Mohon tunggu...
viona agnesia
viona agnesia Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Universitas Sriwijaya

saya suka konten dari sudut pandang yang berbeda

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Analisis Geopolitik dan Implikasi Konflik Suriah terhadap Stabilitas dan Dinamika Kawasan Timur Tengah

6 Desember 2024   08:16 Diperbarui: 6 Desember 2024   08:16 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Keadaan pada saat Terjadi Konflik di Suriah (Sumber Foto : Canva)

Selama tiga belas tahun berlangsungnya konflik dan krisis kemanusiaan, anak-anak di Suriah telah menghadapi salah satu situasi darurat paling kompleks di dunia. Pada tahun 2024, diperkirakan hampir 7,5 juta anak di negara tersebut akan membutuhkan bantuan kemanusiaan akibat memburuknya krisis ekonomi, perpindahan penduduk secara besar-besaran, serta kerusakan parah pada infrastruktur publik. Selain itu, Suriah masih berjuang mengatasi dampak kehancuran besar, baik pada aspek manusia maupun material, yang disebabkan oleh gempa bumi dahsyat dan serangkaian gempa susulan pada Februari 2023.

Sejarah Konflik Suriah

Bahkan sebelum konflik dimulai, banyak warga Suriah sudah mengeluhkan tingginya tingkat pengangguran, korupsi, dan kurangnya kebebasan politik di bawah pemerintahan Presiden Bashar al-Assad, yang menggantikan ayahnya, Hafez, setelah kematiannya pada tahun 2000.  Pada Maret 2011, demonstrasi pro-demokrasi meletus di kota selatan Deraa, terinspirasi oleh gelombang protes di negara-negara tetangga terhadap rezim-rezim otoriter.  Ketika pemerintah Suriah menggunakan kekerasan mematikan untuk meredam perlawanan, protes yang menuntut pengunduran diri presiden menyebar ke seluruh negeri.  Ketegangan meningkat, dan tindakan represif pemerintah semakin keras. Pendukung oposisi mulai mengangkat senjata, awalnya untuk mempertahankan diri, kemudian untuk mengusir pasukan keamanan dari wilayah mereka. Assad bertekad menumpas apa yang dia sebut sebagai "terorisme yang didukung asing."  

Kekerasan dengan cepat meningkat, membawa negara itu ke dalam perang saudara. Ratusan kelompok pemberontak bermunculan, dan konflik segera berkembang menjadi lebih dari sekadar pertarungan antara pendukung dan penentang Assad. Kekacauan ini menarik keterlibatan kekuatan asing, yang mulai mengirim dana, persenjataan, dan pejuang. Situasi semakin rumit dengan kehadiran kelompok ekstremis jihad, seperti ISIS dan al-Qaeda, yang memiliki agenda tersendiri. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan komunitas internasional, yang melihat mereka sebagai ancaman besar.  Kelompok Kurdi Suriah, yang memperjuangkan hak untuk memerintah sendiri tanpa memerangi pasukan Assad, juga menambah dimensi baru dalam konflik ini.  

Aktor-aktor utama

Konflik Suriah melibatkan berbagai aktor dengan kepentingan yang saling bersinggungan. Awalnya, konflik ini muncul sebagai pemberontakan rakyat Suriah terhadap pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Bashar al-Assad. Namun, seiring waktu, banyak kelompok terlibat dalam pertempuran, sering kali saling berkonflik. Kelompok-kelompok tersebut meliputi Tentara Pembebasan Suriah (FSA), pejuang Kurdi, ISIS, Jabhat Fath al-Sham, Hizbullah, dan Pasukan Demokratik Suriah (SDF). Selain itu, keterlibatan internasional turut menentukan jalannya konflik, dengan Rusia dan Iran mendukung pemerintah Suriah, sementara oposisi mendapat sokongan dari Turki, beberapa negara Barat, dan negara-negara Teluk Arab.

Kepentingan strategis di Suriah

Timur Tengah dikenal sebagai kawasan yang kaya akan minyak dan gas bumi, sumber daya strategis yang menjadi rebutan negara-negara besar. Kekayaan energi ini mendorong banyak pihak asing untuk terlibat demi memanfaatkannya. Sebagian besar negara besar, termasuk di Eropa, sangat bergantung pada suplai energi dari Timur Tengah. Di sisi lain, kebutuhan gas negara-negara Eropa yang selama ini bergantung pada Rusia kerap terkendala oleh harga yang dianggap terlalu mahal.  

Pada tahun 2009, Qatar sebagai sekutu Amerika Serikat di Timur Tengah mengajukan rencana pembangunan jalur pipa gas sepanjang 1.500 km dengan nilai mencapai USD 10 triliun. Jalur ini dirancang untuk mengalirkan gas dari Timur Tengah ke Eropa melalui Arab Saudi, Yordania, Suriah, dan Turki. Jika proyek ini terealisasi, Eropa akan mendapatkan gas dengan harga yang lebih terjangkau sekaligus memiliki leverage untuk menekan Rusia dalam negosiasi harga energi. Namun, proposal ini ditolak oleh pemerintah Suriah di bawah kepemimpinan Bashar al-Assad, yang memicu ketegangan dengan negara-negara pendukung proyek tersebut.  

Sebaliknya, pada tahun 2015, Iran, Irak, dan Suriah mencapai kesepakatan untuk membangun jalur pipa gas yang mengarah ke Laut Tengah dan dirancang untuk menyuplai gas ke Eropa. Proyek ini dianggap sebagai ancaman oleh sekutu Amerika Serikat, karena berpotensi memperkuat pengaruh aliansi Suriah, Iran, dan Rusia. Situasi ini semakin memperburuk hubungan antara kubu pendukung Amerika Serikat dan kubu sekutu Suriah, menambah lapisan kompleksitas pada konflik geopolitik di kawasan.

Timur Tengah adalah kawasan yang masih berada di bawah bayang-bayang pengaruh kekuatan luar. Keterlibatan pihak eksternal secara signifikan memengaruhi dinamika politik dan keamanan di wilayah ini. Secara umum, Timur Tengah terbagi menjadi dua blok besar yang saling bersaing untuk memperluas pengaruhnya. Kondisi ini menjadikan kawasan tersebut medan bagi proxy war antara kekuatan-kekuatan besar dunia. Amerika Serikat, misalnya, terus berupaya membendung pengaruh Rusia dan Iran di wilayah tersebut. Bagi Amerika Serikat, kehadiran negara-negara yang berkembang dengan ideologi yang berbeda dianggap sebagai ancaman terhadap posisinya sebagai negara adidaya. Konflik di Suriah menjadi salah satu arena utama dalam persaingan antara kedua kubu ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun