansi, budaya, dan kepercayaan sebagai fondasi strategi manajemen informasi di era modern. LaShonda Eaddy, Asisten Profesor Komunikasi Korporat dan Komunikasi Strategis di Universitas Southern Methodist, menegaskan bahwa setiap karyawan, terlepas dari tingkatannya, merupakan juru bicara potensial bagi organisasi. Oleh karena itu, Eaddy merekomendasikan implementasi strategi komunikasi internal yang komprehensif untuk memastikan seluruh karyawan, termasuk pekerja magang, memahami peran mereka sebagai representasi organisasi, baik selama jam kerja maupun di luar jam kerja.
Organisasi juga perlu memiliki budaya kerja yang kuat. Budaya kerja perusahaan sangat penting untuk transparansi perusahaan dan memberi karyawan keyakinan bahwa mereka bekerja di perusahaan yang dapat dipercaya. Jika karyawan merasa mereka dapat berbicara langsung dengan organisasi mereka dan bersikap jujur, mereka akan lebih nyaman untuk melakukannya. Sebaliknya, jika karyawan merasa tidak nyaman, mereka tidak akan segan membagikan informasi mereka kepada orang lain.
"Di era digital ini, terjadi konvergensi antara komunikasi internal dan eksternal. Informasi yang disebarluaskan kepada karyawan berpotensi menjangkau publik dan sebaliknya. Prinsip transparansi dan konsistensi pesan menjadi krusial dalam menjaga reputasi dan kredibilitas organisasi."
Meskipun teknologi komunikasi terus berevolusi, Eaddy menegaskan bahwa fondasi komunikasi yang efektif tetap relevan. Pemahaman yang mendalam tentang audiens dan penyampaian pesan yang disesuaikan dengan karakteristik audiens merupakan faktor kunci dalam mencapai tujuan komunikasi, baik itu untuk meningkatkan pemahaman, mempengaruhi sikap, maupun mengubah perilaku.
Tidak ada yang tahu bagaimana cara terbaik untuk mengkomunikasikan informasi. Setiap perusahaan berusaha menemukan alat komunikasi yang ideal, seperti Yammer, Facebook Workplace, dan Slack. Namun, hal-hal seperti itu hanya mendekati dan akhirnya tidak memenuhi persyaratan arus informasi yang dibutuhkan organisasi masa kini.
Studi kasus Apple mengungkapkan bahwa beberapa organisasi masih menerapkan pendekatan kontrol dan hukuman dalam mengelola arus informasi. Strategi ini, yang mungkin efektif di era pra-digital, dipandang inkompatibel dengan dinamika komunikasi di era modern. Organisasi kini memerlukan kerangka operasional yang lebih adaptif dan partisipatif, yang mencerminkan nilai-nilai organisasi dan mendukung implementasi kebijakan yang etis dan efektif."
Sherry Scott, Presiden Gagen MacDonald, sebuah firma konsultan yang berfokus pada pengembangan kepemimpinan, budaya perusahaan, dan keterlibatan karyawan, menyarankan pendekatan proaktif, transparan, dan memberdayakan dalam komunikasi internal. Dengan memberikan informasi yang memadai dan melibatkan karyawan dalam mewujudkan visi dan misi organisasi, organisasi dapat menumbuhkan rasa kepemilikan dan mendorong karyawan untuk menjadi duta brand yang efektif. Hal ini akan memungkinkan karyawan untuk merespons informasi eksternal secara kritis dan berkontribusi pada pengelolaan reputasi organisasi secara global.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI